Bab 6

14 1 0
                                    

Abshari Nuria Rahmatiani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abshari Nuria Rahmatiani

20 Tahun

"Pa, apa papa bahagia selama bersama mama dan apa papa bahagia punya Nuria?"



Papa Octavian Jaya/Papa Jaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Papa Octavian Jaya/Papa Jaya

48 Tahun

"Kita akan tetap mencintai mamamu sampai kapanpun"




***

Nuria langsung merebahkan dirinya di kasur kesayangannya, menjadi panitia ospek tidak semudah yang dia pikirkan. Ketika seluruh anak mahasiswa baru sudah bersantai di rumahnya, mereka masih harus tinggal rapat untuk membicarakan tentang kegiatan besok, berakhir dengan mereka yang pulang malam. Sepertinya ini adalah tahun pertama dan terakhir Nuria ingin bergabung di kegiatan ini lagi. Kalau bukan karena Matthew yang minta tolong padanya dan Jaria yang memaksanya maka dia tidak akan ikut.

Apalagi kalau dia harus bertemu dengan mahasiswa baru yang paling sombong dan belagu dalam kehidupannya. Rasanya ingin dia mencabik-cabik lelaki itu tapi dengan peraturan ketat ospek bahkan untuk menyentuh rambut mahasiswa baru saja susah. Memarahi mereka saja sudah cukup menyerempet ke teguran keras dari dosen apalagi beradu fisik. Tapi sumpah, lelaki itu benar-benar menimbulkan kedongkolan yang sangat besar di hati Nuria. Untung saja papanya menyelamatkannya tadi dari kejaran anak baru yang tidak tahu sopan santun itu.

Nuria mengedarkan pandangannya hingga jatuh ke laci meja riasnya, dia tiba-tiba mengingat sesuatu sehingga membuat bangkit dengan tergesa-gesa. Dia membuka lacinya mejanya dan menemukan amplop berisi surat di sana, "Gara-gara masalah ospek sampai aku lupa surat dari mama." Senyum Nuria terulas ketika menemukan tulisan tangan mamanya di depan amplop itu.

***

Abshari Nuria Rahmatiani, bayi kecilku yang sudah beranjak dewasa

Selamat ulang tahun putri cantikku, tidak terasa kamu sekarang sudah berumur 20 tahun, kamu sudah dewasa. Pasti sekarang kamu sudah menjadi gadis cantik yang senang berdandan dan mempunyai banyak teman seperti mama dulu. Mama perkirakan kamu sekarang sudah masuk kuliah, sudah memasuki dunia menyenangkan sekaligus menyebalkan dalam kehidupanmu. Mama harap kamu bisa melewati semua masa kehidupanmu dengan bahagia, walau ada yang menyebalkan tapi anak mama yang kuat pasti bisa melewatinya, kan?

Bagaimana keadaan kekasih mama? Apa papamu masih sama dengan kebiasaan lamanya? Cintaku, jangan bosan-bosan menghadapi papamu yang ceroboh dan cerewet yah, mama tahu kesusahan hatinya. Dia membesarkanmu seorang diri, pasti tidak mudah baginya apalagi membesarkan seorang putri cantik. Kalian masih akur sampai saat ini bahkan kau masih mencintai ayahmu itu berarti ayahmu sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Kau masih mencintai dia sama seperti mama mencintai dia, kan? Kau menerima hadiah terbaik dari mama selama 20 tahun kehidupanmu, akan sangat tidak adil kalau mama tidak melakukan hal yang sama kepada papamu.

Maka dari itu hari ini mama ingin meminta sesuatu darimu sayang, sesuatu yang mama harap bisa kamu kabulkan. Mama tahu ini akan susah tapi inilah permintaan terakhir mama dalam surat terakhir yang mama tinggalkan untukmu.

Mama mohon carikan kekasih hatimu papamu yang sebenarnya sayang ...

Mama adalah wanita yang berdosa yang memisahkan dua orang yang saling mencintai hanya demi kebahagiaan mama. Mungkin inilah karmanya sampai mama harus pergi duluan meninggalkan kalian. Mama tidak mau menyiksa papamu dan meninggalkan karma mama untukmu makanya mama memintamu untuk mencarikan wanita itu untuk papamu. Sudah saatnya papamu bahagia sayang, dia sudah membahagiakan mama juga membahagiakan kamu, kini tiba gilirannya.

Mama tidak bisa membantumu banyak tapi mungkin kau bisa menanyakan hal ini kepada tante Tira atau om Rizki. Mama sarankan untuk tidak secara terang-terangan menanyakan ini di hadapan para om dan tantenmu terlebih di depan papamu agar mereka tidak menahanmu untuk mencari wanita ini. Maafkan mama karena sudah menyusahkanmu, mama mohon dengan sangat agar kau mengabulkan permintaan mama ini. Wanita itu pasti akan mencintaimu sama seperti dia mencintai papamu. Mama harap kamu mau mengabulkan permintaan wanita berdosa ini.

***

Nuria mengelap air matanya yang mengalir, dia menarik secarik kertas yang tersempil dari amplop, "Jalan Sawerigading nomor 5?" Sepertinya itu adalah alamat wanita yang dicari mamanya.

Nuria terdiam, haruskah dia mencari wanita ini? Wanita yang selama ini menurut mamanya lebih dicintai papanya dibandingkan mamanya sendiri? Lalu apakah selama ini papanya tidak pernah mencintai mamanya?

"Nuria, kamu sudah pulang sayang?" Nuria benar-benar kaget karena papanya nyelonong masuk dalam kamarnya.

Nuria buru-buru melipat surat dari mamanya itu, "Kau kenapa? Kau sedih habis membaca surat mamamu?" Pertanyaan papanya malah hanya dijawab dengan tatapan saja oleh Nuria.

Papanya tiba-tiba memeluk Nuria erat, "Apapun yang mamamu tulis itu adalah bentuk cintanya padamu, pada kita. Sampai kapan pun kita juga akan tetap mencintai dia walau raganya tidak ada sekalipun."

Nuria terdiam dalam pelukan papanya, "Pa, apa benar selama ini kau bahagia bersama mama dan bahagia memiliku sebagai anakmu?"

Sisi-Sisi Dewi (Mini Fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang