BAB 9 : PACARAN SYAR'I ?

50 36 12
                                    

Kita hanya bisa saling mencintai.
Tanpa tahu kapan kita akan saling memiliki.
___

Rey memejamkan matanya seraya mengembuskan napas perlahan. Akhirnya Ia dapat menghirup udara luar yang segar setelah satu minggu di dalam ruangan yang hanya dapat menghirup udara dari mesin pendingin ruangan yang tak pernah berhenti menyala. Rey tersenyum menatap langit sore yang indah dari teras rumahnya. Menatap langit yang dipenuhi berbagai warna yang indah, ada yang berwarna merah, jingga, dan kuning. Sungguh indah ciptaan Tuhan. Tapi, jauh di dalam pikirannya Ia juga sedang membayangkan ciptaan Tuhan yang paling indah di matanya. Seorang perempuan yang dikaguminya dan dicintainya sejak pertama kali bertemu. Perempuan dengan paras yang cantik, hati yang baik, serta akhlak yang apik. Sungguh ciptaan yang sempurna batinnya.

Tak lama suara kumandang azan magrib tersengat dari berbagai penjuru. Rey yang sedang asyik menatap langit terpaksa menyudahinya. Ia beranjak kembali masuk ke kamarnya. Karena keadaan kakinya yang tidak memungkin Rey untuk naik-tutun tangga akhirnya Rey memutuskan untuk tinggal di kamar tamu yang berada disamping kamar orang tuanya untuk sementara. Saat Rey hendak mengambil air wudhu terdengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar.

"Rey," panggil seseorang dari balik pintu yang tak lain adalah Raya.

"Masuk Kak," sahut Rey.

Pintu terbuka lalu muncul Raya yang masih mengenakan mukena putihnya. "Kamu udah sholat?" Tanya Raya.

"Belum."

"Ya udah ayo, Kakak bantu wudhu."

Rey mengangguk. Kemudian Raya mendorong kursi rodanya menuju kamar mandi. Dengan perlahan Raya membantu Rey berwudhu. Setelah itu, Raya kembali ke kamarnya kemudian Rey mulai melaksanakan sholat magrib. Selepas itu Rey segera meraih ponselnya. Rey berniat mengirim pesan kepada seseorang yang sedang dirindukannya. Seraya tersenyum Rey mengetikan sebuah pesan singkat.

[Rey : Assalamu'alaikum Aisyah]

Tak butuh waktu lama, sebuah notifikasi balasan dari Aisyah muncul di layar ponselnya.

[Aisyah : Waalaikumsalam, ada apa                        kak?]

[Rey : gak papa, cuma lagi kangen aja]

[Aisyah : Kak Rey! Aku lagi ngaji qur'an lho ini]

[Rey : lagi ngaji ya, maaf kalo gitu Aku ganggu]

Andai Rey tahu, jika di sebrang sana Aisyah sedang salah tingkah karena membaca pesan darinya. Bibirnya tak henti-henti mengembangkan senyumnya.

[Aisyah : Nggak papa kok, oh iya, kakak udah pulang?]

[Rey : Udah, tadi sore sampe rumah]

[Aisyah : oh gitu, maaf ya Kak, Aku gak ikut jemput Kak Rey soalnya Aku disuruh langsung pulang sama Abi]

[Rey : Gak papa, btw tadi kamu bilang lagi ngaji, kalo gitu kita ngaji bareng aja, sekalian kamu benerin bacaan Aku]

[Aisyah : Ngaji bareng gimana maksudnya kak?]

Tanpa membalas pesan terakhir Aisyah. Rey segera menekan tombol panggilan di kontak Aisyah. Menunggu cukup lama hingga Akhirnya Aisyah menerima panggilannya. "Halo, Aisyah," ucap Rey.

"I, iya Kak," jawab Aisyah gugup dari seberang sana.

"Karena Aku udah lama gak belajar ngaji sama Bang Malik, sekarang Kamu tes Aku ngaji ya, kasih tau Aku kalo ada yang salah," pinta Rey. "Iya gak?"

Mencintaimu Adalah AnugrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang