Bab 11 : Terlalu cantik untuk mati

132 9 4
                                    


Keenan's Aesthetic mood's :

Keenan's Aesthetic mood's :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Continuation :

-
-

Hari ini sepatuku jatuh ke tong sampah. Seseorang telah mencabiknya dengan tak berperasaan lalu mencampakkannya begitu saja. Dengan mata berkaca-kaca, aku memungut sepatu itu, sambil menepuk-nepuknya, lantas memasukkan ke dalam tas sekolahku. Frustrasi melanda ketika memikirkan bahwa seseorang telah sengaja merusaknya.
Rasanya lelah sekali setelah bersusah payah mencari mengelilingi sekolah, ketika menyadari bahwa aku kehilangan sepatuku setelah jam pelajaran renang usai.

Dan kini, aku menemukannya di tempat pembuangan di belakang sekolahku.
Dalam keadaan rusak.

Pertanyaan tentang mengapa mereka tega melakukan ini, dan apa sebenarnya salahku, berputar-putar mengisi benak.
Situasi ini semakin memperburuk keadaan, membuatku gila, karena hampir semua orang di kelas terlihat membenciku, sedangkan sisanya tidak peduli akan keberadaanku. tapi aku sama sekali tidak memiliki nyali untuk memperbaiki keadaan.
Aku juga tidak berani mempertanyakan langsung alasan di balik perlakuan mereka padaku.

Bahkan meski aku tahu pelakunya pastilah orang yang sama dengan orang-orang yang menambah daftar panjang masalah dan penderitaanku selama beberapa minggu belakangan.

Sudah tiga minggu aku pergi ke sekolah tanpa didampingi Keenan.
Selama ini yang kulakukan hanya bersembunyi di balik punggung Keenan. Tanpa dia aku bukanlah siapa-siapa selain sasaran empuk perundungan. Aku bahkan tidak sanggup menatap wajah-wajah yang menyudutkan itu.

Ketika gadis-gadis di kelasku menyadari bahwa Keenan tidak kembali ke sekolah bersamaku --aku juga tidak tahu di mana ia berada-- penindasan mereka menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Mereka melampiaskan amarah mereka padaku tanpa perlu berpura-pura lagi, dan tindak perundungan mereka lebih parah. Gejolak emosi yang ditimbulkan dalam diriku sangat besar.

Aku merindukan Keenan, kekuatan serta dukungan moril darinya.

Helaan napas meluncur begitu saja. Setelah menjalani hari yang begitu buruk, sekarang aku harus kehilangan sepatu.
Dengan kondisiku yang sekarang, aku tidak tahu lagi bagaimana harus mendapatkan uang untuk membeli sepasang sepatu baru, gelisah menatap kedua kaki telanjangku yang melangkah gontai.

Saat berjalan melewati koridor tanpa alas kaki, aku bisa melihat tatapan mengejek mereka, bagaimanapun, rumor aneh selalu mengikutiku.

Betapa lemahnya aku, jika tanpa kehadiran Keenan.

Sesampainya di kelas, aku menyadari bahwa seseorang telah melemparkan tas dan barang-barangku ke luar jendela kelas.

Panik, aku segera berlari keluar, menuruni tangga sekolah, mengabaikan rasa letih dan kakiku yang sakit karena harus berlari tanpa alas.

Terseok sedih, aku mengambil satu persatu barang-barangku yang berceceran di tanah. Sorakan yang berasal dari kelasku tidak bisa kuhalau dari pendengaran. Ingatan tentang sumpah serapah dan kalimat-kalimat tidak pantas yang dengan sengaja dicoret-coret di atas meja dan tempat dudukku membuatku ingin menangis.

Eir AN:GE°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang