BAGIAN 21 KEMBALINYA KADITA, RATU LAUT SELATAN

4 0 0
                                    

Benedetta dan Esmeralda langsung beraksi menggempur pasukan Abyss. Keduanya tidak memperdulikan mana pasukan milik Thamuz dan mana pasukan Selena. Bagi mereka, pasukan Abyss di hadapan mereka adalah sama dan harus dihancurkan. Keduanya bergerak gesit. Dalam waktu singkat, sudah banyak pasukan Abyss yang jatuh berkalang tanah.

Melihat pasukannya mulai porak poranda, dengan gerakan cepat, Thamuz meninggalkan arena pertempuran. Benedetta yang menyadari hal itu berteriak. "Hei, mau kabur kemana?!"

Namun suara teriakan Benedetta tertelan oleh kebisingan situasi di pertempuran itu. Usahanya untuk mengejar Thamuz pun sia-sia karena terhalang oleh pasukan Abyss yang menghadangnya.

"Phantom Slash!"

Dengan kesal, Benedetta menggerakkan Alecto, pedangnya menghabisi pasukan yang menghalangi langkahnya itu.

Di satu pihak, begitu menyadari ada kekacauan di dalam pertempuran itu, Selena menggerus. Terlebih saat dia melihat Thamuz telah kabur. Terlintas satu pikiran di benaknya.

"Jika mereka sudah ada disini, berarti..."

Selena mengikuti jejak Thamuz yang sudah kabur terlebih dulu. Namun niatnya itu keburu terbaca oleh Esmeralda yang sudah berdiri menghadang di depannya.

"Sial." Selena menggeram. Tangannya langsung bergerak. "Soul Eater!"

Esmeralda tertawa meladeni serangan Selena. "Tidak semudah itu, Selena. Stardust Dance!"

BLEDDAAARRRR!!

Tabrakan antara dua shield terjadi. Soul Eater milik Selena dan Stardust Dance milik Esmeralda yang menimbulkan ledakan besar. Beberapa pasukan Abyss terpental dan mati seketika terkena ledakan itu. Sedangkan kedua Mage itu mengangkat tangan untuk melindungi diri dari ledakan.

Selena bergerak beberapa detik lebih cepat dibandingkan Esmeralda. Momen ledakan itu dipakai oleh Selena untuk kabur dan Esmeralda telat menyadarinya.

Menggerutu Esmeralda saat menyadari dia kehilangan buruannya. Kekesalannya dilampiaskan kepada pasukan Abyss. Serangannya tampak lebih intens dibandingkan sebelumnya.

"Staminaku sudah pulih." Kadita tersenyum menatap Rafaela dan Natalia bergantian. "Terima kasih atas pertolongan kalian."

Dengan Natalia berjaga di depan penjara, Rafaela dan Kadita memadukan magic keduanya untuk melakukan proses pemulihan Kadita. Karena Mana Kadita sudah kembali sebelumnya, proses healing menjadi lebih cepat dan Kadita tidak membutuhkan waktu lama untuk pulih seperti sedia kala.

Rafaela menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu. Sudah sewajarnya kita satu tim saling membantu."

"Tugas kita masih belum selesai." Natalia mengingatkan.

"Benar." Ujar Rafaela. "Saatnya kita membantu teman-teman di luar sana."

Ketiga wanita cantik itu bergegas keluar dari penjara bawah tanah, melewati terowongan yang kini sudah steril dari penjagaan pasukan Abyss.

"Terowongan ini penuh dengan mayat pasukan Abyss." Kadita berkomentar. Sepanjang mata memandang terowongan panjang itu memang terhiasi oleh gelimpangan mayat.

"Kami tidak bisa mencapai penjara jika mereka masih ada." Natalia berkata dengan tegas.

Mata Kadita yang sedang memandangi tubuh-tubuh kaku para pasukan Abyss tampak tertegun saat menatap ke sosok yang tertelungkup di antara gelimpangan mayat.

"Itu..." Kadita masih melirik ke sosok itu dan membuat langkahnya terhenti. Hal mana membuat Rafaela berseru.

"Kadita! Apa yang kau lakukan? Waktu kita tidak banyak. Kita harus keluar dari sini secepatnya!"

MLBB The Story: Menumpas Ledakan Bencana Besar (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang