𝐐𝐮𝐚𝐫𝐫𝐞𝐥

353 35 0
                                    

Warning ⚠
-jangan meniru kata buruk dari book ini
-banyak hal buruk/kotor yang tercantum dalam book ini di harapkan jangan di contoh di dunia nyata.
-jikalau ada chapter yang mengandung unsur 18+ dan anda belum cukup umur tolong di skip karna tak bagus untuk pikiran yang belum tua.

Vote nya.

═════════════════════════════════

Permainan perebutan senjata telah di mulai, semua orang telah membaca isi buku petunjuk permainan, yaitu memenangkan pertandingan dengan cara memanipulasi lawan agar percaya kepada nya dan membiarkan diri nya lanjut ke pemain lain nya.

Permainan ini cukup simple, banyak pemain yang sangat ahli dalam bidang manipulasi, salah satu nya Ubi namun bukan pahlawan nama nya jika terpengaruh oleh perkataan si penjahat, yang membuatnya harus keluar dari game tersebut.

Di akhir babak final sudah di tentukan yaitu antara Noya dan Gempita, mereka di suruh untuk memencet tombol untuk memilih siapa yang paling banyak dapat suara maka dia lah yang kalah, dan hanya tertinggal satu orang yang akan menjadi pemenang.

"Kalau kalian biarin gua menang maka senjata itu bakal gua beri ke Maji! " ucap Gempita menyakinkan mereka agar tak memilih nya untuk di kick dari game.

Sedangkan Noya? Sudahlah dia tak pandai dalam bidang manipulasi dan sudah pasti Gempita lah yang memenangkan permainan dengan banyak nya orang yang memilih memencet tombol untuk Noya. Begitu juga dengan Ragnarok yang memiliki sifat tak suka dengan Noya yang sok ceramah itu.

Permainan selesai dengan semua orang yang di teleport'kan kembali ke base mereka masing-masing.

-Eclipse

Noya kembali ke kamar nya ia duduk di tepi kasur dengan wajah nya yang nampak sedikit murung, merasa gagal mendapatkan senjata untuk mengalahkan si penjahat Ubi atau Ragnarok itu sendiri. Namun ada rasa kekesalan dalam diri nya.

*Clek

Suara pintu terbuka memperlihatkan Evin yang berdiri diambang pintu lalu menghampiri Noya dan duduk di sebelah nya, Evin kemudian memegang tangan Noya.

Evin lalu bertanya, "Kamu kenapa? " tak ada jawaban dari Noya.

"Huh.. Noya, jangan merasa kehilangan semangat hidup.. Aku tahu kamu mau dapetin senjata it-.. " perkataan Evin terhenti saat Noya tiba-tiba berdiri dari kasur menatap tak suka kearah nya. Wajah nya nampak sedang emosi.

"Lalu kenapa lu malah milih mencen tombol milih gw untuk di kick?! Maksud lu apa Evin?! Lu lebih milih Gempita dari gua?! Hah?! Lu kalau suka sama dia bilang aja! Gak usah ngejalanin hubungan ini, Evin! " teriak Noya bergemma, Evin sontak terdiam.

"N-noya! Dengerin penjelasan aku dulu! "

"Halah tai! Gua gak peduli! " ucap Noya masa bodoh lalu pergi keluar kamar.

"S-sayang! " Evin mencoba meraih tangan Noya namun lansung di tepis dengan kasar, Evin terdiam ia menatap kepergian Noya, air mata keluar membasahi pipi. Evin menangis, ia tak menyangka akan seperti ini. Noya yang terlalu egois tak ingin mendengar penjelasan nya.

"Noya.. Hiks.. "

Perkataan Noya terus muncul di benaknya layak nya kaset rusak, hati nya seakan hancur. "Apakah tak ada harapan? " lirih Evin.

Sebuah senyuman puas terpanpang jelas di wajah Edib, tentu kejadian ini adalah bagian dari rencana nya. Ia lalu melangkah kearah kamar Noya untuk menemui Evin yang meringkuk, kemudian mengelus surai hitam Evin dan memberi kesan nyaman namun tanpa di sadari sebenarnya diri nya sedang dalam bahaya.

"Sabar Vin, mungkin di hari kemudian Noya bakal sadar apa yang dia lakuin ke lu itu salah" ucap Edib.

"Emang iya? Gak bohong kan? "

"Iya serius gua gak bohong, gimana kalau kita jalan ke tepi pantai? Biar lu gak sedih lagi, gimana? " ajak Edib, Evin mengangguk.

Evin berdiri dari duduk nya, mereka berdua lalu keluar kamar Noya dan pergi ke tepi pantai. Saat sampai, terlihatlah pemandangan laut pagi serta angin sejuk.

Melihat Evin yang terlalu fokus dengan pemandangan, Edib pun memanfaatkan nya untuk mencari sesuatu benda yang tentu berupa botol kaca, setelah mendapatkan nya Edib lalu berdiri di belakang Evin dan kemudian melancarkan aksi nya.

"Edi-.. "

*Prangkks

Baru saja ingin menoleh kebelakang kepala Evin sudah di hantam keras dengan botol kaca oleh Edib, membuat nya seketika pingsan dengan darah yang berceceran mengalir dari kepala nya yang terluka cukup parah.

Edib merasa puas walau dia tahu kalau Evin belum mati, Edib kemudian dengan cepat menggendong Evin pergi dari sana karna takut ketahuan. Tentu dia membawa Evin ke dalam nether yang mengarah ke Ragnarok.

Sampai di Ragnarok, Edib lalu masuk ke dalam bawah tanah lewat tangga dan pergi ke ruang bawah tanah. Ia tahu kalau apa yang ia lakukan akan membongkar semua rahasia nya selama ini yang merupakan anggota Ragnarok, tapi masa bodoh Edib sama sekali tak peduli karna ini juga sebuah perintah sekaligus rencana mereka kedepan nya.

═════════════════════════════════

Vote!

745 kata.

Tbc...
.
.
.

Secrets of the world || Brutal Legends || [yaoi] S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang