Nuria berjalan menyusuri koridor kampusnya, hari ini perasaannya lebih baik dan semalam memang tidurnya lebih nyenyak. Ada apa sebenarnya? Apa benar karena pelukan hangat dari lelaki berandalan itu? Nuria menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan dirinya tapi wajahnya berubah merah menandakan kalau dia salah tingkah juga mengingat kejadian semalam.
Bagaimana bisa dia nyaman di pelukan seorang lelaki yang menjadi teman berkelahinya di hari pertama mereka bertemu? Apa juga maksud lelaki itu sampai dia berani memeluknya seperti itu? Bukankah ini pelecehan?!
"Ngelamunin apa sih sampai aku panggilin nggak dengar gitu kayak orang budeg?!" Nuria benar-benar kaget saat sepupunya menepuk bahunya.
"Hah? Nggak ada kok, mikirin tugas makalah belum selesai," jawab Nuria asal.
Jaira mengernyitkan dahinya, "Lah, emang ada?"
"Nuria!" panggil Matthew yang baru saja menginjakkan kakinya depan kelas.
Nuria menatap Matthew dengan bingung, "Ada apa?"
"Aku semalam ke rumah kamu tapi kata papa kamu katanya kamu keluar, ke mana?" tanya Matthew ketika sudah mendapatkan kursi di samping Nuria.
"Keluar sama siapa? Sama anak-anak yah?" Anak-anak yang dimaksud Jaira adalah sepupu-sepupu mereka yang lain.
"Kirain sama kamu malah," ujar Matthew sambil menyenggol lengan Jaira.
"Kagak! Bilang nggak, kamu keluar sama siapa sebelum aku laporin om Jaya!" terror Jaira.
Nuria jadi bingung dan gelagapan, "Aku ... aku ke supermarket depan habis itu ke taman dekat rumah. Bosan tahu pulang kampus langsung ke rumah mulu." Untung saja dia berhasil mencari alasan.
"Lagian kamu ngapain ke rumah?" Segera Nuria berusaha mencari bahan lain agar tidak ditanyai terus.
"Ini loh jaketmu ketinggalan di mobilku." Matthew memberikan jaket Nuria.
"Eh cieee yang pulang bareng ... diriku ditinggal," goda Jaira.
Nuria memukul jidat Jaira memakai buku, "Apa sih orang kemarin diajakin juga tapi katanya masih ada urusan sama anak futsal!"
Berakhirlah mereka saling mengobrol tentang kegiatan kemahasiswaan seperti BEM dan basket Matthew, "Tunggu bentar mau buang sampah dulu," potong Nuria.
Ketika Nuria sedang buang sampah, dia melihat Sastra yang tangannya ditarik oleh seorang cewek yang dia juga kenali, Lodya, "Ngapain juga harus salah tingkah dengan kelakuan lelaki brengsek macam dia?!" kesal Nuria.
***
Mata kuliah Nuria telah selesai dan rencananya akan pulang bersama Matthew tapi dia harus menunggu Matthew yang sedang mengurus BEM jadi berakhirlah dia di perpustakaan, "Harus banget pulang sama ketua BEM?" Seseorang tiba-tiba mengusik ketenangan Nuria.
Nuria memberikan tatapan sinis ke lelaki pengganggu ini, "Aku mau pulang sama siapa aja kenapa jadi urusan kamu?"
"Mulai jadi urusan aku karena takutnya kamu berakhir di rumah aku tersesat kayak kemarin." Tidak ada yang mempersilahkan Sastra untuk duduk tapi dia malah duduk di sebelah Nuria.
"Kamu beneran tinggal di sana?" tanya Nuria penasaran, kali aja lelaki ini memang doyan jadi stalker.
"Kamu pikir aku segabut apa sampai harus mengikuti kamu di sana?" seringai Sastra bermaksud menggoda Nuria.
Wajah Nuria memerah, "Tahu, malas ngobrol sama anda!" Nuria bermaksud untuk pergi.
Sastra dengan tangkas menangkap Nuria, "Kakak Nuria yang semalam aku peluk kenapa beda banget sama yang sekarang, yah? Sekarang lebih beringas kayak kucing betina pengen kawin."
"Sastra!" teriak Nuria, tidak sadar kalau ini di perpustakaan.
Semua orang menyuruhnya untuk diam membuat Nuria malu, "Pulang sama aku yah," minta Sastra sambil senyum-senyum gaje.
"Pulang aja sana sama Lodya yang tangannya kamu genggam-genggam!" Nuria menarik kasar tangannya lalu pergi meninggalkan Sastra dengan senyum kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi-Sisi Dewi (Mini Fiction)
RomanceAku mungkin terlahir sebagai anak yang kurang beruntung di muka bumi ini. Aku terlahir sebagai anak yang merenggut nyawa ibuku, untung saja ayahku sangat mencintaiku. Sampai aku dewasa, kehidupanku berjalan hanya dari beberapa surat yang aku dapatka...