Bab 8 : Karena aku naif.

142 42 25
                                    

Beberapa bulan kemudian.
-
-
-

"Aya, apa kau pacaran dengan Keenan?" Beberapa gadis teman sekelasku bertanya, tentu saja mereka memperhatikan bagaimana aku dan Keenan setiap hari menghabiskan banyak waktu bersama, menyadari bahwa kami berdua memanglah dekat. Mereka sepertinya sangat penasaran tentang hubunganku dan Keenan, apakah mungkin kami sedang berkencan atau hanya sekadar berteman dekat saja.

"Karena kami melihatnya, kalian selalu datang bareng ke sekolah, lalu pulang bareng juga, kalian menghabiskan waktu istirahat dan makan siang di sisi satu sama lain, seperti berada dalam dunia kalian sendiri..."

"Dan dia sepertinya juga tidak pernah memperhatikan orang lain, selain kau..." Fakta bahwa Keenan begitu fokus hanya padaku adalah sesuatu yang memberi kesan pada semua orang bahwa kami berdua mungkin saja memiliki hubungan serius.
Aku jadi salah tingkah menghadapi pertanyaan seperti ini, mungkin kami sudah menghabiskan terlalu banyak waktu bersama-sama, dan itu hanya memperjelas kenyataan bahwa Keenan nyaris tidak melihat orang lain selain aku.

Aku hendak menjawabnya, namun sebelum itu aku melirik ke arah Keenan di sebelahku, dia masih tidur, telungkup di mejanya, "Uhh... itu..." Aku mulai bingung dengan pilihan jawaban yang akan kuberikan, tidak yakin harus berkata apa. Aku terus melirik ke arah Keenan, tidak ingin membangunkannya, tapi juga tidak yakin dengan situasi yang kuhadapi. Para gadis teman sekelasku terus menatap, menunggu jawaban, penasaran ingin mendengar apa yang akan kukatakan mengenai hubunganku dengan Keenan.

"Bukan seperti itu..." Aku menyelipkan helaian rambut di belakang telinga, merasa malu. "Kami-- Kami seperti saudara, kan,"

Teman-teman sekelas tampak bingung dan sedikit terkejut dengan jawabanku. Saat aku mengatakan bahwa hubungan kami berdua lebih seperti saudara, ini tidak seperti yang mereka bayangkan.

“Kalian… kalian berdua seperti saudara?” Salah seorang anak perempuan bertanya lagi, sementara beberapa gadis lainnya mulai menatap curiga. Tapi mau tidak mau ekor mataku memperhatikan lagi bagaimana Keenan nampaknya masih tertidur dengan nyaman di mejanya, sepertinya dia tidak mendengar percakapan yang terjadi saat ini.

"Umm, ya,  kalian bisa menganggapnya begitu?" aku mengangguk.
Mereka melihat ke arahku cukup lama, beberapa dari mereka tampaknya mulai percaya bahwa aku dan Keenan tidak berkencan.

"Oh, benar, benar. Kalian berdua terlihat sangat dekat, jadi..., kurasa kami bisa menganggap hubungan kalian lebih seperti saudara atau semacamnya, kan?"
Seorang dari gadis itu mendapat kesimpulan sendiri.
“Benar,” jawabku, singkat. “Aku baru berusia tiga belas tahun ini, aku tidak bisa berpikir egois tentang pacaran, hal-hal semacam itu seharusnya terlintas di pikiranku ketika aku sudah sedikit lebih dewasa, saat ini, aku hanya ingin fokus pada studiku dan membantu kakekku menjalankan tokonya, lagi pula, Keenan juga sering membantu kakekku di rumah, dan setiap hari kami juga makan di meja yang sama dan belajar bersama, kami sudah seperti keluarga,"

Teman-temanku mulai mendengarkan dengan serius, saat aku menjelaskan situasi antara kami berdua dan memberikan alasan mengapa aku dan Keenan begitu dekat. Aku juga menceritakan bahwa Keenan bekerja membantu Kakekku di toko kami. Sebagian gadis-gadis di kelasku tampaknya memercayaiku, meskipun banyak dari mereka yang masih sedikit curiga.

"Masuk akal," Risa, salah satu dari mereka menjawab, mencoba meyakinkan dirinya sendiri dan teman-teman yang lain bahwa mereka memahami situasinya.
Ia merupakan siswi yang populer dan memiliki banyak sekali teman.
"Tapi apakah kau tidak pernah sekali saja berdebar? Keenan itu... Yah, kau tahu kan Aya, dia itu tampan sekali, seperti tidak nyata..."

Aku tersenyum maklum, mungkin karena latar belakangnya yang agak spesial, yang jelas Keenan memiliki pesona berbeda dari anak laki-laki seusianya, begitu kharismatik, nyaris seperti orang dewasa, dan ini baru kusadari setelah dia mulai bersekolah dan membaur dengan para siswa lainnya.
Membandingkan Keenan dengan anak laki-laki lain seusianya jadi semakin mudah saat mereka semua berdiri bersisian.

Eir AN:GE°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang