1.5

271 40 9
                                    

Lan Xichen pamit pada Yu Ziyuan sebab dia akan di antar pulang oleh Jiang Fengmian. Awalnya dia tidak mau di antar oleh pria itu karena dia bisa memesan Taxi untuk pulang. Namun sebagai orang tua, dia tidak berani membiarkan anak-anak pulang sendirian di tengah malam. Meskipun anak itu berkata bisa membela diri, tapi orang jahat terkadang memiliki seribu ide. Jiang Fengmian bahkan hampir menjerit keras dalam menolak agar Lan Xichen tidak memesan Taxi.

"Maafkan aku, jadi merepotkan mu."

Lan Xichen melirik ke arah pengemudi. Di sana ada Jiang Fengmian yang tengah fokus menatap jalan. Pria paruh baya itu menggeleng tidak setuju. Dia tidak menoleh, tetapi tersenyum.

"Siapa yang bilang kau merepotkan? Tidak kok, aku juga ingin menjemput putriku pulang dari les. Jadi sekalian saja."

Lan Xichen mengulas senyum kecil.

"Terima kasih."

.
.
.

Mereka berhenti sebentar di sebuah gedung. Setelah menunggu beberapa saat, seorang wanita muda cantik dan halus berlari kecil dengan beberapa barang di tangannya. Dia melambaikan tangan pada teman-temannya saat dia berada di depan pintu mobil, sebelum membukanya dan menyelonong masuk.

"Eh?"

Mata bulatnya menatap bingung pada sosok yang berada di kursi belakang.

"Lan Xichen... ya?"

Lan Xichen merasa di sebut namanya segera menoleh. Matanya membola kaget saat dia melihat perempuan itu.

"Loh? Jiang Yanli?"

Jiang Yanli mengangguk. Dia duduk di samping Lan Xichen dengan tas kecil sebagai pembatas di antara mereka.

Sang ayah yang berada di kursi kemudi melirik mereka dari kaca depan.

"Loh? Kalian saling kenal?"

Jiang Yanli mengangguk menjawab pertanyaan ayahnya. Dia memeluk kursi kosong di samping pengemudi, bercerita dengan bersemangat.

"Tidakkah ayah mengingat ceritaku dulu saat ada anak kelas 1 yang menjabat menjadi ketua OSIS! Pemuda yang aku ceritakan sangat baik dalam mengatur organisasi."

Jiang Fengmian menatap langit-langit mobil, mencoba mengingat setiap hal yang telah sang putri ceritakan padanya. Setelah beberapa saat, dia ber 'oh' ria.

"Aaaaahh! Aku ingat! Aku sampai bertanya-tanya bagaimana tampilan anak yang luar biasa itu. Ternyata bisa bertemu hari ini... Apakah dunia memang sesempit itu?"

Lan Xichen yang dipuji secara tiba-tiba tidak tau harus bereaksi seperti apa. Namun dia hanya tersenyum sembari berterima kasih.

Dirinya dan Jiang Yanli adalah teman organisasi sekaligus teman satu sekolah. Mereka berdua saling kenal, namun hanya kenal yang biasa saja. Jiang Yanli adalah alumni tahun lalu di SMA mereka. Pada saat Lan Xichen menggantikan posisi ketua OSIS, Jiang Yanli duduk di bangku kelas 3. Saat itu dia adalah mantan sekretaris. Jadi pada berapa saat penting, Jiang Yanli akan mengajarkan mereka materi dasar dalam mengurus organisasi. Dari hal ini, mereka mengenal satu sama lain.

Namun siswa kelas 3 seperti sumbu pada petasan. Pendek dan tidak terasa telah terbakar habis. Begitu juga dengan Jiang Yanli, dia lulus sangat cepat seperti hembusan angin.

Namun meskipun dia cepat beranjak dari bangku SMA. Jiang Yanli sedikit banyak tau tentang kegiatan organisasi, dan bagaimana itu di kelola. Pada saat Lan Xichen yang menjabat, semuanya tertata rapi sampai tingkat yang tidak dapat di jelaskan.

"Jadi bagaimana? Bukankah anak kelas 1 telah masuk? Siapa yang akan menggantikan mu nanti?"

Mereka sedikit mengenang masa lalu. Lan Xichen menatap wanita itu dan tertawa ringan.

"Aku tidak tau... Aku bukan lagi ketua OSIS."

"Hah? Bagaimana bisa! Padahal kau sangat kompeten!"

Lan Xichen menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Itu... Aku yang mengundurkan diri. Ada alasan mengapa aku memilih untuk berhenti. Namun aku tidak bisa menjelaskannya..."

Jiang Yanli menghela nafas. Mengerti bahwa dia tidak bisa memberi tau alasan mengapa dia berhenti, maka dirinya juga tidak berniat menanyakan lebih lanjut. Namun, seolah teringat sesuatu, dia bertanya dengan bingung.

"Oh... Omong-omong, bagaimana kau bisa bersama dengan ayahku?"

"Ah? Itu, aku mengantar Jiang Wanyin pulang."

"Jiang... apa katamu?"

Lan Xichen menatap tingkah wanita itu. Yang memelototinya dengan tidak senang. Dengan gugup mengulang.

"Wanyin kan? Jiang Wanyin?"

Jiang Yanli kembali memelototinya, bahkan lebih parah sampai matanya hampir keluar. Setelahnya mata bulat itu menyipit dengan curiga. Lan Xichen bahkan sampai tidak tau harus berkata apa. Sepertinya dia sudah pernah ditatap dengan tidak menyenangkan seperti ini sebelumnya... Oleh ibu mereka: Itu juga karena nama panggilan kan?!

Apa salah memanggil adik dan anak mereka dengan namanya? Itu jelas-jelas tertulis di name tag miliknya!

"Apa namanya salah?"

Lan Xichen bertanya dengan bingung. Dia tidak merasa salah, namun setiap dia menyebut nama Jiang Wanyin, itu seperti dia telah melakukan kesalahan.

Alih-alih Jiang Yanli yang menjawabnya, Jiang Fengmian berkata dengan canggung dari depan.

"Tidak, tidak salah. Hanya saja..."

Jiang Fengmian tidak tau harus melanjutkan perkataannya. Jadi Jiang Yanli yang melanjutkan.

"Hanya saja, sebagai kakaknya, aku tidak terima. Ini peringatan pertama; jangan dekati adikku."

"..."

Ttalgi | XichengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang