"Jeandra!"
Jean lagi-lagi menoleh ke samping saat tiba-tiba ada orang di samping nya, "di panggil pak Felix di lapangan basket."
"Oh, thanks." Sahut Jean lalu meninggalkan gadis yang kesal karena respon nya.
Tapi, apakah Jean peduli?
Seusai pemberitahuan siswi tadi, Jean langsung bergegas ke lapangan basket dan melihat pak felix di sana. Dengan anggota klub basket, dari putra dan putri.
"Permisi pak, bapak panggil saya?" Tanya Jean dengan sopan.
"Oh, ya Jean. Bapak mau ngomong, kita ke sana dulu." Ujar sang guru menunjuk ke kursi tempat pemain istirahat.
"Mau ngomong apa, pak?" Tanya Jean setelah duduk.
"Kamu, bisa ikut klub basket?"
Jean memelalakkan matanya, tentu saja kaget karena permintaan sang guru. Nyatanya, Jean itu memang pandai, tapi ia sudah kaku.
"Kenapa tiba-tiba pak?" Tanya Jean setelah hening beberapa saat.
"Karena tim kekurangan anggota, dan ada turnamen sebulan lagi. Tapi sudah tidak ada yang mau masuk di sekolah ini, Jean. Kebetulan saya pernah liat kamu main di lapangan basket ini saat pelajaran berlangsung, saya mau tegur kamu, tapi permainan kamu sangat bagus." Jelas pak Felix panjang lebar.
Jean terdiam, menatap ragu ke arah tali sepatunya. Kemudian ia menatap kedepan, netra nya menangkap basket putri sedang berlatih.
"Maaf pak.." gumam Jean, "seperti nya saya tidak bisa."
"Kenapa, Jeandra?" Tanya sang guru bingung.
"Saya.. saya udah ga bisa main basket pak, saya udah berhenti. Dan saya juga udah kaku sama permainan basket, maaf pak.." gumam Jean membalas sang guru.
Terdengar helaan nafas lelah di samping nya, "baik, bapak tidak bisa memaksa kamu, Jean. Terimakasih, dan maaf mengganggu waktunya, tapi ingat, datang kesini kalau kamu berubah pikiran, kamu bisa pergi."
"Baik, pak. Terimakasih, dan maaf juga pak." Ujar Jean lalu pergi dari hadapan sang guru.
"Felix, bagaimana?" Tanya pelatih basket putri.
"Dia tidak mau, tidak. Lebih tepatnya dia ragu," jawab sang guru lalu melangkah menuju basket putra yang kini sedang latihan sejak tadi.
"Kalian tidak lelah?" Tanya sang guru pada murid-murid nya.
"Ngga, pak!" Jawab anak-anak itu seru.
Salah satu dari anak itu adalah Rafael, ya dia selaku ketua tim nya.
"Baik Rafael, 5 menit lagi, setelah itu suruh anggota mu untuk istirahat." Titah sang guru menatap murid nya, "baik, saya permisi."
Rafael diam memandangi pundak lebar pria itu menjauh, lalu kembali latihan. Hingga 5 menit berlangsung, pemuda itu menuruti apa kemauan guru.
Ia membubarkan tim basket nya dan menuju loker.
"Rafael."
Rafael yang tengah mengganti baju nya menoleh, ia menemukan salah satu teman nya, Alfi.
"Hm?"
"Lu udah urus masalah sama pak micro?"
Pria itu berjalan menuju lokernya yang tak jauh dari Rafael dan ikut mengganti baju.
"Belum, lu udah?"
"Udah tadi sama Hiro, mau ngajak lu tapi lu telat datang."
"Entar gua pulang deh, kantin yok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah kita || FemDom [On Going]
Diversos"Aku mencintaimu.. Tapi, restu orang tua mu tidak berpihak padaku." "Ini beneran Kisah Kita kandas sampai disini? Kenapa ga lewat jalan pintas aja?" Ini semua berawal dari Jeandra Analisa menyukai Rafael Bimantara yang sekelas dengan nya di tahun aj...