BAGIAN 14 SANG PENYELINAP

5 1 0
                                    


Penjara bawah tanah Abyss bukan tempat yang mudah untuk dilalui oleh seorang penyelinap. Karena selain harus melewati lorong panjang dan berliku-liku, penjagaan sepanjang lorong terbilang sangat ketat. Ada setidaknya dua prajurit Abyss yang selalu siaga bergantian berjaga di jarak 100 meter.

Namun hal itu tidak memberikan kesulitan yang berarti kepada si penyelinap. Dia dengan mudahnya bisa melewati lorong demi lorong dan tidak mendapat halangan apapun dari para prajurit penjaga.

Gerbang depan penjara utama.

"Ada apa ini sebenarnya?" Tanya sosok itu kepada salah satu prajurit yang menjaga di pintu gerbang penjara. "Kenapa Nona Alice semakin sering mengunjungi tempat ini?"

"Aku juga tidak tahu pasti, Komandan." Jawab prajurit di sebelah kiri.

"Namun dugaanku sejak Nona Alice membawa Ratu Kadita sebagai tawanan disini, Nona semakin sering masuk kemari," Prajurit di sebelah kanan menimpali.

"Siapa katamu? Ratu Kadita?" Sosok yang ternyata adalah komandan perang itu menatap keduanya seakan tidak percaya. Ternyata setelah serangan Aurora menghantamnya, si komandan masih hidup.

"Iya, Komandan. Ratu Kadita dari Laut Selatan itu." Kali ini prajurit kiri yang menjawab.

"Benarkah?" Mata si komandan tampak berbinar. "Baik. Jika begitu, kalian tetap berjaga disini. Aku akan melihat keadaan di dalam."

"Baik, Komandan."

"Pastikan melapor padaku jika Nona Alice datang kemari." Tambah si komandan.

"Baik, Komandan."

Begitu menginjakkan kaki di depan penjara utama tempat Kadita ditawan, si komandan dibuat terkejut oleh situasi berantakan di dalamya. Namun dia tidak menggubrisnya lebih jauh. Setelah mengamati pintu penjara yang tidak terkunci, si komandan melangkah masuk.

"Kadita, ratu seksi laut selatan." Si komandan tertawa menyeringai mendekati Kadita yang masih terkulai itu. Diangkatnya wajah cantik sang ratu dengan mencolek dagunya.

"Cantik sekali. Sangat sangat cantik!" Si komandan tak dapat menyembunyikan kekagumannya kepada sang ratu. Matanya melirik leher Kadita sebelum kemudian turun.

"Wah, payudara yang begitu indah dan besar." Pegangannya di dagu Kadita dilepasnya membuat kepala Kadita kembali tertunduk dengan lemas. Tangannya lantas meremas sepasang bukit menonjol sang ratu.

"Hehehe..." Terkekeh si komandan melihat busana Kadita sudah tertahan di pusarnya. Satu tangannya menjalar turun mengelus selangkangan Kadita yang memang tersingkap dalam posisi kaki terpentang lebar.

"Luar biasa! Ternyata selama ini ratu seksi ini tidak memakai dalaman apapun di balik busana minimnya ini. Tapi justru itu membuatku semakin bergairah padamu..."

Si komandan meleletkan lidahnya. Nafsunya memuncak dan dia membiarkan alat kelaminnya menjadi keras menegang.

"Ouuhhhhh..." Desahan terdengar dari bibir Kadita. Ratu mage itu perlahan membuka matanya.

"Kau sudah sadar ya, Kadita." Terdengar ucapan menyambut kesadarannya.

"AAOOWWHHHHH!!!" Kadita menjerit panik saat menyadari sosok yang berdiri di hadapannya. Dialah komandan perang yang sukses menghantam dadanya di pertempuran di hutan sebelum akhirnya dirobohkan oleh Aurora. "Kau... Kau masih hidup?"

"Aku tidak akan mati sebelum menikmati tubuhmu, Kadita." Berkata begitu si komandan menerkam Kadita dengan penuh nafsu.

"AAAAOOOOOOWWWWHHHHH!!! TIDAAAAAAKKKKKKK!!!" Kadita menjerit sekencangnya. Panik, kalut, gusar, takut, semua bercampur menjadi satu.

MLBB The Story: Menumpas Ledakan Bencana Besar (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang