JeanEl - Chapter 06

68 6 0
                                    

"Banyak banget ya orang suka dosa," celetuk Jean saat mereka baru saja turun dari mobil Rea.

"Lo salah satu nya," sinis Kalea.

"Ini gimana woi? Gua ga bawa motor," tanya Jean.

"Ada, udah gue siapin itu mah," jawab Rea.

"Jajan dulu yuk, laper nih," ajak Kalea.

"Ayo," sahut keduanya.

.

"Je, bentar lagi giliran lu noh," ujar Kalea.

"Oh ya? Bentar lagi deh, masih makan."

Tiba-tiba saja Jean merasa menabrak sesuatu, ternyata orang. Ofc, dan itu adalah.. Rafael.

"Lo punya mata ga sih?" Tanya Rafael.

"Gua yang nanya gitu, lo ga liat nih mata gua dua?" Tanya balik Jean.

"Anj–"

"El! Cepetan!" Panggil salah satu teman Rafael, lalu menarik tangan temannya.

"Bangsat!"

Lalu ia melangkah dengan perasaan jengkel dari sana, meninggalkan Jean dan dua sahabat nya.

"Aaa pentol gua jatuh kan!" Keluh Jean pada dua sahabat nya.

"Entar beli lagi elah!" Ujar Rea.

"Sesering-sering nya kita ke sini, baru kali ini ketemu Rafael dkk," gumam Kalea.

"Udah ah, gua udah mau mulai," seru Jean lalu menarik kedua sahabat nya.

.

.

.

Hari ini Jean akan menemui pelatih basket yang sekarang berada di lapangan basket, hari ini klub basket kembali berlatih.

"Je, mau kita temenin ga?"

Rea dan Kalea berniat menemani Jean, tapi entah Jean mau atau tidak.

"Ngga, beliin gua roti sama kopi susu, tunggu di rooftop."

"Oke!"

Rea dan Kalea berseru secara bersamaan lalu berlari kecil meninggalkan Jean yang kini mulai melangkah kembali menuju lapangan.

"Permisi, kak."

Di depannya kini sudah ada pelatih klub basket, putra dan putri.

"Ya, Jean. Ada apa?"

"Apa klub basket masih kekurangan?"

"Ah, kamu berubah pikiran? Tenang saja, masih ada."

"Baik, kapan saya bisa mulai latihan bersama mereka?"

"Kamu bisa membawa baju olahraga mu besok, lalu saya akan menyiapkan baju basket mu. Dan lagi, kamu juga bisa memperhatikan anak basket lain hari ini."

Jean malas, mending ia pergi ke rooftop sekarang.

"Tidak, kak. Saya belum bisa hari ini, akan terasa kaku di badan saya, jadi sekalian besok saja."

Pelatih mengangguk, "baik, terserah kamu."

"Kalau begitu, saya permisi, kak."

Pelatih kembali mengangguk dan Jean melangkah pergi meninggalkan lapangan luas basket.

"Basket.. cuma lompat-lompat apa susah nya? Bodoh."

.

.

Kisah kita || FemDom [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang