Tenang Seperti Biasa

20 2 0
                                    

"Kamu yakin pulang sekarang Hana? Bentar lagi kan libur kuliah, tanggung banget pulang sekarang."

"Emang ada libur kuliah buat anak semester akhir?"

Hana balik melempar pertanyaan. Ia bersiap, menggunakan sunscreen lalu menimpanya dengan bedak cushion. Supaya tidak pucat. Ia juga memberi sentuhan merah muda tipis di bibirnya yang pucat.

"Makeup kamu tebal banget."

"Tebal?"

"Iya, ke kampus pun gitu."

Hana kembali bercermin rasanya tidak, di wajahnya pun tidak terasa berat.

"Foundation, cushion, atau BB cream kan memang itu fungsinya. Nge-cover atau naikin warna tone kulit kita sedikit."

Bela Zoya. Mendengar itu Rea diam.

"Kamu bener pulang? Ke rumah?"

"Ngga, ke Korea."

"Serius, kamu mau pulang?"

Hana mengangguk.

"Ada saudara yang mau nikah ya?"

Tanya Wila.

"Nyindir bu?"

Sesekali Hana memanggil teman-temannya dengan panggilan ibu semenjak mereka melaksanakan pengenalan lingkungan persekolahan. Hana dan teman-temannya mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sudah kewajiban mereka melaksanakan kegiatan itu.

"Ngga, kamu kan gitu. Waktu kelar kuliah BIPA, kamu pulang. Emangnya acara ngga akan jadi ya kalau kamu ngga datang?"

"Pftt."

Rea menahan tawanya. Hana mendengus, ini bukan kali pertama. Saat itu mereka juga menertawakan Hana yang ngotot tetap pergi untuk menghadiri acara penikahan bibi dari ibunya. Paman yang ada di daerah sama tempat Hana kuliah, ialah keluarga pihak ayah.

"Iya aku memang ingin menghadiri nikahan sepupuku. Kenapa? Apa itu masalah? Ayahku,, ayahku demam. Jika aku mengatakannya kalian pasti akan tertawa. Ah cuma demam. Iya kan?"

"Saat itu aku pulang karena bibiku menikah, kalian menertawaiku. Apa kalian tau posisiku saat itu? Ibuku sedang masa pemulihan, diacara seperti itu akan banyak menguras tenaga, setidaknya jika terjadi sesuatu, aku ada di sana. Aku bersama ibuku. Aku tak mau ayahku merawat ibuku sendirian. Seperti sebelumnya. Lalu, apa kalian tau betapa kejamnya lidah keluargaku? Apa kalian pernah di posisiku?"

"Aku pulang buat nyiapin lamaran di Korea. Jadi jangan cari aku selama aku pulang. Kecuali menyangkut perkuliahan. Jangan ganggu aku dan calon suamiku ya."

Jawab Hana tanpa rasa beban. Teman-temannya terkekeh, Hana memang sering menghalu. Banyak laki-laki yang nyata ada di depannya, ia tolak. Kekeuh mengejar pria-pria yang sudah pasti tidak bisa menjadi miliknya. Yang sebenarnya pria itu ia sukai tidak lebih dari kagum seorang penggemar.

"Emang mau sama cowo ngga beragama?"

"Ngomong tuh yang bener Hana, ntar dikabulin Allah, lhoh."

"Hiii, nggapapa dong. Seneng banget aku. Semoga aja dia beragama Islam kan. Sabar nuntun aku, ngajarin banyak hal tentang dunia dan sama-sama belajar agama, sayang sama aku, sayang keluarga, cepat tanggap, dan yang terpenting kami saling membutuhkan, saling menyukai, saling menghargai, eaaaa."

Ujar Hana.

"Heleh,,, gitu-gitu pas dideketin cowo ketar-ketir. Cita-cita mau nikah cepet, giliran di deketin kabur. Hahaha."

MELODI ANEMONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang