Mulai Dekat?

18 13 5
                                    

Jam 2 siang.
Marvin masih setia duduk disampingku yang sedang merokok.
"Uhuk, uhuk" terdengar lagi suara batuk dari mulut marvin karena asap rokok ku. sebenarnya dari tadi aku sudah memperingatksn marvin supaya kembali saja ke kelas, karena sekarang aku ingin sendirian sembari merokok.

"Ke kelas sanah, jam pelajaran dah mulai dari tadi" perintahku menatap marvin yang sedang fokus menulis sesuatu disebuah buku?.

Marvin menggeleng pelan, dia menatapku sekilas lalu kembali fokus ke bukunya. Sepertinya dia sedang melakukan sesuatu.

"Gw mau ngerokok vin" ucapku kesal, dah tau ngga suka asap rokok, tetep aja deket-deket sama gw. "Silahkan, tidak ada yang melarang" ucapnya tersenyum sekilas menatapku.

Aku menatap marvin kesal lalu membuang puntung rokok yang masih tersisa beberapa senti lagi. Melihat itu, marvin langsung menatapku bingung "kenapa dibuang?" Tanyanya seperti orang bodoh. "Ngga tau" ucapku kesal lalu beralih ngambil handphone yang ada di saku celanaku.

Saat aku sedang fokus dengan handphoneku, tiba-tiba marvin langsung menyodorkan beberapa bungkus kecil permen rasa stroberi di depan mataku. Aku menatap marvin binggung. "Bibir semanis dan secantik kamu tidak cocok untuk mengkonsumsi nikotin dan tembakau" ucap marvin lembut sembari menatapku hangat.

"Shit"

Pukul 3 siang, kegiatan belajar mengajar sudah selesai. Para siswa juga sudah berhamburan keluar area sekolah.

Aku dan marvin berjalan perlahan menyusuri lorong sekolah yang sepi. dan saat sampai di kelasnya, Dia melihat mejaku yang sudah berantakan. Diatas meja berhamburan sampah dan air kotor, tasku? Keadaanya juga sama menyedihkannya dengan mejaku. Aku menemukan tasku ditumpuk bersama sampah-sampah dari tempat sampah.

Aku hanya bisa menghela nafasku, mengambil pel yang ada di pojok kelas lalu mulai mengepel lantai mejaku yang basah. Saat aku mengepel, tiba-tiba marvin mengambil tasku yang ada di tempat sampah lalu memberihkannya dengan baju osisnya.
"Heh" aku langsung berlari menghampiri marvin saat melihatnya memunggut tasku dari tempat sampah. "Ngapain lo ambil, tempat sampahnya kotor" aku langsung meraih tangan marvin yang kotor lalu mengusapnya pelan.

Marvin hanya tersenyum sembari mengamatiku yang sedang membersihkan tangganya yang kotor. "Lain kali, diliat. Jangan asal ambil" omelku masih fokus membersihkan tangan marvin. Mendengar tak ada respon dari marvin, aku langsung menatap marvin yang ada didepannku "denger ngga?" Tanyaku sekali lagi.

 Mendengar tak ada respon dari marvin, aku langsung menatap marvin yang ada didepannku "denger ngga?" Tanyaku sekali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marvin tersenyum sembari menatapku "iya, Ellena" ucapnya lembut.

Salah besar, harusnya aku tidak menatap marvin tadi. "sejak kapan gw jadi gerogi gini" batinku mengalihkan pandanganku.

Berjalan berjejeran dengan marvin membuatku insecure. Pria itu sangat tinggi!! Tinggiku hanya se-dadanya.
"Vin" panggilku. "Ya ellena" jawabnya lembut. "Jauh-jauh sonoh lo dari gw" ucapku menjaga jarak dengan marvin.

ATAS NAMA CINTA : ELLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang