"Wanyin-"
Lan Xichen memanggil Jiang Cheng yang tengah sibuk sendiri. Ketika dia sampai, dia melihat Jiang Cheng tengah menciumi perut anjing tersebut dengan puas. Kepalanya bergoyang kesana kemari. Saat namanya disebut, dia mendongak dengan tatapan bingung. Wajahnya penuh dengan bulu halus. Putih dan berkumis. Bulu menempel dimana-mana seperti sebuah parasit.
Lan Xichen ngeri sendiri melihatnya. Dia memegang dua es pada satu tangan. Dengan terburu-buru menjauhkan Jiang Cheng dari anjing husky milik Bibi penjual es. Menyentuh wajahnya dan menepis segala macam bulu yang lengket.
"Aduh kenapa bermain seperti itu sih. Apakah kamu yakin anjingnya bersih? Bulu anjing itu berbahaya karena beberapa alasan, dan kamu malah mencari penyakit."
Jiang Cheng menutup matanya rapat-rapat. Dan bulu anjing mulai berterbangan kemana-mana. Lan Xichen bahkan sampai harus menjaga jarak.
"Aduhh.. awas! Aku ingin makan es krim!"
Jiang Cheng menepis tangan Lan Xichen yang mencoba membersihkan bulu di wajahnya. Matanya terpejam dan terbuka. Namun tidak dapat sepenuhnya terbuka karena matanya akan kelilipan dari banyaknya bulu yang menempel.
"Tidak. Bersihkan dulu wajahmu sebelum makan. Apakah kamu pikir aku akan selamat setelah orang rumah mu tau kau jatuh sakit karena menelan bulu anjing?"
"..."
Lan Xichen merasa kesal di ulu hatinya. Dia membawa anak ini, dan setelah melepaskannya sebentar saja, dia sudah melakukan proyek besar. Rasanya seperti menjaga balita yang harus disertai dengan perhatian penuh dan sebuah tenaga ekstra.
Bulu anjing itu menempel di mana-mana. Dari tangan Lan Xichen sampai wajah Jiang Cheng, tidak ada yang bersih tanpa bulu yang lengket.
Merasa bahwa dia tidak bisa menghilangkannya dengan tangan saja. Jiang Cheng diseret ke wastafel taman terdekat. Dia memberikan es miliknya dan Jiang Cheng punya kepada empunya. Sementara dia mengeluarkan sapu tangan untuk dibasahi.
Anak itu sibuk makan, sedangkan Lan Xichen sibuk memeras air dari sapu tangan dan mengusap wajahnya dengan kain basah. Bocah itu merengek, jelas tidak terima di lap dengan kain yang dia tidak tau bersih atau kotor. Mengelak dan bergeser dari tempatnya duduk, namun di tahan oleh yang lebih tua.
"Kau... Berhenti bergerak! Jelas ini lebih steril daripada perut anjing tadi!"
Jiang Cheng merengek, menarik diri dengan upaya keras.
"Tidak!!"
"Apanya yang tidak?!"
Mereka mulai tarik menarik dan adu suara hingga menjadi pusat perhatian beberapa orang yang tengah lewat. Beberapa orang tua hanya tertawa senang sembari mengingat anak cucu, sementara yang seumuran mereka merasa geli dengan tingkah laku mereka yang seperti anak kecil.
Lan Xichen sebenarnya tau bahwa tindakan yang tengah dilakukannya agak memalukan. Tapi lebih daripada itu, dia lebih merasa jengkel pada anak yang tengah dia rawat ini. Bagaimanapun juga Jiang Cheng pergi bersamanya. Sudah jelas bahwa dia bertanggung jawab penuh atas segalanya. Mungkin karena dia lebih tua, maka dia menjadi lebih peduli pada anak yang lebih muda. Menjaganya sudah pasti menjadi tanggung jawabnya setelah mereka pergi bersama; jika tidak di dasari oleh pemikiran seperti ini. Lan Xichen pasti dengan senang hati akan pergi dan melemparkan sapu tangannya ke wajahnya yang menyebalkan!
Setelah menghabiskan waktu penuh upaya, bulu-bulu itu sepenuhnya menghilang. Bahkan es krim Lan Xichen telah mencair dan menetes ke seluruh tanah.
Dia melirik Jiang Cheng yang sudah memakan es miliknya. Selama Lan Xichen sibuk, dia juga sibuk makan. Jadi setelah Lan Xichen selesai, miliknya habis dan dia memakan milik orang lain.
Tapi pada saat ini, jangankan berdebat. Mengeluarkan satu kata saja Lan Xichen sudah tidak sanggup. Energi kesabarannya habis. Mungkin inilah alasan mengapa dia di takdirkan untuk berjumpa dengan Jiang Cheng: untuk menguji betapa sabarnya dia.
"Kamu... Bukankah kamu bisa menyuruh anjing itu saja yang antri alih-alih menyuruhku?"
Lan Xichen tiba-tiba teringat. Dia bersandar dengan malas di bangku taman dengan kepala menghadap ke arahnya. Mereka bertatapan mata sekilas dan Lan Xichen teralihkan dengan cairan coklat yang mengotori sudut bibirnya.
Pemuda itu membersihkan bibirnya dengan sapu tangan yang sama. Jiang Cheng mengerti bahwa dia mungkin makan dengan berantakan, tapi bibirnya di sentuh oleh orang asing adalah hal yang baru. Sebagai naluri, dia menegakkan bulu dengan tidak nyaman. Seperti kucing yang waspada.
"...itu kotor." Lan Xichen termenung sebentar sebelum dia berkedip seperti anak anjing. "Bukan bermaksud apa-apa."
"Kan tinggal bilang!"
Jiang Cheng mengusap setiap sudut bibirnya dengan kasar menggunakan lengan panjang seragamnya. Membuat Lan Xichen mau tidak mau berdecak di samping. Kekesalan muncul di raut wajahnya, tapi dia tidak memiliki banyak kalimat untuk di ucapkan selain bertanya soal anjing yang bisa mengantri.
"Jadi... Jawab pertanyaan sebelumnya."
"Terserah padaku lah." Jiang Cheng sangat malas menanggapi sesuatunya dengan serius, "Aku bisa menyuruh mu, mengapa harus menyuruh seekor anjing?"
Lan Xichen duduk tegak. Dia melirik ke samping seperti boneka patah. Senyumnya terukir dengan anomali. Alisnya bahkan bergetar tipis karena buncahan emosi. Tapi sekali lagi, dia tidak memiliki apapun untuk dikatakan. Mungkin ini adalah sebuah cobaan untuk menguji betapa sabarnya dia.
"Kau... Benar-benar sesuatu, ya?"
Jiang Cheng tidak terlalu ambil hati.
"Ya, kau benar."
Lan Xichen menatap ke arah langit yang biru. Dia mulai memikirkan betapa tidak masuk akalnya bagaimana mereka bertemu. Setelah kejadian ini, dia berdoa pada Tuhan agar mereka tidak pernah bertemu kembali.
Namun terkadang sebuah doa buruk sangat jarang diijabah. Jadi meskipun dia merapal doa yang sama setiap malam. Esok harinya, mereka malah semakin sering bertemu dalam ketidaksengajaan yang berulang.
.
.
.Penulis memiliki catatan:
Aku rasa aku menulisnya dengan sangat lambat ~ setelah kupikir-pikir sesekali Xicheng dengan alur slowburn itu sesuatu yang baru wkwkwk.
Maaf slow update ya ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Ttalgi | Xicheng
FanfictionLan Xichen menyukai saat-saat dirinya bersama Jiang Cheng. Rasanya seperti strawberry, asam manis yang menyegarkan selalu membuatnya bahagia. Xicheng Fanfiction made by Lemon_nim.