Awan kemerahan mekar di ujung langit, menyela kabut yang menyelubungi hutan pagi ini. Hewan-hewan kecil mulai beraktifitas, memecah hening hutan dengan cuitan mereka.Orang-orang beranjak bangun dari peraduan, memulai kegiatan untuk mencari nafkah.
Di tengah kegiatan, mereka berpaling, menatap sebuah mobil hitam yang melaju pelan di jalanan desa. Kaca mobil tidak tertembus penglihatan, menyembunyikan siapapun yang berada di dalam. Mobil terus melaju melewati warga desa, tidak ada niatan untuk memperlihatkan pemiliknya.
Will menyangga pipi kiri dengan tangan, menatap keluar, pandangannya datar. Suasana di dalam mobil begitu hening, hanya suara napas seseorang di pangkuannya yang terdengar menderu lembut.
Tubuh Sean terbungkus selimut, bergelung nyaman di pangkuan Will. Kepalanya bersandar di ceruk leher alphanya. Tangan Will yang bebas memeluk pinggang Sean erat. Kedua mata Sean masih terpejam, terlihat sangat nyaman dalam rengkuhan Will.
Alan sesekali mengintip dua orang di kursi belakang. Sesekali, Will akan beradu tatap dengannya, lalu Alan akan kembali menghadap ke depan.
"Paman, apakah mommy, dan Will baik-baik saja?" Alan berbisik pada Tyrens yang menyetir.
"Mereka baik-baik saja, jangan khawatir."
"Humm, hanya saja, aku tidak pernah melihat Will seserius ini."
Tyrens tersenyum simpul. Baginya, justru sebaliknya. Dia belum pernah melihat alpha muda itu sangat lembut, dan begitu perhatian pada seseorang.
Bagi orang di desa ini, Will punya reputasi sebagai pemuda ramah, baik, dan mudah bergaul. Tapi bagi Tyrens, Will adalah sosok yang sangat mendominasi. Mendirikan perusahaan IT yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lebih dulu berdiri. Membuat pengusaha-pengusaha tua itu harus mengakui kemampuannya. Wajah dingin tanpa ekspresi, dan aura dominan yang setara dengan petinggi perusahaan lain. Will adalah sosok pemimpin yang kuat.
Melihat sisi lembut atasannya cukup membuat Tyrens merinding. Sosok yang dihormati semua karyawan, dan ditakuti para musuhnya, tersenyum seperti anak anjing dihadapan kedua orang ini.
Mobil berhenti di depan rumah Will. Hanna yang mendengar deru mesin mobil, langsung keluar rumah. Melihat Will yang membawa Sean dalam gendongannya, dan Alan menggenggam tangan seorang pria yang terlihat familiar. Mengesampingkan hal itu, Hanna mendekati Will. Melihat Sean yang meringkuk dalam pelukan putranya.
"Apa yang terjadi?"
"Tidak ada. Dia baik-baik saja, ibu tidak perlu khawatir."
"Kau yakin?"
"Iya. Sekarang Sean-ge butuh istirahat, apa ibu akan membiarkanku menggendongnya sampai siang?"
Hanna langsung membuka jalan untuk Will. Dia mengikuti di belakang, menggandeng tangan Alan menggantikan Tyrens. Mereka menyusul Will yang terus berjalan menuju kamarnya sendiri. Tubuh Sean diturunkan selembut mungkin, masih dalam gulungan selimut seperti kepompong. Selimut itu penuh dengan aroma feromon Will. Aroma itu untuk menenangkan Sean yang heat-nya belum sepenuhnya selesai. Setelah yakin Sean nyaman, Will keluar dari kamar, dan menutup pintu dengan pelan.
Di ruang tamu, Alan duduk di pangkuan Hanna. Menguap, lalu mencari posisi nyaman untuknya memejamkan mata. Hanna mememeluk tubuh kecil itu, memastikan Alan tidak kedinginan mengingat hari masih pagi. Tyrens sendiri duduk berhadapan dengan Hanna, dengan mata terfokus pada layar tablet. Pria itu sesekali memperbaiki kacamatanya yang turun, lalu kembali melakukan sesuatu di layar tabletnya.
Mereka menoleh bersamaan saat Will keluar dari kamarnya. Langkah Will tenang, dengan tempo perlahan, lalu duduk di samping Hanna. Menatap sejenak pada Alan yang kelihatan mengantuk, tapi ditahan. Will mengusap rambut Alan, tersenyum pada anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting a New Life
FanfictieSean memulai hidup baru bersama putranya setelah perceraian. Namun, mantan suaminya tiba-tiba datang, dan mengajak rujuk. Padahal pria itu sudah menikah dengan orang lain, dan Sean menemukan soulmatenya. Namun ancaman kehilangan putranya, memaksa Se...