BAGIAN 23 KADITA, ONE LAST STAND

6 0 0
                                    

Enam pahlawan wanita tidak ada yang sanggup menghadapi kekuatan dan tenaga berbadan besar dengan jiwa pembunuh Thamuz. Benedetta dan Natalia terluka parah. Aurora hancur kekuatan es-nya untuk kedua kalinya. Vexana terluka dalam. Tameng Esmeralda hancur oleh scythe dan keadaannya tidak jauh berbeda. Senjata yang sama juga berhasil menghancurkan shield Rafaela yang nyaris membunuhnya jika tidak diselamatkan oleh Kadita.

Di saat semua pejuang sudah terluka, hanya tersisa satu yang masih bertahan. Satu pejuang yang sedari awal pertempuran bersiaga menjaga dan membawa mereka semua yang telah terluka ke tempat yang aman. Dialah Kadita, sang Ratu Laut Selatan. Akhirnya, duel terakhir akan terjadi antara Kadita melawan Thamuz.

Di saat Kadita melangkah ke medan pertempuran, Rafaela membantu healing. Esmeralda adalah yang paling awal diobati dengan tujuan bisa melindungi semuanya dengan shield.

"Tapi perasaan tadi masih ada satu yang melompat hilang melompat hilang itu. Siapa dia?" Gumam Thamuz. "Sekilas seperti bunglon hijau."

"Hei, kau mencariku ya?" Kadita menghardik. Suaranya yang tegas membuat Thamuz membalikkan badan besarnya dan menoleh kepadanya.

"Kau benar jika masih ada satu yang belum melawanmu!" Lanjut Kadita. "Namun kau salah jika mengatakan aku bunglon hijau!"

"Muncul dari mana kau, setan hijau?!"

"Julukan lama belum hilang, muncul lagi satu julukan baru. Setan hijau." Kadita menghela nafas. "Aku mau meralatmu, badan besi!"

Kadita memutar badannya. Didahului suara tertawa, sang ratu berkata. "Ahahahah...Apakah ada ratu yang lebih cantik... daripada aku?"

"Ra... Ratu?" Gantian Thamuz yang tertawa. "Tak ada bagiku tampang seorangse ratu."

"Tak ada katamu?!" Kadita terhenyak. "Berarti kau tidak mengenalku. Lalu bagaimana dengan si es dingin itu. Dia juga seorang ratu."

"HAH!! Lebih tidak ada tampang lagi!"

"Ini kenapa jadi percakapan begini ya?" Esmeralda yang sudah pulih itu tampak greget melihat keduanya. "Kadita bisa-bisanya..."

"Thanos!" Kadita berseru.

"Thanos?" Rafaela dan Esmeralda saling bertatapan.

"Kenapa malah jadi Thanos. Kau kenal dia?" Tanya Esmeralda.

Rafaela mengangkat kedua pundaknya. "Kadita pasti salah memanggil nama."

"Aku tidak peduli kamu kembaran Thanos atau bukan. Bagiku jika Thanos sudah mati, kau juga harus mati."

"Siapa itu Thanos, aku tidak kenal."

"Kau bisa seenaknya memanggilku, kenapa aku tidak boleh?"

Rafaela dan Esmeralda menghembuskan nafas di tempat peristirahatan.

"Aku Thamuz, bukan Thanos."

"Berarti kalian lahir dari rahim ibu yang sama namun benih lain bapak."

"Aku tidak punya ibu."

"Oh, begitu. Tapi aku tahu siapa ibumu."

"Aku tidak punya ibu!"

"Ada. Tukang las besi."

Jawaban Kadita membuat Rafaela yang lagi healing sampai kaget dan energi healingnya terhenti. Nafasnya kembali berhembus dan menatap Esmeralda dengan pandangan tidak percaya.

"Pantas saja sifatmu keras dan panas, sama seperti las besi."

"Jangan banyak bicara!! Abyss adalah wilayahku dan kau..." Ucapan Thamuz terhenti saat melihat Kadita sudah menghilang dari pandangannya.

MLBB The Story: Menumpas Ledakan Bencana Besar (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang