Kata orang cinta tak harus memiliki.
Tapi, tetap saja membuat hati ini sakit dan sulit terobati.
___Siang hari yang terik. Matahari berada tepat di atas kepala. Panasnya yang bukan main, membuat siapapun enggan berpergian ke tempat terbuka dan memilih untuk tetap meneduh. Seperti Rey yang saat ini masih meneduh di depan teras masjid pesantren. Tapi, Rey tidak sendiri. Ia bersama beberapa santri seusianya yang memang sudah akrab dengannya sejak Ia ikut mengaji bersama. Mereka baru saja selesai mengkaji kitab 'safinatun najah' yakni kitab yang membahas tentang ilmu fiqih. Ini bukan kali pertama Ia kumpul seperti ini bahkan Rey pernah berkunjung ke kamar mereka untuk sekedar mengibrol.
"Panas banget ya, hari ini," kata ucup yang perawakannya tinggi-kurus.
"Ini belum apa-apa, lebih panas lagi nanti pas di padang mahsyar, hari di mana semua manusia dikumpulkan dari yang pertama hingga yang terakhir diciptakan, di tambah matahari hanya sejengkal di atas kita, gak kebayang panasnya," balas Udin yang duduk di samping Rey.
"Ngeri ya,"
"Makanya kita harus taat dan tobat kepada Allah supaya kita termasuk orang-orang yang diberi syafa'at oleh Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam. Di akhirat kelak," ucap Ilham yang selalu mengingatkan mereka kepada kebaikan.
"Aminn..." Ucap mereka serentak termasuk Rey yang sedari tadi hanya diam menjadi pendengar.
Inilah yang membuat Rey nyaman jika sudah berkumpul dengan mereka. Obrolan mereka selalu menuju kepada hal positif yang membuat Rey semakin semangat untuk menjalankan proses hijrahnya. Walau kadang mereka pun suka membicarakan hal-hal random seperti remaja pada umumnya.
"Rey, Ana mau nanya sama Anta," kata ucup. Santri di sini memang dibiasakan untuk menggunakan bahasa arab sebagai bahasa keseharian. Karena terbiasa mereka tetap menggunakan kata ganti Ana-Anta walau pun sedang berbahasa Indonesia.
"Tanya apa?"
"Anta suka ya, sama Ning Ais?" Tanya ucup.
"Ning Ais, siapa?" Kata Rey tanya balik.
"Ning Aisyah, masa teu nyaho, ari Anta," ujar Udin dengan bahasa yang dicampur.
"Kenapa dipanggil Ning?"
"Ning itu panggilan buat anak perempuannya Kiyai kalo anak laki-lakinya panggilannya Guz," jelas Ilham.
"Oh gitu, terus kenapa Bang Malik gak dipanggil Guz?" Tanya Rey lagi.
"Beliau mah, kan ustadz, bukan—"
"Ari Anta, sok mengalihkeun pembicaraan," potong ucup.
"Oke, sekarang Gue tanya sama kalian, emang kalian teh gak bogoh kitu ka Aisyah?" Jawab Rey hanya ketika bersama mereka bakat berbahasa sundanya Rey keluar. Gitu-gitu juga Rer itu orang Bogor asli. Tapi faktor lingkungan Ia lebih sering memakai bahasa Indonesia.
"Bohong kalo kita bilang gak bogoh ka Ning Aisyah, udah cantik,bageur, sholehah, beuhh, pisurgaeun pokokna mah," ucap Udin yang langsung dapat toyoran dari Ilham.
"Nah, kan, sarua wae, kita teh, sama-sama suka,"
"Beda atuh, kita mah, cuma sekedar suka, kagum, ari anta mah, keliatannya deket sama Ning Aisyah," tutur Ucup.
![](https://img.wattpad.com/cover/370707786-288-k54505.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Anugrah
Genç KurguDia yang pertama membuatku mengenal cinta. Dia yang mampu merubah hidupku. Dia yang telah menjadikanku manusia paling beruntung di dunia. Dia yang mengajarkanku menjadi manusia yang lebih baik dimata sang pencipta. Bagiku mencintainya adalah anugrah...