Kadita yang pingsan lemas itu dibawa Alice ke penjara bawah tanah Abyss. Di depan penjara tampak berjaga dua prajurit Abyss. Alice menurunkan tubuh lemas Kadita di depan penjara, persis di depan keduanya.
"Kadita? Ratu Laut Selatan?" Ujar salah seorang prajurit saat melihat sosok tubuh wanita yang diturunkan oleh Alice.
Alice tertawa. "Tidak salah."
"Kenapa tidak dibunuh saja, Nona Alice? Jika memang Kadita semudah ini anda kalahkan."
Alice kembali tertawa. "Memang sangat mudah untuk membunuhnya, sama seperti kita membunuh para utusan istana Moniyan. Namun aku ada maksud dengan membawanya kemari."
Alice menegakkan kepala Kadita yang masih pingsan itu. Sekilas terdengar desahan pelan meluncur dari bibir Kadita saat kepalanya diangkat. "Lihat betapa cantiknya dia. Bahkan dalam keadaan pingsan begini, kecantikannya masih terasa."
"Kadita memang sangat cantik," Ujar prajurit pertama.
"Juga sangat seksi." Prajurit kedua menimpali. Matanya menjalari sekujur tubuh Kadita di hadapannya itu.
"Ini sudah pasti. Cantik dan seksi. Energinya juga besar. Aku bisa puas dengan meminum darah dan energinya." Alice mendorong tubuh Kadita ke mereka membuat keduanya gelagapan menopang Kadita agar tubuh lemas sang ratu tidak terjatuh.
"Penjarakan dia! Aku tidak mau mengambil risiko walaupun tanpa tombaknya. Jadi pastikan dia dirantai dengan kekuatan penuh." Alice tertawa dan berlalu dari tempat itu. "Dan dia akan menjadi santapanku mulai dari sekarang!"
"Seksi begini, sayang jika kita hanya merantainya begitu saja." Prajurit kedua yang sudah tertarik kepada Kadita meleletkan lidahnya. Terlebih dia memapah Kadita dan tak sengaja tangannya bersentuhan dengan dada Kadita yang membusung itu.
"Aku tahu pikiranmu, kawan. Tapi penjara ini tidak ada tempat tidur sama sekali. Siapapun yang masuk kemari jika tidak dirantai berdiri ya dibelenggu di lantai." Jawab prajurit pertama. Rambut halus Kadita jatuh menerpa kulit lengannya.
"Rambutnya halus sekali." Ujarnya.
"Ratu ini memang ratu segala keindahan." Kata prajurit kedua.
"Kita dipesan untuk merantainya berarti ratu ini masih berbahaya jika sudah sadar nanti."
"Tidak jika kita bisa menjinakkannya." Prajurit kedua tertawa. "Badan indah begini dan hanya ada kita bertiga disini. Kapan lagi ada kesempatan begini? Apalagi ini Ratu Laut Selatan yang terkenal itu."
Prajurit kedua menatap temannya. "Kau tidak tertarik padanya? Jangan munafik, kawan! Tidak pernah ada kucing yang menolak daging!"
Prajurit pertama masih tertegun mendengar ucapan itu.
"Lihat ini!!" Tanpa kesulitan prajurit kedua menarik turun busana yang membalut indah sepasang dadanya hingga ke perut sang ratu. "Payudara Ratu Laut Selatan!"
"Waahhhhh!!!" Sepasang mata prajurit pertama terbelalak bagaikan ingin meloncat keluar dari sarangnya. Di depannya terpampang jelas sepasang buah dada membusung Kadita yang memang sangat terkenal keseksiannya itu. Sepasang payudara yang begitu montok dan indah seperti menentang gravitasi bumi, dengan kedua putting yang berwarna pink kemerahan. "Ini gilaaaa!! Aku belum pernah melihat payudara seindah ini."
"Besar dan indah, bukan? Inilah pesona Kadita, sang ratu laut selatan." Prajurit kedua semakin memanasi temannya.
"Tidurkan dia! Kita nikmati saja dulu!!" Prajurit satu melonggarkan celananya. "Persetan dia akan melawan. Dia hanya seorang wanita. Kita berdua pasti sanggup menaklukkannya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MLBB The Story: Menumpas Ledakan Bencana Besar (TAMAT)
FantasyThe Land of Dawn, tempat para hero Mobile Legend bergejolak. Sekelompok Abyss ingin menguasai daerah tersebut dengan kekuatan jahatnya. Thamuz yang berada di bawah Dyroth menyebar ancaman. Selena the Abyssal Witch dan Alice si penyedot darah melakuk...