"Selesai." Aurora menarik tangannya. Energi dingin es masih terlihat dalam bentuk uap di punggung Benedetta.
"Aku tidak tahu apakah energiku bisa cocok atau tidak dengannya." Kata Aurora. "Namun yang pasti, darah kental akibat luka dalam dan pendarahannya sudah terhenti."
Saat penyaluran energi es ke badan Benedetta, memang ranger bayangan itu sempat memuntahkan darah kental. Walaupun belum sepenuhnya siuman, namun kesadaran Benedetta sudah mulai kembali.
"Jika hanya mengandalkan kemampuan begini saja, pemulihan Benedetta akan berjalan lama." Ujar Vexana. "Kita tetap membutuhkan Kadita."
"Permasalahannya Kadita sendiri tidak dapat memastikan nasibnya di istana musuh." Jawab Esmeralda. "Kecuali kita memiliki Rafaela."
"Tidak mungkin kita kembali lagi ke istana Moniyan dalam keadaan begini." Vexana menatap Benedetta yang masih terkulai lemah. "Aurora memang sudah pulih, namun Benedetta?"
"Bagaimana jika aku saja yang kembali ke istana Moniyan dan mengabari Rafaela apa yang sedang terjadi disini. Sedangkan kalian menunggu aku kembali sambil menjaga Benedetta?" Aurora berdiri dan memberikan sarannya.
"PSSSTTTT!!!" Esmeralda mendekatkan telunjuknya ke bibirnya. "Aku mendengar sesuatu."
Spontan ketiga Mage itu berhenti berbicara.
"Kalian waspada. Aku akan melihat situasi di depan. Frostmoon Shield!"
Sebelum bergerak, Esmeralda yang juga terkenal sebagai tank kuat dengan kekuatan sihirnya, menciptakan satu tameng berwujud shield untuk melindungi semua rekannya di dalam gua.
"Falling Starmoon!"
Setelah memastikan dirinya dengan skill ultimatenya yang menggabungkan kekuatan dua senjata andalannya, Stardust dan Frostmoon, Esmeralda pun melangkah keluar dan melihat situasi di luar gua.
Setibanya di luar, Esmeralda tampak celingukan. "Tidak ada apa-apa. Tapi kenapa tadi aku tadi mendengar suara seperti semak-semak diterabas."
Esmeralda terdiam sesaat dan tetap waspada. Namun suara semak diterabas kembali terdengar.
"Keluar! Atau aku tak segan melukaimu!" Esmeralda sudah dalam posisi menyerang dan siap menghantamkan pukulannya.
Suara tepuk tangan terdengar tak lama setelah itu, disusul oleh suara seorang wanita. "Luar biasa! Pilihanmu memang tidak pernah salah, Rafaela!"
"Rafaela?" Esmeralda mengernyitkan keningnya. "Ah, tidak, aku tidak boleh langsung percaya. Bisa saja ini jebakan!"
"Tahan seranganmu, Esmeralda." Dari sisi sebelah kiri Esmeralda, di antara semak, berdirilah satu sosok yang sudah sangat dikenal.
"Rafaela. Kenapa bisa berada disini?" Esmeralda terkejut melihat kemunculan mendadak Rafaela disana. "Siapa yang ikut bersamamu."
Sesosok wanita berambut merah dengan jubah panjang berwarna putih yang menutupi rambutnya dan sebuah cakar besar menghiasi salah satu lengannya.
"Natalia!" Semakin terkejut Esmeralda melihat siapa wanita yang ikut bersama Rafaela itu. "Kenapa?"
"Apanya yang kenapa?" Rafaela tertawa pelan. "Justru aku yang ingin bertanya apa yang sedang kau lakukan disini?"
"Teman-temannya banyak di dalam. Salah satunya terluka." Terdengar Natalia berkata dalam suara dingin.
"Hah! Jadi kau juga sudah masuk ke dalam sebelumnya?" Esmeralda memandangnya tak berkedip. "Bagaimana bisa? Seharusnya tidak ada yang bisa melewati kewaspadaanku."
Natalia mengibaskan cakar raksasanya. "Sudahlah, tak ada gunanya juga membahas itu lagi."
"Natalia benar!" Ujar Rafaela. "Bawa kami ke dalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
MLBB The Story: Menumpas Ledakan Bencana Besar (TAMAT)
FantasyThe Land of Dawn, tempat para hero Mobile Legend bergejolak. Sekelompok Abyss ingin menguasai daerah tersebut dengan kekuatan jahatnya. Thamuz yang berada di bawah Dyroth menyebar ancaman. Selena the Abyssal Witch dan Alice si penyedot darah melakuk...