Aku membuka mataku saat merasakan gorden kelas mengenai wajahku, mengganggu orang tidur saja.
Aku melihat ke luar jendela, sudah sore ternyata. Namaun, seperti biasa... tidak ada yang membangunkanku lagi saat kegiatan belajar mengajar selesai.
"Hai"
Aku menoleh ke sumber suara yang ada disampingku, dia murid baru itu. Siapa namanya tadi marpit? Apit? Ah, entahlah. Aku tidak peduli.
Aku berdiri, menggendong tasku lalu keluar kelas tanpa mengucapkan sepatah katapun pada anak baru itu.
"Hei, tunggu" ucap marvin mengejar ellena yang sudah keluar kelas.
●
●
●
"Namaku Marvin Putra Antariksa, panggil saja marvin, putra atau seenaknya kamu" ucap marvin memulai pembicaraan.
Aku tetap berjalan keluar gedung sekolah dan menganggap marvin tak ada disampingku.
"Oh ya, aku dari bandung. Tau kan? Bandung tu ada di jawaa...timur, eh salah-salah jawa...tengah"
Aku diam ditempat, menatap anak laki-lakiyang berdiri disampingku, jawa tengah dari mananya.
"Nilai PPKN lo berapa si, goblk" ucapku.
Marvin tersenyum
"Dih, malah senyum. dah goblk, gila lagi" sarkasku menatap marvin sinis.
"Setidaknya aku bisa mendengar suara indahmu, ya...walau sebuah makian si" marvin tersenyum menatapku.
"Dih, apaan" aku langsung pergi meninggalkan marvin saat ucapannya mulai aneh. "indah?" Suaraku indah?, gumamku.
●
●
●
"WHOH" teriak seseorang tepat di samping telingaku
"ANJNG!! Sialan lo zam" caciku saat orang yang teriak tadi duduk disampingku.
Pemuda bernama azzam disampingku hanya tertawa, lalu mengambil puntung rokok yang ada di tanganku.
"Rokok mulu lo, mau mati muda lo" azzam menginjak puntung rokok ku hingga habis tak tersisa.
"Dih, biar kali. Hidup-hidup gw" aku membaringkan tubuhku di lantai lapangan basket, menatap gelapnya malam yang bertabur bintang di atasnya.
"Zam, menurut lo. Ada ngga ya, cowo yang suka sama cewe yang pernah ngebunuh orang, kaya gw contohnya?"
Azzam yang medengar itu terdiam, dia tau kemana arah pembicaraan ini.
"Ada lah, cowo goblk mana yang ngga suka sama seorang Ellena Quenbyanza" azzam melepas jaket basketnya lalu menaruhnya di kaki ellena yang masih memakai rok sekolah.
Aku tertawa pelan
"Masa si, kalo gitu cariin gw cowo yang mau sama gw zam. Gw cape hidup sendirian"Azzam mengangkat kepala ellena pelan, lalu meletakan lengannya di bawah kepala ellena sebagai bantalan supaya kepala ellena tidak sakit.
"Kenapa harus nyari? Nih disamping lo ada" ucapnya sambil menatapku dari samping.Aku tertawa pelan, memukul dada azzam pelan.
"Jangan macem-macem lo zam, lo tu cocoknya jadi temen gw, bukan pacar atau mantan yang sok gamon gini""Mantan aja nih? Ngga mau kaya dulu?" Tanya azzam sembari mengelus rambutku.
"Ngga, geli lah zam, mikirin yang dulu-dulu. Gw lebih nyaman kalau lo jadi temen gw"
Azzam tertawa lalu mencubit pipiku.
"Yah sayang banget, padahal gw masih sayang sama lo, len"
KAMU SEDANG MEMBACA
ATAS NAMA CINTA : ELLENA
CasualeKisah tentang seorang korban yang diperlakukan tidak adil oleh dunia. Dijauhi, dibully, dikucilkan. "Tuhan, apakah aku berdosa membunuh bajing*an yang akan menodaiku? Apakah kau juga berfikir aku salah, tuhan?" Batin Ellena. Seorang malaikat yang en...