BAB 6 : TAKDIR TUHAN

56 37 5
                                    

Kita memang ditakdirkan untuk bertemu.
Namun, belum tentu kita ditakdirkan untuk bersatu.
___

Bel masuk sekolah berbunyi. Seluruh siswa berbondong-bondong memasuki kelasnya masing-masing karena jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Namun, sekali lagi bukan Rey namanya jika tidak telat. Walau pun dirinya sedang dalam proses hijrah. Tapi, kebiasaannya yang satu itu susah dihilangkan. Rey kembali tidur setelah sholat subuh dan terbangun ketika matahari telah terbit di ujung timur. Ditambah saat di perjalanan motornya mogok akibat kehabisan bensin. Alhasil Ia harus mendorongnya hingga penjual bensin.

Setelah memarkirkan motor Ray berlari sepanjang koridor. Sesampainya di depan kelas ternyata sudah ada Ibu Dewi—guru PAI. Sedang menjelaskan. Dengan napas yang masih belum teratur Rey memberanikan diri untuk masuk kelas.

"Assalamu'alaikum Bu, maaf saya te—"

"Yah, gak usah kamu jelaskan juga Ibu udah tau, hampir setiap pelajaran Ibu kamu telat terus, kalo gak telat, bolos" sindi Bu Dewi yang memang benar adanya. Ia sudah sering menasihati siswanya yang satu ini.

"Maaf Bu, Saya janji ini yang terakhir."

"Ya sudah, kamu duduk sana," titah Bu Dewi yang dibalas anggukan oleh Rey lalu berjalan menuju kursinya.

"Kita lanjutkan anak-anak, jadi untuk mengisi nilai harian kalian, Ibu akan mengetes kalian semua membaca Al-Qur'an satu persatu sesuai absen, bagi yang tidak mempunyai wudhu, silahkan wudhu terlebih dahulu, ibu kasih waktu lima menit, jika ada yang tidak kembali alias kabur, maka nilai hariannya akan Ibu kasih nol," ujar Bu Dewi dengan tegas.

Seketika semua siswa yang ada di kelas berhamburan keluar kelas untuk berwudhu. Hanya ada beberapa saja yang tetap berada di kelas, yakni siswi-siswi yang sedang berhalangan. Karena toilet penuh, Rey mengajak Haikal dan Raja untuk wudhu di musholah.

"Lo berdua bisa baca Qur'an?" Tanya Rey panik pada kedua temannya saat ketiganya sedang berjalan balik ke kelas.

"Bisa dikit-dikit," jawab Raja.

"Ya bisalah Rey, masa gak bisa baca Qur'an kita kan, muslim, emang Lo gak bisa?" Ujar Haikal diiring tawa khasnya yang bermaksud bercanda dan tak ada niat apapun.

"Nggak," jawab Rey singkat dengan wajah datar.

Seketika Haikal bungkam menghentikan tawanya. Ia sungguh tidak tahu jika Rey akan menjawab seperti itu.

"Serius?" Tanya Rey

"Serius, dari kecil Gue selalu ngumpet kalo disuruh ngaji sama bokap," jelas Rey.

"Terus Lo sholat baca apa?" Tanya

"Kalo surat Al-fatihah, Al-falaq, An-Nas, sama Al-ikhlas Gue hapal," jawabnya.

"Lah aneh,"

"Gue juga bingung, Gue gak ngerasa ngapalin, mungkin karena sering denger dan sering baca waktu TK kali ya, jadi hapal sampe sekarang," jelas Rey.

"Sama, Gue juga gak ngapalin surat-surat itu, tapi hapal sendiri," timpal Haikal.

"Iya juga sih, ya udah Lo baca surat yang empat itu aja," usul Raja.

Mencintaimu Adalah AnugrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang