Jean mengerjapkan mata nya dua kali, lalu tersadar sudah tidak ada seseorang yang berada di dekapan nya. Bahkan selimut nya pun seperti baru saja di pasang.
Jean menoleh ke arah kamar mandi, namun tidak ada tanda-tanda bahwa ada seseorang di dalam nya. Ia kemudian turun dari kasur dan menuju kamar mandi dengan sedikit linglung.
Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, ia segera keluar kamar untuk mencari dimana sang kekasih. Padahal tadi malam mereka sudah sepakat untuk tidak akan pergi sekolah hari ini.
Ia mengedarkan pandangan, hingga menangkap seseorang yang sejak tadi ia cari. Bibir nya terangkat kemudian dengan cepat ia menyusuri tangga. Membuat pemuda manis yang tadi nya menyiapkan makanan di atas meja kini menoleh pada nya.
Jean dengan tiba-tiba menarik tubuh kurus itu menjadi menghadapnya dan dalam sekejap, sang kekasih sudah berada di dekapan nya.
"Kenapa sih, Je."
"Kirain pacar ku ini di culik orang.." balas Jean dengan deep voice nya. Entahlah, lama-lama suara berat Jean itu akan menjadi candu di telinga Rafael.
"Apasih, ga ada yang mau nyulik. Cepet makan."
Jean tidak melepaskan pelukan nya, ia kini beralih memeluk pinggang ramping sang kekasih, dan keempat netra itu bertemu.
"Morning kiss, dong."
"Udah gosok gigi?" Tanya Rafael gugup. Padahal, dari nafas wanita itu saja ia sudah tahu jawaban nya.
Jean mengangguk, masih menunggu ciuman dari sang kekasih.
Rafael dengan cepat menempelkan dua bibir itu, dengan sedikit lumatan. Jean sendiri baru tersadar saat Rafael kembali menarik wajah nya yang sudah memerah bagai kepiting rebus.
"Yah, aku belum dapet. Boleh, ya?"
Rafael merengut, masih dengan posisi mengalihkan pandangan nya. Ia tidak menjawab. Dan menurut Jean itu adalah lampu hijau.
Tangan nya menangkup dagu sang kekasih dengan pelan, lalu memulai jatah morning kiss yang di berikan oleh sang kekasih. Rafael hanya diam dan sesekali membalas lumatan lembut dari sang kekasih.
Tidak ada bertukar saliva. Jean masih ragu untuk melakukan itu.
Beberapa saat kemudian Jean menarik wajah nya, kemudian tersenyum kecil dengan jari tangan nya mengusap lembut bibir sang kekasih.
Manis. Tidak sia-sia ia sudah melarang Rafael untuk merokok.
"Manis.."
Wajah Rafael tambah memanas, ia sudah yakin bahwa wajah nya pasti sudah sangat memerah.
Jean terkekeh dan mengecup penuh sayang pada kening Rafael. Rafael sendiri hanya diam, menikmati perlakuan manis sang kekasih dengan tersipu.
"Udah, Je.. ayo makan, entar keburu dingin."
Rafael berusaha untuk keluar dari lingkaran tangan sang kekasih, hingga wanita itu terkekeh gemas lalu melepaskan pelukan nya.
Rafael kemudian menarik tangan Jean untuk segera duduk di sebelah nya. Sedang wanita itu hanya menurut, dan dengan manja nya ia meminta sang kekasih untuk menyuapi nya.
Ya.. sedikit ada keributan kecil, namun akhirnya Rafael mengalah dan mulai menyuapi sang kekasih.
Sungguh pagi yang manis, semoga saja ini bukan yang terakhir.
.
.
.
Hari ini wanita bernama Jeandra itu sangat menyebalkan. Tidak, hari-hari sebelum nya juga menyebalkan. Tapi hari ini menjadi sangat sangat menyebalkan!
Seperti saat ini. Mereka niat nya ingin menonton netfilx di sore hari, semua berjalan lancar jika wanita aries ini tidak terlalu manja pada Rafael!
Saat Rafael merebahkan tubuh nya di sofa, ia pasti akan menindih nya dan memeluknya erat.
Dari pagi memang Rafael masih bisa tahan. Tapi tidak untuk saat ini, wanita itu terlalu manja! Kemarin biasa saja, tuh.
"Jean, kenapa sih?! Tiduran di sofa lain!"
"Disini lebih nyaman, sayang."
Argh! Kenapa sih Rafael lemah kalau wanita itu sudah mengeluarkan suara dalam nya? Sedikit serak dan berat. Sungguh, Rafael bisa gila rasanya.
"Tapi berat, Je."
"Nanti juga terbiasa, Rafael."
Akhirnya, pemuda manis itu hanya bisa merengut dan sesekali menekan tombol remot untuk menyesuaikan film yang akan ia tonton.
Entah kenapa, hari ini menjadi hari termanis di hidup Jean. Ia sangat senang hari ini.
Jean merasa sangat nyaman jika berada di sisi Rafael. Jean merasa ia tak bisa jauh dari Rafael. Jean ingin selalu bersama pemuda manis yang berstatus kekasih nya itu.
Ah, Jean merasa ia semakin cinta pada sang kekasih.
.
.
.
Rasa senang itu berganti rasa gugup sekarang. Setidaknya masih ada rasa senang karena akan bertemu dengan orang tua sang kekasih, walaupun sedikit.
Tapi sungguh, ia merasa sangat gugup saat ini. Bagaimana reaksi orang tua Rafael jika melihat keberadaan nya? Apalagi, Jean juga bukan orang yang sangat kaya. Ia hanya hidup dengan berkecukupan.
Tapi, apapun reaksi nya, Jean berharap itu akan baik.
Jarum jam sudah menunjuk pada jam 20.03 Malam. Kini Jean sudah berada di mobil, menunggu sang kekasih yang tadi izin ke toilet sebentar.
Hingga beberapa saat pemuda manis itu nampak memasuki mobil, dan di sambut dengan kecupan di kedua pipi nya.
Ia tidak memperdulikan itu, sepertinya Rafael sudah terbiasa depan kebiasaan Jean yang selalu mencium nya.
"Jalan, Je."
Jean tidak menyahut, ia segera melakukan apa yang kekasih nya katakan. "Mau ngebut ga, El?"
Rafael menggeleng, "ngga. Ga usah, udah malem, Je."
Jean berdeham, lalu mengangguk pelan. Sementara Rafael, terus memfokuskan mata nya menatap ponsel yang kini menunjukkan video-video random yang terus ia geser ke atas.
"Jean."
Jean yang merasa terpanggil kemudian menoleh, "hm, kenapa sayang?"
Rafael ragu sebenarnya untuk mengatakan ini, namun, "beneran mau ke rumah aku?"
Kening Jean mengkerut, "kenapa emang nya?"
"Gatau.."
Jean tersenyum manis untuk meyakinkan pemuda manis itu, "udah ga usah di pikirin."
"Heem.. semoga."
Gumaman Rafael tidak di gubris lagi oleh Jean, wanita itu kembali sibuk pada jalanan di depan nya.
Hingga akhirnya, mereka tiba di depan rumah Rafael. Hujan rintik tiba-tiba turun. Padahal tadi sore sangat terik. Untung mereka tiba sebelum hujan badai sampai.
Pemuda manis itu keluar lebih dulu, lalu langsung berlari kecil hingga tiba ke teras rumah nya. Dan mendapati mobil yang sama seperti punya Jean namun berbeda warna. Mobil itu warna merah.
"Mobil siapa, El?"
Rafael menoleh, kaget karena tiba-tiba sang kekasih sudah berada di samping nya. "Gatau, ga pernah liat."
Jean mengangguk, kemudian merasa hangat di tangan kanan nya. Pemuda manis di samping nya menggenggam erat tangan nya.
"Ayo masuk."
Jean hanya mengangguk, dan mengikuti langkah sang kekasih yang kini menuntun nya berjalan memasuki mansion pemuda itu.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah kita || FemDom [On Going]
Diversos"Aku mencintaimu.. Tapi, restu orang tua mu tidak berpihak padaku." "Ini beneran Kisah Kita kandas sampai disini? Kenapa ga lewat jalan pintas aja?" Ini semua berawal dari Jeandra Analisa menyukai Rafael Bimantara yang sekelas dengan nya di tahun aj...