BAGIAN 15

41.9K 2.5K 211
                                    

HAPPY READING!

Jangan lupa vote dan komen!❤️‍🔥

Selamat bertemu dengan Fourich!🚩

========

BITTERSWEET RUINS
[ Bagian 15 | How to Drink ]

Luina duduk di atas kasur, menarik kedua kakinya hingga menekuk, lalu menyandarkan kepala pada lengan yang terlipat di atas lutut.

Dia masih marah. Masih sakit hati atas ucapan Jordan—lelaki yang bahkan tidak ia kenal. Tetapi dia tidak bisa melakukan apapun, selain memendam rasa sakitnya sendiri seperti saat ini.

Sebagai seseorang yang bukan bagian dari Fourich, seharusnya lelaki itu tidak ikut andil dalam merendahkannya. Apalagi sampai mengeluarkan kalimat kotor, yang dimana Fourich sendiri bahkan tidak pernah melakukan itu.

Ting!

Masih dengan posisi nyamannya, Luina menoleh ke samping untuk melihat notifikasi yang muncul di layar ponsel.

Masih dengan posisi nyamannya, Luina menoleh ke samping untuk melihat notifikasi yang muncul di layar ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah kenapa, bukannya membaik, perasaan Luina malah makin buruk. Gadis itu terlihat mengambil layar ponselnya dengan ekspresi kesal.

"Kenapa sih, mereka harus beneran bisa bayar?" Luina berdecak, menyesal akan kalimat bodohnya yang waktu itu malah disetujui oleh mereka.

"Dari mana juga mereka tau nomor rekening gue."

Gadis itu lalu melempar ponselnya lagi ke tempat semula. Raut wajahnya terlihat sangat amat kesal.

Kenapa setelah semua hal buruk yang mereka ciptakan untuknya, dia tetap belum menemukan satu rencana yang pas untuk menghancurkan mereka semua?

Semacam balas dendam, seperti yang sempat ia tanamkan pada hatinya saat peristiwa skandal palsu beberapa waktu yang lalu.

"Gue harus bisa bikin mereka bertekuk lutut sama gue. Tapi gimana caranya? Mereka selalu ada di atas semua orang."

Luina menatap kosong ke atas.

Semua wajah Fourich silih berganti muncul dalam pikirannya. Tertawa. Mengejek. Mempermainkan. Menginjak harga dirinya.

Kesombongan mereka membuat dadanya bergemuruh lagi. Tangannya mengepal dengan kedua alis mengerut tajam.

"Bunda.. Tolong bantuin Luinaa.." Gumamnya seolah tau bahwa dia tidak ada harapan.

Namun, seolah Tuhan berpihak ke padanya, sebuah memori masa kecilnya tiba-tiba muncul. Kenangan tentang satu-satunya sosok yang pernah benar-benar memilihnya.

"Luina sayang, kamu tau gak? Dulu... Bunda gak suka loh sama anak kecil."

Sembari memeluk boneka beruang, Luina kecil menoleh, menatap wanita yang sedang menyisir rambutnya dengan hati-hati.

BITTERSWEET RUINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang