3

1.9K 95 0
                                    

Tetotet tretetetet, jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, siswa siswi Easton High School diperbolehkan keluar dari sekolah dan sampai bertemu besok pagi tetotet tretetetet.

Kelas yg awalnya tadi hening sekarang ricuh karena penghuni kelas tersebut sibuk menata buku yg mereka gunakan.

Dan langsung pergi keluar kelas menyisakan dua orang yg sedang menata buku mereka dengan santai.

"Tumben lo mau nunggu ampe kelas sepi, biasanya langsung tancap gas" Davina cuma tersenyum doang menanggapi ucapan Dean.

Dean yg tak mendapatkan jawaban apapun dan hanya sebuah senyuman langsung menghela nafasnya dan memasukkan tempat pensilnya.

"Bre, entar gw gak bisa nganter lu pulang" Dean menoleh kearah Davina dengan ekspresi bingungnya, tumben banget ni anak gak bisa nganter, biasanya dia bakal nyeret Dean buat dianter.

Davina pun melirik ke pintu kelas dan diikuti oleh Dean yg menatap ke pintu kelas.

"Oh" Dean pun langsung berdiri dari duduknya dengan tas yg ada di pundaknya.

Di depan pintu terdapat Leona yg sedang menunggu dengan senyum lebarnya.

Dean jadi teringat dengan kelakuannya saat dikantin tadi.

⦉Flashback⦊

"Sayaaaannnggg~!"

"Jangan panggil gw kek gitu anjing! Jijik gw!" Davina langsung bergeser saat Leona hendak memeluknya dari belakang.

Leona yg hanya memeluk angin menatap Davina dengan puppy eyes nya membuat Davina bergidik ngeri.

"Gak usah lo natap gw kek gitu! Makin jelek muka lo!" Leona yg mendengar ucapan Davina langsung murung dan menaruh kepalanya ke meja.

"Makanya, lo tuh jangan kek jamet" Leona tak menggubris ucapan Vernando yg ada di samping Ziel yg tengah menyuapi nya.

Sungguh pasangan romantis.

"Gw gak jamet ya! Ini tuh namanya mencintai secara ugal ugalan!" Leona membantah ucapan Vernando tersebut dan menyibakkan rambut panjangnya.

"Malah keliatan freak dimata gw"

Jleb!

Leona memegang dada kirinya saat mendengar ucapan sang pujaan hatinya.

Bukannya sakit hati malah si Leona seneng dikatain sama sang pujaan hatinya.

"Aaaa! Gw dikatain sama ayang gw!"

"Ni bocah tolol apa bego sih?" Dean menatap Leona yg sedang senyum salting begitu juga Davina yg menatapnya aneh.

"Emang gitu dia Vin, otaknya ngikutin bapak sama neneknya" Vernando juga menatap Leona jengah, sungguh, kenapa dia bisa bersahabat ama ni kunti satu.

"Lah, bapaknya kek gini juga?" Vernando menganggukkan kepalanya dan lanjut makan, disuapin sama Ziel sih.

"Makan sendiri ih!" Ziel langsung memberikan Vernando sendok dan memakan makanannya sendiri.

"Ayang, suapin lagi" Vernando membuka mulutnya membuat Ziel kesal.

Ziel langsung mengambil tisu dan memasukkannya ke mulut Vernando.

"Makan tuh tisu!" Dean langsung tertawa pelan karena melihat ekspresi lucu dari Ziel yg sedang kesal dan Vernando yg murung.

Tetapi itu tak bertahan lama karena Dean yg sudah merasa risi karena Xavier terus menatapnya.

'Ni orang ngapain natap gw mulu sih, ada sesuatu kah dimuka gw?' Dean mengelus pipinya sendiri seolah sedang membersihkan wajahnya.

"Muka lo bersih" seolah mengerti dengan apa yg Dean pikiran, Xavier langsung berucap demikian.

"A - ah... Oke..." Dean langsung melanjutkan acara makannya dengan sedikit cepat.

⦉Comeback⦊

Dean pun tertawa geli saat mengingat tingkah Leona saat berada di dekat Davina yg berbanding terbalik dengan tingkahnya kepada orang lain.

Bruk!

"Aduh... Maaf gw gak liat jalan" Dean mengelus dahinya dan sedikit membungkukkan tubuhnya.

Merasa tak ada jawaban apapun membuat Dean menegakkan tubuhnya dan mendongakkan kepalanya.

Dihadapannya saat ini ternyata adalah orang yg mencium bibir nya hingga bengkak.

"Maafin gw, gw gak liat jalan tadi. Permisi" Dean menunduk satu kali lalu berjalan melewati Xavier yg masih berdiri tegap di sana.

Grep.

Xavier menggenggam tangan Dean membuat pergerakan Dean berhenti.

Dean menatap Xavier yg juga tengah menatapnya dengan datar lalu menarik Dean menuju parkiran.

"Xavier, lo mau bawa gw kemana?" Pertanyaan Dean tak digubris sama sekali oleh Xavier yg fokus menatap ke jalanan.

Dean menghela nafasnya pasrah, tak lama mereka sampai disebuah motor sport yg terparkir di sana.

Xavier melepaskan genggamannya dan naik ke atas motornya dan menghidupkan motornya.

"Naik" Dean menatap Xavier bingung dengan ucapan singkat Xavier tersebut.

"Biar gw anter" Dean pun mulai paham dengan ucapan Xavier dan menatap motor milik Xavier.

"Gak usah, g-" ucapan Dean terpotong karena Xavier yg langsung menariknya mendekati motornya.

"Gak ada penolakan" Xavier meremas tangan kecil Dean membuat Dean kesakitan.

Melihat ekspresi Dean yg kesakitan, Xavier langsung melonggarkan remasan tangannya.

"Naik" Dean mengangguk pelan dan naik ke atas motor Xavier, walaupun agak susah karena tinggi.

"XAVIER!!" Xavier melirik ke arah Calestra yg berlari kecil kearahnya.

Calestra langsung menatap Dean dengan sinis membuat Dean tak nyaman sama sekali.

"Lo ngapain pulang bareng Xavier?! Turun!" Dean yg mendengar ucapan dan perintah Calestra pun hendak turun tetapi ditahan oleh Xavier.

"Lo siapa nyuruh pacar gw turun?"

Tbc.

You are 𝐌𝐈𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang