𝐒𝐮𝐬𝐩𝐞𝐜𝐭

181 21 2
                                    

Warning ⚠
-jangan meniru kata buruk dari book ini
-banyak hal buruk/kotor yang tercantum dalam book ini di harapkan jangan di contoh di dunia nyata.
-jikalau ada chapter yang mengandung unsur 18+ dan anda belum cukup umur tolong di skip karna tak bagus untuk pikiran yang belum tua.

═════════════════════════════════

Sumpah kesel gak sih, ada ulangan trus temen lu contek di google saat bagi rapot malah dapet Ranking anjg, rasa kek hah? Pen bilang cuman gak ada bukti, kont-

Vemz*X

Ubi kembali ke sebuah ruangan tak familiar yaitu ruang singgasana'nya dengan Senjata Legends ke3 ditangan nya. yap, Ubi baru saja memenangkan permainan Dewa.

Ubi lalu keluar dari ruang singgasana menuju keluar gerbang besar Castle Ragnarok, disaat ingin memakainya namun tak bisa Ubi lalu teringat dengan stand nya yang ternyata tak menenus level dari senjata tersebut, yang berarti Ubi tidak bisa memakainya.

Ubi merasa tak masalah dengan hal itu, toh lagi pula dirinya juga masih punya Wrath buat apa pake Envy, sifat saja tak sama dengan senjata itu.

Tak lama itu muncul'lah anggota Ragnarok lainnya dari pintu fortal nether dan menghampiri Ubi, "Wait, Ubi lu yang dapetin senjatanya??! Keren sih.. " takjub Garox.

Ubi menatap senjata Legends itu lekat lalu berkata, "Gua mau coba Senjata ini tapi level gua belum cukup, toh gua masih punya Wrath jadi salah satu dari kalian akan gua tunjuk sebagai pemakainya, gimana? Tapi biar adil, kalian harus bertarung menentukan siapa yang menang. " jelas Ubi.

-Eclipse

Terlihat Sean yang sedang menatap kesal Maji yang berada didepan nya saat ini. "Cari Gempita? Buat apa? Gak, dia gak ada disini! Pergi lu sana. " usir Sean begitu saja. Membuat Maji kesal, ia menarik tangan Sean kasar menuju salah satu kamar dirumah sana.

Clek-

Maji membuka pintu lalu mengebedon Sean di dinding, "Sean, gua bisa kapan aja bunuh lu.. Bilang dia dimana sekarang! " desak Maji. Namun Sean masih saja keras kepala, "Gua gak tau dia dimana! " bohongnya.

"Lepasin gak!? "

Bugh-

"Agh! Sialan juga. " umpat Maji saat Sean menendang junior nya, merasa kesal ia melempar Sean ke kasur lalu menindihnya, "Sean, gua gak terima ditendang gitu aja, sekarang pilih, sepong gua atau di eWe? "

"Hah?! Pilihan apaan! Gak mau! " tolak Sean mulai memberontak.

Maji menahan kedua tangan Sean keatas, "Jadi lu pilih di eWe? Oke. " ucap Maji mulai melepas celana Sean yang menatap nya horror, "G-gak mau! Lepasin Maji.. Pliss.. " mohon Sean, badannya mulai melemas saat Maji menyentuh bahkan mengelus pinggang rampingnya seksual.

"Hmh~ M-majihh.. A-ahh~ stop-! Agh~"

Maji menarik tubuh Sean yang awalnya terbaring menjadi duduk, lalu menyodorkan milik nya yang besar, namun Sean malah membuang muka menandakan dirinya menolak untuk menyepong kepunyaan Maji.

Maji menatapnya tajam membuat Sean meneguk ludah paksa, "G-gak muat... " ragu Sean, Maji mendecak kesal, "Gak usah banyak omong, sepong aja! " mendengar paksaan Maji, Sean merasa tak ada pilihan, dengan perlahan dirinya memasukan milik Maji kedalam mulutnya.

"Gnhk-! Gkh-! Uhuk-! Slurrp~! Ghk-! GhK-! Ah~ ghk-! Uhuk-! Ghk-! Slurp~ gHk-! Ahh~ mmh~ Slurp~ Ghk-! "

"Ah~ ghk-! Ggh! Ghk-! Slurrp~ A-ah~! "

Crooth~

••• udah wak skip •••

-The Next Day

Hari yang cerah seperti biasa, menampakkan sinar mata biru laut yang indah. Noya kini sedang melanjutkan kegiatannya.

"Noya! "

Merasa terpanggil Noya pun menoleh ke sumber suara, dan ternyata yang memanggilnya adalah Sean. "Kenapa Sean? " tanya Noya.

"Ini, jadi gua sama Gizan nemu orang yang namanya Daazan. Kita agak susah introgasi karna ni orang susah diajak bicara. Ini takutnya dia itu mata-mata nya si Ubi. " jelas Sean.

Noya berpikir sejenak, "Hm yaudh, memang dia ada dimana sekarang? " tanya nya.

"Daazan lagi ada di Asgard, gua tunggu lu didepan portal. " jawab Sean.

Saat dalam perjalanan, Noya ngeh ada yang aneh dengan Sean. Ia lalu bertanya penasaran, "Sean, kok lu jalannya pincang sih? Itu kaki lu kenapa? "

Mendengar pertanyaan Noya, Sean hanya bisa membatu dan celingak-celinguk gugup gak jelas, "O-oh.. I-ini cuman habis jatoh doang gua, heheh... " jawabnya.

"Kok bisa, emang jatuh dari mana lu? " tanya Noya lagi.

"Dari atap genteng rumah, gua jatuh gaya santai, kayang, banyak lah pokoknya. " ucap Sean berbohong dengan senyum palsu.

"•o•"

(No pin, sampe jelek gini aja diambil wah, gua gak tau lagi sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(No pin, sampe jelek gini aja diambil wah, gua gak tau lagi sih.)

-Asgard

Tap.. Tap.. Tap..

"Mana yang namanya Daazan? " tanya Noya yang tiba-tiba muncul, tentu membuat semua orang disana kaget.

"Ini nih orangnya, ajak ngomong coba. " ucap Kaguwir menunjuk kearah Daazan yang berada di dekatnya.

"Jadi... Apa tujuan lu kesini? Tersesat? Atau... Seorang mata-mata? " Tanya Noya dengan tatapan curiga.

Merasa dilontarkan dengan pertanyaan Daazan hanya, membalasnya dengan satu kata saja yaitu, "Tersesat. "

"Oh.. Oke. Apa lu udah tau tentang dunia ini sebelumnya? " Daazan menggelengkan kepalanya yang berarti ia tidak tau. Noya berpikir kembali, sebelum ia melontarkan pertanyaan inti.

"Baiklah. Apa ada niat tinggal disini atau berbaur dengan orang lain? " Daazan terdiam sejenak, ia lalu berkata. "Mungkin...? "

"Eh Noya sini dulu. " panggil Kaguwir, "apa? " tanya Noya.

"Lu gak ada ngerasa curiga dengan orang itu? Liat noh muka-muka penjahat. " ucap Kaguwir.

"Heh dongo sadar diri LOL, liat muka lu tuh, hampir mirip sama dia, sama² punya luka bakar, bisa aja kalian saudara. "

"Jan ngaco lu. "

Vemz*X

======================---------

TBC....
Ntar lagi guys, kehabisan Ide gw.

836 kata

Secrets of the world || Brutal Legends || [yaoi] S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang