Eir AN:GE°
Copyright 2024
Story : Arkadia_Project feat KANRA
Editor : PUT
Trigger warning : Membaca novel ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang disturbing/mengganggu.
Terutama bagi mereka yang sensitif dengan tema tertentu.
Tags terkait diser...
Salah satu hobi pacar gilaku yang saat ini sedang menertawakanku di sana, membuatku marah. hal yang paling disukainya adalah kesenangan saat melihatku putus asa karena cemburu, dan apa yang paling ingin dilihatnya ialah wajahku yang sedang frustasi karena memikirkannya.
Dan tentu saja itu hal terakhir yang ingin kulakukan malam ini, aku tidak berencana untuk membuat segalanya mudah bagi diriku sendiri dalam kurun waktu dua puluh empat jam ke depan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seperti malam ini ketika kami berdua sedang menikmati suasana di dalam ruang VVIP Club malam miliknya dan kakaknya, Rey. Kami tidak berdua saja, ada banyak orang lain dari organisasi yang sama. Kegiatan berkumpul semacam ini sama sekali tidak aneh lagi baginya, atau bagiku yang selalu mengikutinya berkeliaran kemanapun dia pergi, menempel seperti bulu ketiak, hanya karena aku amat takut kehilangannya.
Aku tahu malam ini tidak akan berakhir damai begitu saja, bahkan sejak awal kami berpacaran aku sudah mengerti bahwa orang ini paling tidak bisa dibiarkan sendirian, buktinya, lihat saja kan? Aku hanya meninggalkannya sebentar, dan gadis-gadis itu sudah mengelilinginya...
Aku tersenyum masam, melemparkan ampas tisu yang kuremas ke dalam tempat sampah. Merasa emosi, salah satu dari gadis itu mendekat dengan gemulai kearahnya, gerakannya yang hangat dan provokatif tertangkap mataku, seleranya Keenan banget... Ia melingkarkan lengannya yang cantik di bahu pacarku, yang bahkan tidak merespon sama sekali.
Keenan tidak merespon, tapi juga tidak menolak, dan di situ letak kesalahannya! Dia membiarkannya begitu saja, jujur itu sangat menyebalkan. Entah mengapa, meski aku merasa sudah berpacaran dengannya selama bertahun-tahun, aku tetap saja tidak nyaman setiap kali melihat pemandangan begini.
"Ribut saja deh, ribut, biar aku yang buka taruhannya." Rey berkata menggoda di belakangku, aku tersenyum kecut, mencoba untuk tidak terprovokasi, "Tenang, Ayana, aku masih akan tetap bertaruh untukmu," ia menambahkan, seolah tidak ingin berpihak pada adiknya sendiri, sama sekali.
"Mau pakai senjata? Pecahan botol?" Rey kegirangan menyemangati, aku menggeleng malas.
"Jangan bercanda, please," Tidak lucu.
Pastinya, Keenan juga sadar bahwa aku sudah kembali, karena detik ketika aku memasuki ruang VVIP, mata kami bertemu. Tapi masih saja, dia tidak melakukan apapun. Dia bahkan tidak pernah mau bersusah payah menghentikan semua kegilaan ini, di saat aku jelas-jelas menatapnya dengan penuh kemarahan. Dia hanya menghembuskan asap rokoknya, bersikap cuek, kembali menikmati dentuman musik yang menyakitkan telinga.
Aku mengangguk, baiklah, aku paham. Dia ngajak ribut.
"Heh?" Rey agak terkejut ketika aku meminjam gelas berisi anggur di tangannya. Aku berjalan santai ke arah Keenan, yang sedang menantiku dengan mimik muka penasaran.