Abshari Nuria Rahmatiani
12 tahun
Tukang ngambekan karena anak perempuan semata wayang
Ikrar Sastra Yogiswara
12 tahun
Wajah datar banget
***
"Nuria tunggu, jangan lari!" Seorang laki-laki yang mungkin berumur sekitar 40-an tahun mengejar seorang anak perempuan dengan umur kira-kira 12 tahun. Anak perempuan itu dengan wajah kesal tetap tidak mempedulikan lelaki itu, dia hanya berlari sekencang mungkin sampai laki-laki yang mengejarnya berhenti.
Walau gadis kecil itu mengeluarkan seluruh kekuatannya tetap saja kekuatannya akan kalah dengan lelaki besar itu dan akhirnya lelaki itu berhasil menangkap lengan anak perempuan itu, "Nuria stop!"
"Lepasin Nuria!" Gadis kecil itu masih berusaha melepaskan diri.
"Hei sayang, kamu kenapa sihh? Jangan lari-lari begini bisa nggak? Ayo cerita baik-baik sama papa, Nuria mau apa?" Ternyata laki-laki tersebut adalah papa dari anak perempuan itu.
Anak perempuan itu berhasil melepaskan tangan papanya dari lengannya, "Papa jahat, papa terlalu sibuk dengan pekerjaan papa sampai buat Nuria kebosanan! Papa kan sudah janji sama Nuria kalau mau ke kantor cuma sebentar terus selanjutnya mau pergi ke mall." Nuria -si anak perempuan- itu akhirnya mengeluarkan uneg-unegnya.
"Nuria, papa kan sudah bilang ke kamu buat sabar tungguin papa. Papa udah jelasin kalau tiba-tiba ada meeting mendadak yang nggak bisa papa tinggalin. Kalau papa janji sama kamu kalau papa cuma sebentar pasti bakalan sebentar. Tapi sekarang lihat deh, karena papa harus kejar-kejar kamu, meetingnya bakalan lama karena papa tinggalin. Papa juga kan nggak bisa main tinggalin aja, nanti papa dikatain nggak bertanggung jawab sama karyawan kantor papa." Papanya berusaha menjelaskan agar anak semata wayangnya itu mengerti.
"Ini weekend papa, papa dari hari senin sampai jumat di kantor mulu masa weekend juga! Apa mereka semua tidak punya keluarga?! Bapak-bapak itu mungkin tidak terlalu peduli karena anak-anak mereka bisa bermain dengan mamanya. Coba mama ada di sini sekarang, Nuria juga nggak mungkin gangguin papa!" Seketika air muka papa Nuria berubah.
Nuria juga kaget sebenarnya, kenapa dia bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu, "Ya udah, maafin papa karena papa nggak bisa kasih mama buat Nuria tapi sebenarnya papa mau kok menghabiskan waktu sama anak papa. Papa punya kesabaran seluas samudera bahkan kalau untuk menunggu Nuria sampai selesai di sekolah atau di tempat les Nuria tapi Nuria sendiri tidak sabar tungguin papa. Nuria pergi main sama om aja, nanti papa telepon kan." Papa Nuria pergi meninggalkan Nuria sendirian.
Nuria memandang punggung papanya dengan wajah sendu, dia merasa bersalah telah berkata seperti itu pada papanya, "Kamu seharusnya tidak mengatakan hal seperti itu kepada papamu." Seorang anak laki-laki datang menghampiri Nuria.
Nuria memandangi anak laki-laki itu lalu membuang muka. "Ini bukan urusan kamu lagipula bukan sepenuhnya aku yang salah!"
"Salah atau tidaknya kamu, kamu tidak pantas berkata seperti kepada orang tua yang membesarkan kamu sendirian. Tanpa dia kamu pasti udah nggak karuan di jalanan tapi kamu malah kamu membahas mama kamu yang nggak tau ke mana." Anak laki-laki itu mempunyai wajah yang datar.
"Mama saya sudah meninggal ..." Anak laki-laki itu merasa bersalah, ingin minta maaf tapi gadis kecil itu sudah pergi.
Nuria memasuki sebuah ruangan, terlihat ayahnya sedang terbaring di kursi sofa tersebut, lelah sepertinya, "Maafin athena yah, papa." Gadis kecil itu memeluk papanya.
Papanya tersenyum dengan perlakuan manis anaknya, "Maafin papa juga yah sayang, papa sudah bisa tinggalin kantor, kamu mau ke mana?"
Senyum kegembiraan menghias wajah Nuria, "Ke mall makan ramen!" teriaknya, papanya menyetujuinya dan mereka berdua kembali saling berpelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi-Sisi Dewi (Mini Fiction)
RomanceAku mungkin terlahir sebagai anak yang kurang beruntung di muka bumi ini. Aku terlahir sebagai anak yang merenggut nyawa ibuku, untung saja ayahku sangat mencintaiku. Sampai aku dewasa, kehidupanku berjalan hanya dari beberapa surat yang aku dapatka...