Penjaga Toko

39.7K 60 0
                                    


"Hahaha sial banget lo ndu hari ini kalah mulu" ujar seseorang bernama Haris yang tengah menyapu keringat didahinya.

"Ah babi, team gue cupu semua" pria berbadan bongsor itu kini ikut mengistirahatkan badannya setelah tiga kali kalah bermain basket dengan tim yang sama.

Bahkan teriknya matahari siang itu tidak menghentikan anak-anak yang tengah libur sekolah itu untuk bermain bersama diluar. Meski awalnya Pandu sempat menolak karena tidak mau kulitnya semakin gelap jika berain di siang hari, namun tetap saja Haris dan Reva akan tetap menggeretnya menuju lapangan.

"Nitip cola dong Ndu" ucap Reva saat melihat Pandu bangkit dari duduknya.

"Ogah, orang gue mau balik" Pandu menatap sebal teman-teman yang kini malah menyoraki dirinya.

Walaupun Reva tidak sepenuhnya salah, Pandu memang sebenarnya ingin pergi menuju toko warung madura yang berada cukup dekat dengan rumahnya itu, meski tujuannya kesana hanyalah untuk melihat Rani, anak pemilik toko yang terkadang membantu orangtuanya berjaga.

"Aduh baju gue basah banget lagi, bau gak ya" Pandu mengendus ujung pakaian miliknya yang basah karena keringat itu, memastikan agar tubuhnya tidak memiliki aroma yang membuat Rani ilfeel nantinya.

'Anghh ah ah ah...'

Langkah Pandu seketika berhenti sebelum masuk kedalam toko kecil tersebut, membawa tubuhnya bersembunyi dibalik dinding ketika mendengar suara desahan yang ada di dalam sana. Jelas suara itu berasal dari dalam toko, dan merupakan suara Rani, pujaan hatinya.

"Anying...Rani ngewe sama siapa" Meski sakit hati, Pandu yang penasaran menekatkan diri untuk mengintip adegan tersebut lewat jendela.

Mas Faris, ternyata yang tengah menggagahi pujaan hatinya saat ini.

Anak Pak RT yang terkenal kalem dan alim, bahkan orang tua Pandu sendiri sering mebeda-bedankan Faris itu dengan dirinya, meski Pandu akui jika Faris hebat mendapatkan peringkat satu disekolahnya, juga bisa merasakan kenikmatan berdua dengan Rani, namun tetap Pandu kasihan melihat pujaan hatinya yaang mendapat penis sekecil itu.

"Dih harusnya lu jon yang ngewein memek itu, kasian ayang capek ngedesah biar si Faris semangat" ujar Pandu seolah berbicara kepada adik kecilnya dibawah sana.

'Em makasih ya Ran...kamu cantik sekali, besok malam sabtu kita keluar ya'

'Iya Kak Faris, semangat ya kuliahnya'

"Oh, udah kelar, cepet amat" Pandu melihat Faris berjalan keluar toko dengan membawa bebrapa barang ditangan nya, pria itu juga celingak-celinguk saat menyalakan mesin motor sebelum beranjak pergi. Dan Pandu yang melihat Faris menjauh seketika langsung berlari masuk kedalam toko tersebut.

"Kak Rani, camel dua yang biru" Rani begitu terkejut saat Pandu kini sudah berada didepan etalase toko, tidak menyangka ada pembeli ketika keadaaannya sedang seperti itu.

"Bua bapak Ndu?" tanya Rani tersenyum, kakinya masih sedikit lemas sehingga tubuhnya harus berpegangan pada etalase.

"Enggak, buat aku dong hehe..Eh Kak Rani sakit tah kok lemes?" Rani menggeleng, beralasan jika dirinya mungkin lemas karena belum sarapan dan makan siang.

"Kamu baru masuk SMA kok udah ngerokok sih Ndu, gak baik tau" peringat Rani yang masih belum mau memberikan pesanan Pandu sebelumnya. Usia Pandu dan Rani terpaut dua tahun, namun meski begitu Pandu sejak kecil memang sangat dekat dengan Rani bahkan saat pertama kali Pandu pindah.

"Kak Rani...suka cowo gak ngerokok ya Kak?" Rani menjawabnya dengan anggukan, namun beda hal dengan Pandu yang mengartikan lain angukkan dan senyum Rani tersebut, Pandu mengira jika itu ditujukan untuk seseorang yang baru saja keluar sari toko setelah betcinta dengan pujaan hatinya.

"Yang kayak Mas Faris?" tanya Pandu langsung, gadis didepannya sedikit kaget dan bingung.

"Mas Faris pacarnya Kak Rani?" lagi-lagi Pandu bertanya menuntut, meski ucapan dan tampangnya terdengar marah, tapi aslinya Pandu kini tengah merajuk.

Karena Rani tak kunjung menjawab pertanyaan itu, Pandu dengan berani membawa tubuhnya masuk kedalam toko, bahkan dibalik etalase toko itu kini Pandu dapat melihat jelas kaki Rani yang gemetar dan bekar bercinta Rani dengan Faris sebelumnya.

"Iya? Pacar atau bukan!?" Pandu menyibak rok yang rani kenakan, tangannya menjalar meremas salah satu paha milik Rani.

"Bu-bukan nhh" tubuh Rani seakan melemas dan bertumpu pada Pandu.

Pandu cukup terkejut ketika mengetahu ternyata Rani tidak memakai apapun dibalik roknya, bahkan saat jarinya menyelinap dibalik bongkahan pantat itu, masih tersisa beberapa lendir disana.

"Bukan tapi kok mau diewe" ucap Pandu sedih.

"Nghhh..."

Namun ucapan sedih barusan jelas berbanding terbalik dengan pergerakan tangan Pandu yang sudah berhasil meraba vagina Rani. Pandu dengan berani memasukan satu jarinya kedalam sana, terasa longgar sehingga pria itu menambah jarinya menjadi tiga.

"Enghhh Pandu..jangan..hiks" cegah Rani yang hanya mampu menahan tangan Pandu.

"Jadi gamau diewe sama gue?" Rani menggeleng, "Mau...engh tapi takutt" ujarnya lemas.

"Takut sama si Faris?" sergah Pandu tidak sabaran, lagi-lagi Rani menggeleng.

"Takut..kata temenmu, soalnya punyamu kayak tugu" jawab Rani terisak, namun Pandu seolah melongo mendengarnya.

Hingga akhirnya Rani menceritakan kejadian beberapa tahun lalu saat teman-teman Pandu terutama Reva yang membicarakan kotor mengenai ukuran penis Pandu yang seperti tugu, meskipun hal itu dibicarakan secara berlebihan, Rani yang tidak sengaja mendengar cerita itu jadi sering melihat sesuatu yang menyembul dibalik celana Pandu mulai saat itu. Yang memang dari luar saja telihat menonjol, lebih dari teman-temannya.

"Nih sini...liat sendiri beneran kayak tugu atau enggak" Pandu membawa Rani berada di pangkuannya. Menurunkan celananya yang langsung disambut hangat oleh penis Pandu yang menjulang karena sudah mengeras dari tadi.

"Ih, gemuk banget" Rani takut dan memeluk pria itu, namun tangan Pandu mengarahkan tangan mungil Rani untuk mendekap penisnya. Keduanya saling bertatapan saat penis Pandu bereaksi terhadap sentuhan kecil tersebut.

"Emuachhh...emhh" Pandu mendekap tubuh Rani dan mencium bibir ranum itu, lidahnya bertkar saliva dan mengajak lidah gadisnya untuk bermain bersama, saling mengecup dan melumat sampai-sampai keduanya lupa cara bernafas.

Pandu memberikan kecupan dengan beberapa lumatan dan gigitan pada tubuh gadis itu, Rani yang menerima itu merasa merinding sekujur tubuhnya, rasanya vagina nya berdenyut-denyut dan jatungnya tidak berhenti berisik.


Selanjutnya di..  https://karyakarsa.com/blogpenyihir/penjaga-toko

com/blogpenyihir/penjaga-toko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet & LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang