Bab 3 : Kepingan kenangan

164 43 20
                                    

Dulu sekali, aku pernah mendengar sebuah cerita lama yang mengatakan bahwa sebelum kematian, kita akan mengalami kilas balik masa-masa paling membahagiakan bagi kita semasa hidup.
Kurasa itulah yang sekarang ku alami.

Aku tidak tahu apakah hidup yang kujalani bersama Keenan adalah versi terbaik kebahagiaan yang paling kuinginkan.
Namun, ya, aku sempat bahagia.

Aku mencintai Keenan apa adanya, tidak hanya keindahan rupa dan fisiknya, tapi juga kepribadian dan keunikan seorang Keenan yang tidak ada bandingannya.
Walaupun, jika saja aku diperbolehkan memilih, aku ingin dia berhenti saja menjadi penjahat, tentu saja.

Dengan demikian, peristiwa malam penembakan itu tidak akan terjadi, dia tidak perlu berakhir meregang nyawa di tangan musuh-musuhnya...

***

18 tahun lalu...
Musim gugur.

-

-

"Kau adalah Keenan Qey, bukan?" Saat pertama kali aku bicara padanya, delapan belas tahun lalu, aku tahu dia adalah pemimpin geng anak-anak nakal di lingkunganku, "Bisakah kau memberitahu anak buahmu, berhenti mencuri di toko kakekku?" Aku memberanikan diri bicara padanya, meski tanganku gemetar.

Keenan Qey delapan belas tahun lalu bukanlah seorang lelaki dewasa sangar penuh tato dan bekas luka di tubuhnya, secara fisik ia memang lebih besar dariku mungil, tapi penampilannya persis seperti anak jalanan tak terurus dengan banyak bekas luka di wajahnya.

Keenan Qey delapan belas tahun lalu bukanlah seorang lelaki dewasa sangar penuh tato dan bekas luka di tubuhnya, secara fisik ia memang lebih besar dariku mungil, tapi penampilannya persis seperti anak jalanan tak terurus dengan banyak bekas luka ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambaranku sebagai seorang gadis kecil menghadapi Keenan yang saat itu jauh lebih besar dan tinggi memang amat lucu, tapi itu sama sekali tidak menghentikannya untuk merasa tergerak oleh keberanianku.

Nampaknya, rasa keadilanku yang lugu dan terkadang salah tempat selalu menjadi sesuatu yang amat Keenan kagumi dariku, tidak peduli berapa tahun berlalu; dia tidak pernah merasa terganggu dengan sikapku yang terkadang melakukan perlawanan sia-sia terhadapnya, malah sebaliknya, bisa dibilang, keberanian yang kutunjukkan ketika menghadapinya bahkan ketika aku masih sangat kecil adalah hal pertama yang mendorongnya untuk jatuh cinta kepadaku.

Rey selalu bilang, walaupun aku pada akhirnya selalu mengikuti alur milik Keenan, tidak mengubah fakta bahwa hanya aku manusia di dunia ini yang mampu memaki, berteriak, mengajak bertengkar, atau bahkan memarahi Keenan.

Keenan selalu mengingat hari itu dengan baik.
Saat aku memintanya untuk menghentikan bawahannya mencuri dari toko kakekku,
lalu setelahnya, semakin banyak hal yang kami lalui bersama-sama, dia semakin merasakan kasih sayang saat aku terus berbicara dengannya dengan penuh ketulusan dan kekaguman. Saat itu, Keenan sudah mulai jatuh cinta padaku.
Dia begitu tersentuh dan terpesona, sehingga berbulan-bulan setelahnya pun, dia tidak bisa berhenti memikirkan pertemuan pertama kami.
Dia bahkan pernah mengakui hal ini padaku dulu sekali.

"Apa kau mendengarkan?" Kenapa anak nakal ini hanya menatapku saja, sih? "Bukankah kau itu bosnya di sini?" Aku menilainya dari atas kebawah, berapa umurnya? Tiga belas? Empat belas tahun? Oke, mungkin dia cukup tampan... Apa dia blasteran? Kalau saja pakai baju yang bagusan dan sedikit lebih bersih mungkin dia tidak seburuk itu, kulitnya putih kemerahan seperti orang asing, tapi kenapa anak muda seperti dia pakai tindik di telinga segala?
Pikiran masa kecilku merasa tidak nyaman melihat semua keanehan dalam dirinya.

Eir AN:GE°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang