Chapter 05 - Gelisah

62 11 0
                                    

Semua alur dalam cerita ini adalah karya asli Wolfie. Tidak ada menjiplak, atau meniru karya orang lain.

Kalau ada kesamaan, bisa jadi hanya sebuah kebetulan, atau terinspirasi dari hal yang sama.

Selain Yibo, dan Xiao Zhan, tokoh lainnya adalah fiktif, dan cerita ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata. Alias, fiksi.

Jadi mohon kebijaksanaannya.

.

.

.

Kabut tipis menutupi desa pagi ini. Setelah hujan mengguyur semalam, udara pagi ini menjadi lebih dingin dari biasanya. Sean menatap embun yang memburamkan kaca jendela. Melewati malam tanpa tidur, pikirannya terus berkecamuk. Berusaha mencari jawaban, dan alasan dibaliknya.

Alan masih di rumah Will. Mungkin anak itu sudah bangun, dan mulai merengek pada Hanna, atau Will.

Rumah Will sudah seperti rumah kedua bagi Alan. Jika Sean sibuk, maka dengan sangat pengertian, anak lima tahun itu akan menghabiskan waktu di rumah Will. Entah itu hanya bermain, atau membantu Hanna di peternakan, Alan sangat senang bermain di sana.

Sean senang, karena putranya memiliki lingkungan yang baik. Orang-orang yang menyayanginya, meski tanpa figur seorang ayah. Sean bukannya tidak sadar betapa pentingnya posisi ayah. Sekali dia pernah iseng bertanya pada putranya, apakah Alan butuh ayah, atau hanya mommy? Alan dengan polos menjawab.

"Bukankah sudah ada Will?"

Sosok pemuda itu memang sangat menyayangi Alan. Orang pertama selain Sean, yang pertama kali Alan lihat saat pertama kali membuka mata. Orang yang selalu menyempatkan waktunya untuk bermain bersama, meski sibuk dengan tugas-tugas, dan pekerjaan. Orang pertama yang ada di pikiran Sean, jika butuh pertolongan dalam enam tahun ini.

Setiap Sean butuh bantuan, Will akan muncul beberapa menit kemudian. Tidak peduli apakah itu hal sepele, atau hanya keisengan Alan, Will tidak pernah protes.

Sean tidak bodoh. Dia bukan lagi remaja baru pubertas yang tidak bisa mengerti arti dari sikap pemuda itu. Sejak pertama mereka bertemu, Sean sudah tau siapa pemuda itu baginya. Tapi pernikahan bukanlah hal yang lebih rumit dari sekedar takdir.

Bukan sekali Sean melihat temannya bertemu dengan soulmate mereka. Tidak jarang pertemuan itu berakhir buruk, karena salah satunya lebih memilih pergi dengan orang yang dicintai. Will masih muda, masih banyak hal yang belum Will lihat. Jika suatu hari nanti pemuda itu jatuh hati pada orang lain, apakah Sean sanggup untuk menanggung rasa sakit yang sama? Sakit ditinggalkan orang yang dikasihi? Apalagi perbedaan usia cukup jauh di antara mereka. Delapan tahun bukan angka yang kecil.

Dulu, Wangyi juga sama seperti Will. Mendekati Sean dengan kelembutan, memberinya perhatian, selalu ada setiap dibutuhkan. Tapi pada akhirnya, pria itu menduakan, dan menggantikan dirinya dengan seorang omega yang sama-sama dari kalangan atas. Seorang omega pria, anak dari kenalan kedua orang tuanya.

Sean tau, Hanna berbeda dengan orang-orang itu yang menolak dirinya. Hanna sangat menyayanginya, sampai Will bercanda kalau Sean adalah anak kandung Hanna, dan bukan Will. Semua orang juga mendukung keduanya untuk bersama.

Tapi, Sean masih takut. Hatinya butuh waktu untuk menerima orang lain.

Drrt!

Ponsel Sean berbunyi, notifikasi pesan masuk. Mengecek ponselnya di meja kerja, dia tersenyum tipis. Will mengiriminya video Alan yang sedang kejar-kejaran dengan Hanna. Ibu Will itu mengejar Alan dengan sikat gigi di tangan, sementara putranya berlarian sambil cekikikan.

Starting a New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang