Chapter 03 - Obrolan

65 11 0
                                    

Semua alur dalam cerita ini adalah karya asli Wolfie. Tidak ada menjiplak, atau meniru karya orang lain.

Kalau ada kesamaan, bisa jadi hanya sebuah kebetulan, atau terinspirasi dari hal yang sama.

Selain Yibo, dan Xiao Zhan, tokoh lainnya adalah fiktif, dan cerita ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata. Alias, fiksi.

Jadi mohon kebijaksanaannya dalam membaca.
.
.
.
Orang-orang berlalu lalang di luar café. Melakukan aktifitas harian mereka, mengingat matahari masih tinggi di atas. Meskipun tertutup awan mendung. Sean lebih suka memperhatikan kendaraan yang lewat, daripada harus menatap orang yang saat ini duduk di hadapannya.

Lukanya memang sudah mengering, tapi bekasnya tidak akan pernah hilang. Dan sekarang sumber luka itu malah datang, dengan wajah tanpa dosa, memintanya bicara. Memang apa yang harus mereka bicarakan? Hubungan mereka sudah lama berakhir.

Sean pernah mengemis rasa kasihan pada pria ini. Dia sampai bersimpuh supaya tidak diceraikan. Tapi, tidak ada sedikit pun reaksi, hanya wajah datar seolah kebersamaan mereka hanya permainan rumah-rumahan anak kecil, bukan hubungan yang sah.

"Bagaimana kabarmu?" Wangyi bertanya, memecah kesunyian di antara mereka.

"Aku baik," Sean menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Bagus kalau begitu."

Kembali, keduanya terdiam. Sean tidak berniat untuk memecah kesunyian, sedangkan Wangyi memang bukan orang yang bisa memulai pembicaraan. Terlebih keduanya sudah berpisah selama enam tahun.

Setelah berdiam diri dalam waktu lama, Sean akhirnya tidak tahan. Dia menghela napas kesal. Menggenggam mug teh yang tidak sepanas tadi. Menatap pria di depannya yang hanya duduk tegak tidak bersuara.

"Katakan saja apa yang kau inginkan. Aku harus pulang sebelum gelap."

"Apa maksudmu? Aku hanya kebetulan melihatmu."

Sean mendengus. Meneguk tehnya perlahan. Menatap datar pria di hadapannya. Jari-jari lentiknya menyentuh bibir mug. Memperhatikan garis teh yang terbentuk.

"Kebetulan adalah hal yang paling mustahil dalam kamusmu. Pernikahan kita memang hanya berusia dua tahun, tapi aku sudah mengenalmu lebih lama dari itu. Kau terlalu terencana untuk sebuah kebetulan."

Benar. Mereka sudah saling mengenal lebih lama dari usia pernikahan mereka. Keduanya bertemu saat kuliah, kemudian dekat di tahun kedua. Wangyi adalah orang yang sangat terencana. Dia akan menulis semua hal yang akan dilakukannya dalam sehari, sebelum memulai kegiatan. Kebetulan adalah hal yang sangat aneh untuk terdengar dari bibirnya.

Bahkan mungkin pertemuan, dan perpisahan mereka juga Wangyi rencanakan dengan baik. Bagaimana omega itu masuk ke pernikahan mereka terlalu mulus, untuk sekedar kebetulan.

"Benar, ini bukan kebetulan."

"Lalu, kenapa kau menemuiku?"

Wangyi diam sejenak. Pegangannya di cangkir kopi menegang. Sean menyadari semua gestur itu, dan dengan sangat yakin kalau permintaan Wangyi bukanlah sesuatu yang baik.

"Aku sudah dengar dari Lian. Kalau saat kita berpisah, kau sedang mengandung."

"Yeah, lalu?"

Wangyi terlihat mengambil napas dalam. Ada riak tidak nyaman dari tingkah lakunya.

"Aku ingin kita kembali bersama. Maukah kau menikah denganku lagi?"

......

Suara radio mengisi kesunyian di dalam mobil. Will konsentrasi menyetir, sementara Sean sibuk dengan pikirannya. Tidak ada obrolan ringan seperti biasanya saat mereka bersama.

Starting a New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang