bandung untuk Sajiwa besok

27 11 2
                                    

"Koki sarapanku hari ini ada di rumah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Koki sarapanku hari ini ada di rumah?"

Adalah sesingkat kalimatnya Sajiwa yang tidak mampu tersampaikan terang pada telinganya Najingga.

"Teteh? Jam segini udah berangkat kerja."

Lalu Kasera menyahuti, dan Najingga belum juga tahu konversasi macam apa yang terjadi pada hari minggu pukul 10 ini. Pagar sebatas pinggang yang dibangun letnan Guntur—ayahnya Najingga—mengisolasinya dari semesta manis yang tengah dihuni Sajiwa dan Kasera hari ini. Sedikit banyak, ia ingin tahu apa yang tengah dibincangkan, kenapa Kasera tiba bersama Sajiwa, juga karena apa Sajiwa sampai mengusak gemas pucuk kepala sahabatnya.

Najingga menarik nafas ketika Sajiwa bertengger kembali di atas sepeda motornya. Menarik gas teriring dengan lambaian sampai jumpanya Kasera sebelum menghilang sempurna.

Kasera berbalik, meniti tangga rumahnya sebelum nyaris menjerit sebab seseorang menempelkan wajahnya lekat-lekat dari dalam jendela rumahnya. Si jahil Nilaya bertingkah lagi. Tahu-tahu duduk dalam rumah si adik manis seperti pemilik kedua.

Pintu dibuka, Kasera merangsek ke dalam ketika Nilaya berbalik sembari menghadiahi tatapan teramat dalam untuknya. Kasera tegang tanpa suatu alasan yang jelas. Mungkin karena interogasi lewat matanya Nilaya atau karena dia menolak terlibat interview dadakan mengenai Sajiwa.

"Romeo sama Juliet sampai cemburu lihat kalian berdua."

Kasera berdehem. "Aku nggak ngapa-ngapain."

Nilaya mengayun tungkai, terduduk di atas sofa selagi Kasera melepas sepatunya.

"Ini masih jam 10 pagi dan kamu udah pacaran? Berangkat pacaran jam berapa?"

Kasera menghembuskan nafas beratnya.

"Jangan sebut kata itu. Nggak ada yang namanya pacaran."

Nilaya seadanya menganggukkan kepala kendati segala patah katanya Kasera tidak ia percaya.

"Teteh tahu kamu pergi ketemu Sajiwa?"

Nilaya sengaja mengajukan tanya yang mengerikan. Barangkali gurat wajahnya Kasera berubah menggelap sebab diterkam cemas atau semacamnya, tapi si gadis manis itu malah mengangguk ringan.

"Justru karena Teteh. Kemarin-kemarin Kak Jiwa antar aku pulang dan Teteh merasa berterimakasih, makanya tadi pagi dia minta aku antarin sarapan tanda terima kasih buat Kak Jiwa." Kasera menoleh pada Nilaya, tersenyum tipis sedikit terpaksa. "Sederhana."

"Jadi kamu ke rumahnya barusan?" Lalu Kasera mengangguk kecil. "Ketemu orang tuanya?"

Kasera menggeleng sembari merebah pada sandaran sofa.

"Kak Jiwa lagi sendirian di rumah sampai bulan depan. Ayahnya dinas katanya."

Kasera diam sebentar. Sajiwa menari-nari dalam bayangnya seorang diri berlatarkan petak lantai rumah yang luas dilantuni jerit kesepian untuk 30 hari ke depan. Dihantui tumpukan tugasnya, dimeriahkan sakit kepalanya, perut yang diisi seadanya dan jam tidur yang berantakan. Jangan-jangan Sajiwa bisa lupa tertawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Until You Smell Like MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang