26. end of our story?

806 86 33
                                    


setelah dirasa sudah cukup memiliki tenaga untuk melangkah, irrad menurunkan kaki nya ke lantai keramik yang dingin itu. dengan tubuh yang masih terbalut dengan selimut selembut sutra, mengantarkannya ke depan pintu kamar mandi yang berada di dalam kamar. memutuskan untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket dan kotor.

keadaannya mulai membaik dari sebelumnya, terlebih dengan dukungan teman-temannya, ia merasa masih bisa diterima dengan hal itu. namun, tetap saja pikirannya belum pulih dari masa lampau.

Air hangat mengalir turun dari pancuran, membawa jauh semua masalah seolah-olah mereka hanya kabut tipis yang mudah terpecahkan. Pikiran-pikiran tertumpuk di kepala irrad yang sedang mandi, tapi sepertinya dia mampu melupakannya untuk sementara saat ini.

Dia hanya berdiri di sana, dikelilingi oleh air yang terus turun, seolah-olah dunia luar tidak ada. Hanya ada dirinya sendiri, pikirannya, dan pancuran air yang terus turun.

setelah dirasa cukup untuk beberapa menit di dalam kamar mandi ini,
tangannya meraih sebuah handuk yang berada disamping, mencoba menghentikan sementara aktivitas basah nya. ia membalut handuk itu di sekeliling pinggangnya, menikmati sensasi dingin sehabis mandi.

Air terakhir turun dari rambut Irrad yang sudah basah akibat mandi. Telinga-nya dengan cepat menangkap suara notifikasi dari ponselnya yang tergeletak tak jauh dari sana.

Dia dengan cepat mengambil ponselnya, seolah-olah dunia luar telah terlupakan untuk sementara waktu saat dia melihat apa yang ada di layarnya.

sekarang, ia merasa kesal kepada pacarnya itu. terkadang sangat jengkel, namun sikap obsesi pada diri pemuda itu membuat irrad ingin menamparnya sepersekian detik kali ini. tetapi terkadang, pacarnya bisa bersikap lebih lembut dari sebelumnya.

Irrad menghela napas saat ia memandang layar ponselnya yang kini kembali menyala.

Tiba-tiba, ponsel Irrad berdering, memberitahukan adanya panggilan yang masuk. Ia menempelkan ponsel tersebut ke telinga, mempersiapkan dirinya untuk menerima panggilan penting.

panggilan tersebut datang dari atasannya, pak AP. yang ingin menginformasikan sesuatu.

Wajah Irrad terlihat lebih datar sekarang, dengan mata lebar dan mulut terbuka dalam keadaan tidak percaya saat ia mendengar isi telepon penting tersebut. Jari-jarinya yang biasanya terlihat tegas saat bermain game kini terlihatmetar tanpa kontrol.

Ia berdiri tegak dengan otot-otot tubuhnya yang tiba-tiba menjadi sangat tegang, memberikan kesan kaku kepada siapa saja yang melihatnya. Irrad jelas sangat terkejut dengan isi telepon tersebut.

"Irrad, apakah besok kamu ada waktu untuk menemui saya? kita akan membahas tentang playoff kemarin, dan, saya sudah mempertimbangkan sesuatu sejak hari itu. saya harap kamu bisa datang menemui saya."

Saat Irrad telah menerima informasi tersebut, raut wajah nya menjadi lebih suram dari biasanya, memberikan kesan ketidaknyamanan. Suaranya sedikit gemetar saat ia bereaksi terhadap informasi tersebut.
"baik, pak. saya akan temui anda besok."

ia merasa seolah-olah jantungnya mulai berdetak lebih keras setiap saat, membuatnya merasa sangat tegang dan tidak nyaman. Informasi yang ia terima jelas memberikan dampak yang besar kepada dirinya.

"baik, irrad."
Setelah panggilan penting itu selesai, Irrad tetap berdiri dengan tubuhnya yang sangat tegang. Ia meletakkan smartphone di atas meja sambil menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk meredakan denyut nadi yang meningkat akibat panggilan penting sebelumnya.

Dahinya mulai mengernyit saat ia mencoba untuk menganalisis informasi penting yang telah ia terima melalui telepon, membuat pikirannya bekerja dengan keras untuk mencerna segala informasi tersebut.

'LITTLE ONE' || skylar x irrad || fiction|| not real ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang