Malu

144 13 19
                                    

POV INDRI

Kita berdua di ruangan ini, tapi kenapa aku merasa seperti sendiri ya, di temani Nata tapi kek sama aja ngga ada kehidupan. Mataku pun melirik ke arah Nata, memeriksa aktivitas apa yang sedang dia kerjakan.

"Jiiiahhh, pantas aja ngga ada suara, dia tidur dong", aku mencoba membangunkannya tapi dia ngga dengar, ku toel-toel tangannya pun ngga ada respon kehidupan. Aku pun beranjak dari dudukku, menghampirinya untuk menggendongnya ke sofa, duh di bangunkan aja kenapa jadi di gendong deh.

Aku menatap lembut dan dalam wajahnya yang sedang tertidur, ada rasa ngga tega ingin  membangunkannya, tapi lebih ngga tega lagi kalau dia harus tidur dengan posisi seperti itu. Aku menghampirinya pelan, mendekatkan wajahku ke telinganya.

Nata tolong jangan bangun dulu ya, aku sudah bangunin kamu tapi ngga ada respon kehidupan dari kamu. Aku cuma mau dikit aja ngga apa-apakan.

"Nata aku suka sama kamu, tapi aku ngga berani bilang langsung ke kamu, aku takut kamu ngejauhin aku. Aku lebih takut kehilangan kamu, dari pada takut ngga memiliki kamu."

Ada rasa lega tapi tetap saja masih mengganjal, ahh aku ngga peduli deh. Aku menggerakkan tanganku pelan dan sangat hati-hati, ku tepikan rambut-rambut yang menutupi lehernya, dan sekarang terlihat jelas lehernya yang putih itu. Tercium aroma parfum dari tubuhnya, wanginya Nata yang khas banget.

Pikiran aku pun mulai sempit, entah kenapa aku jadi punya pikiran ingin sekali menciumnya. Sedikit, ngga apa-apa kan kalo aku menciumnya sedikit.

Plakk...... aku memukul keras mulutku sendiri, aku ngga boleh menjadi orang yang jahat nanti yang ada Nata malah benci sama aku, dan aku ngga mau seperti itu.

"Ka, Kaka ngapain ? kenapa posisi nya sedekat ini ?" ucapnya mengagetkan ku, aku pun tersentak ke belakang.

"Aku mau teriak di kupingmu, biar kamu bangun", aku hanya menjawab asal.

Itu tadi nyaris saja. Aku mengernyitkan dahiku bertanya-tanya, kenapa dia bisa terbangun ya atau jangan-jangan dia malah mendengar ucapan ku tadi. Aku berharap dia tidak mendengarnya, jika iya, kupastikan Nata tidak akan mau lagi datang kesini.

Aku kembali menyelesaikan komikku, aku menatap Nata yang sedang tidur di sofa dengan posisi membelakangiku, ingin sekali rasanya aku memeluknya dari belakang. Pikiran ku jadi kemana-mana deh, kalau Nata tahu dia pasti akan marah, iya dia sedikit galak, tapi aku tetap sayang kok.

Tunggu, aku bilang apa tadi, sayang ??? ahh sepertinya sudah gila aku.

Komik sudah ku up, sekarang aku harus tidur. Sebelum beranjak aku kembali menatap Nata yang sudah terlelap.

"Haruskah aku gendong dia pindahkan ke kamar ? arrghhhtt nanti aku kena pukul, lebih baik aku tidur disini saja menemani dia." Aku tidur di lantai beralas karpet dan selimut ya, bukan tidur di sofa berdua dengan Nata.

****

"Hai gaes, bisa kumpul sebentar aku mau kasih tahu beberapa informasi", teriak Dewi.

"Udah pada kumpul Nih, ada apa Wi?", tanya Indri.

"Tolong dengarkan secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya", ucap Dewi

"Ka Dewi plis deh, itu teks UUD 45 ya", sahut Riri

"Dih ngaco kamu Ri, itu teks proklamasi ya", jawab Emil

"Jadi ada apa Ka Dewi?" tanya Nata menengahi.

"Pertama, hari ini akan ada 1 freelancer yang ikut join, lalu yang kedua event CF sudah di buka untuk pendaftaran Booth, kita mau ikut lagi ngga ?" jelas Dewi.

why ?? (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang