1

2.7K 139 0
                                    

"Xavi- umph.. Ah.. Ber - umphh" Dean mencoba menjauhkan dirinya dari Xavier yg tengah menahan pinggangnya.

Cups

"Hmmpphh" Xavier menatap Dean yg tengah menutup matanya yg menitikan air mata.

"Buka mulutmu Dean" Dean menggelengkan kepalanya dan menutup bibirnya dengan tangannya.

"Dean" Xavier memegang tangan Dean dan menjauhkan tangan tersebut dari bibir Dean yg sudah memerah.

Xavier memajukan wajahnya membuat Dean menjauhkan wajahnya membuat Xavier sedikit kesal.

"Kau-"

Tok tok tok!

"DEAN! LO GAK PAPA KAN BEB?! INI GW NEMU ANAKNYA PAK JANU LAGI TELER DIDEPAN RUANGAN LO! WOI DEAN! JAWAB ANJENG! GW TAU LO DI DALEM!! WOE! ANAKNYA OM VARO! JAWAB KAGAK!! ATO GW BAKAR NI PINTU!!"

Perkataan Xavier terpotong dengan suara ketukan di pintu dan teriakan nyari seorang perempuan yg tengah mengetok- menggedor pintu dengan tak sabar.

Dean langsung mendorong tubuh Xavier untuk menjauh dan membenarkan pakaiannya lalu berjalan ke arah pintu.

Ceklek.

PLAK!

"Eh? EH?! SORRY ANJIR! GW GAK TAU LO BAKAL BUKA LANGSUNG ANJIR! SUARA KUNCI KEBUKA GAK KEDENGERAN SOALNYA!!" Perempuan dengan potongan wolf cut dan menggunakan jaket kulit hitam pun muncul tepat dihadapan Dean.

Tangannya yg sedari tadi menggedor pintu tak sengaja menampol wajah cantik Dean membuat sahabat satu satunya ini kaget.

"Njir! Bibir lo ngape jadi kek emak gw anjir, lo pake lipstik, lipcream, liptint, ato lip serum anjay merah banget" Dean menutup bibirnya dengan tangannya dan menundukkan kepalanya karena malu.

Davina, sahabat sejaninnya Dean pun menyadari ada seseorang diruang OSIS selain Dean langsung menatapnya.

Dan matanya menatap mata hitam legam milik Xavier yg tengah menatapnya tajam.

"Huh..." Oke, nampaknya Davina sedang memproses sesuatu di otak kecilnya.

Pertama, didepan ruang OSIS ada si Kevin yg lagi semaput. Kedua, pintu ruang OSIS ke kunci. Ketiga, bibir Dean yg merah dan terlihat agak bengkak. Keempat, ada Xavier di dalam ruang OSIS yg pintunya terkunci.

"Dean... Lo... Nyipok anak orang?" Dean yg mendengar ucapan Davina langsung menggeplak belakang kepala Davina.

"Mulut lo anjing!"

"YA TERUS KALO BUKAN LO NYIPOK ANAK ORANG APA ANJIR?! OH! LO NGEWE YA SAMA-"

PLAK!!

"MULUT LO BANGSAT! GW MASIH SUKA CEWEK YA!!" Davina memegang pipinya dan menatap Dean dengan dramatis seolah olah dia yg paling tersakiti.

"Dean... Lo... Lo tega nampar gw... Hiks... Lo tega sama sahabat sejanin lo! Gw sakit hati... Hiks hiks" Dean menatap Davina tanpa minat, sungguh kenapa ibunya bisa bersahabat dengan ibu Davina.

Tidak tidak tidak! Yg seharusnya diherankan adalah kenapa dia mau bersahabat dengan Davina yg... Otaknya ilang sebelah.

"Ekhm!" Dean terjengit kaget saat suara berat berdehem tepat dibelakangnya.

Begitu juga Davina yg menyudahi dramanya dan menatap Xavier yg menatapnya datar.

"Ekhm! Dav, lo ngapain ke ruangan gw? Lo telat?" Davina menganggukkan kepalanya dan membuat Dean menghela nafasnya.

Apa apa harus dia, menghukum anak nakal dia yg lakukan, mengurus acara sekolah... Memang kewajibannya.

Tetapi kan ada guru bk, kenapa harus dia yg turun tangan saat ada anak nakal, kenapa tak guru BK.

"Ya udah lo lari aja keliling lapangan 12 kali"

"Siap bosku" Davina langsung berlari pergi dari depan ruang OSIS meninggalkan Dean dan Xavier.

Jangan lupakan Kevin yg masih teler dihadapan Dean.

Dean yg melihat kondisi Kevin pun meringis dan terkejut karena sebuah tangan memeluk pinggangnya.

"Xa - Xavier! Lepaskan! Lo jangan macam macam atau gw bakal laporkan pelecehan yg lo lakuin ke gw tadi ke kepala sekolah!"

"Laporin aja, sekolah ini punya keluarga gw" Dean pun diam saat Xavier mengatakan hal yg sangatlah fakta tersebut.

Easton High School, sekolah elit dan masuk kedalam jajaran sekolah terelit di dunia.

Dean beruntung bisa masuk ke Easton High School karena mendapatkan beasiswa atas semua prestasi dan perjuangannya di SMP.

Dean menghela nafasnya dan menyentuh tangan Xavier membuat Xavier meliriknya.

"Gw minta tolong bawa kak Kevin ke UKS" Xavier menatap Kevin dengan tatapan permusuhan dan menatap Dean dengan tatapan biasa saja.

"Gak" singkat padat jelas dan membuat Dean tersenyum kesal, astaga tuhan... Kenapa dia bisa bersama dengan manusia ini.

"Xavier, gw mohon ya, bawa kak Kevin ke UKS"

"Gak"

"Xavier pliss"

"Dia masih punya kaki"

"Tapikan kak Kevin lagi pingsan, itu juga gara gara lo mukul dia. Kenapa lo mukul kak Kevin? Lo ada masalah sama kak Kevin" Xavier hanya diam dan memeluk pinggang Dean dengan kuat.

Dean bahkan sampai lupa bahwa tangan Xavier masih bertengger di pinggangnya.

"Xavier"

"Dengan satu syarat" Dean menatap Xavier yg ada dibelakangnya dengan bingung.

Sedangkan Xavier menampilkan senyum tipis membuat Dean merona malu.

"Lo jadi pacar gw"

"Huh?"

Tbc.

You are 𝐌𝐈𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang