4

1.8K 78 0
                                    

"Lo siapa nyuruh pacar gw turun?" Calestra terkejut dengan ucapan Xavier begitu juga dengan Dean.

"Pa - pacar?! Dia pacar lo?!" Xavier mengangguk singkat sebagai jawaban membuat Calestra kesal.

"Heh lo! Lo kenapa jadi pacar Xavier hah?!" Calestra menarik kerah baju Dean membuat Dean sedikit oleng karena kehilangan keseimbangan.

"G - gw bukan pacarnya-"

"Halah! Lo gak usah bohong deh! Atau jangan jangan lo jual tubuh lo ke Xavier biar Xavier bisa jadi milik lo gitu?! Heh, dasar orang miskin gak tau diri! Seharusnya lo itu tau diri! Lo udah miskin gak punya harga diri sama-"

"Cukup" Xavier memotong ucapan Calestra dan mendorong Calestra menjauh dari Dean.

"Lo kenakan kanakan" setelah mengatakan itu Xavier langsung pergi keluar dari parkiran sekolah dengan Dean di belakangnya.

Calestra menatap kepergian mereka dengan kesal dan langsung mengambil hpnya.

"Halo, gw butuh bantuan lo"

"Wih, tumben lo butuh bantuan gw, lu butuh apa hm?"

"Gw mau lo ngeditin gw sesuatu"

"Hm~? Ngedit buat jatuhin orang lain? Bolehh, tapi jangan lupa bayarannya"

"Ck, gampang entar malem gw kesana, gw kirim fotonya entar lu edit terus print"

"Oke sayang~"

"Xavier... Ini bukan jalan ke rumah gw" Dean menatap sekitarnya dengan bingung dan memberitahu Xavier bahwa jalan tersebut bukan jalan kerumahnya.

Xavier diam tak menjawab ucapan Dean membuat Dean kesal, sungguh apakah orang dihadapannya ini tuli atau bisu?

'Jangan jangan gw diculik lagi...' Dean menggelengkan kepalanya saat memikirkan hal negatif tersebut.

Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah gedung yg tinggi membuat Dean bingung.

"Xav, ini dimana?" Dean langsung bertanya dan menunjuk ke gedung yg ada di hadapannya saat ini.

"Apartemen" Dean langsung bingung dengan ucapan Xavier tersebut dan memprosesnya.

Xavier menarik tangan Dean pelan lalu membawanya masuk kedalam bangunan tersebut.

"Sore Xavier, kamu bawa siapa? Pacar kamu ya?" Dean melotot saat seorang resepsionis bertanya siapa dirinya ini.

"Bukan kak, saya-" perkataan Dean terpotong saat Xavier kembali menarik tangannya menuju lift.

"Lo ngapain narik gw mulu sih!" Dean langsung protes ke Xavier saat mereka menunggu pintu lift terbuka.

Xavier hanya melirik Dean sebentar lalu menatap pintu lift kembali membuat Dean marah.

"Lepas! Gw mau pulang!" Dean menarik tangannya yg digenggam oleh Xavier, tapi justru Xavier menarik tangan Dean lagi.

"Gw bilang lepas!" Xavier tak menggubris ucapan Dean dan langsung masuk kedalam lift yg sudah terbuka.

"Bajingan! Gw bilang lepas bangsat!" Dean menarik tangannya lagi dengan kuat, tetapi Xavier menggenggam tangan Dean dengan erat.

"Lepas! Atau gw lap-"

"Lapor aja, gw gak takut" Xavier menarik tangan Dean dengan kuat membuat Dean ikut ketarik sehingga wajahnya tepat dihadapan wajah Xavier.

"Mau apa?! Lepas!"

Cups.

"Umhh" Dean memejamkan matanya saat Xavier melumat bibirnya dengan kasar.

Xavier menggigit bibir bawah Dean dengan kuat membuat Dean membuka mulutnya.

"Hngg... Xav- umph.." Xavier memegang tengkuk Dean dan menekannya membuat pangutan mereka semakin dalam.

Ting!

Xavier melepaskan pangutan nya dan menggendong Dean yg sedang meraup oksigen sebanyak banyaknya.

"Lo... Hahh mau bunuh gw?" Xavier tersenyum kecil mendengar ucapan Dean yg terbata karena masih ngos-ngosan.

"I won't do that, baby~" Xavier mencium kening Dean dengan gemas dan berhenti di salah satu pintu.

Dean melirik ke arah pintu berwarna hitam dengan nomor '152' di bagian atas pintu tersebut.

"Lo tinggal disini?" Xavier menganggukkan kepalanya dan membuka kunci apartemennya.

"Kenapa?" Dean menatap wajah Xavier samping, karena faktor digendong tingginya menjadi sedikit lebih tinggi dari Xavier.

"Belajar mandiri" Dean menganggukkan kepalanya paham dengan ucapan Xavier.

Dean menatap ruang tamu di apartemen Xavier yg memiliki banyak interior yg sederhana tetapi membuat Dean takjub.

"Tunggu, lo bilang tadi mau nganter gw pulang! Kenapa lo ngajak gw ke apartemen lo?!" Xavier menaruh Dean di sofa ruang tamu dengan pelan agar tidak terjatuh.

"Hm~ aku berubah pikiran" Xavier tersenyum jahil membuat Dean mematung melihat Xavier yg tersenyum.

Orang ini bukan Xavier yg dia dan orang lain kenal, kenapa dia berubah jika berada disekitarnya? Walaupun tidak terlalu ketara.

"Bentar, kok lo pake kata 'aku' bukan 'gw'?" Dean menatap wajah tampan paripurna milik Xavier yg masih tersenyum.

"Memang kenapa? Gak boleh hm?" Xavier memiringkan kepalanya ke kiri dan senyum semakin lebar membuat lesung pipinya terlihat jelas.

Deg.

Dean mematung kembali karena melihat Xavier yg begitu manis dihadapannya saat ini, senyum lebar hingga matanya menyipit dan lesung pipi di kanan dan kiri pipinya.

Dan hal itu membuat wajahnya memerah dan berhasil membuat Xavier tertawa.

Lagi, Dean terpana dengan suara tawa Xavier yg terdengar merdu walaupun suaranya berat.

"Utututu, imut banget sih pacar aku" Xavier menoel hidung Dean dengan gemas.

Dean hanya diam karena sedang memproses kata kata Xavier barusan dan langsung bertanya.

"Hah? Pacar? Sejak kapan?"

Tbc.

You are 𝐌𝐈𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang