Pagi datang dengan sangat cepat. Semua orang sibuk untuk persiapan akhir dari pernikahan. Sean sedang berada di kamar, membiarkan wajahnya dipoles oleh seorang ahli. Alan sudah terlihat tampan dengan setelan warna hitam, duduk di pangkuan Hanna yang juga sudah cantik dengan gaun panjang berwarna zamrud.
"Apa kau gugup, Sean?"
"Sangat. Padahal semalam aku sudah tidak gugup, entah kenapa sekarang aku gugup lagi."
"Setiap pengantin pasti akan gugup. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Semua orang yang hadir adalah orang yang menyayangi kalian. Jadi tidak perlu khawatir akan apapun."
Sean tersenyum, dadanya tidak lagi sesak dengan rasa khawatir. Karena semua yang hadir hari ini, adalah orang-orang yang menyayanginya. Meskipun nanti dia melakukan kesalahan, akan ada Will yang membantunya. Ini tidak sama seperti pernikahannya dengan Wangyi. Saat ini, hanya ada orang-orang yang menyayanginya.
Matahari naik menerangi bumi, membawa cahaya keemasan di bidang tempat pernikahan diadakan. Semua tamu sudah hadir, menduduki kursi masing-masing. Semua orang terlihat bahagia. Bercengkrama satu sama lain, saling sapa dengan ramah.
Will sudah siap di altar. Mengenakan setelan hitam, dengan kemeja putih, mawar putih tersampir di kantung jasnya. Rambut ditata rapi, menambah ketampanannya. Wajah Will terlihat sangat cerah, senyum tidak luntur dari wajah tampannya. Tyrens yang berdiri disamping sampai muak melihat saudara angkatnya itu tidak henti-henti tersenyum seperti orang bodoh.
"Orang lain akan gugup saat akan menikah, bukan tersenyum bodoh."
Mata Will melirik tajam, Tyrens langsung memalingkan wajahnya. Menghindari tatapan membunuh dari saudara angkatnya itu.
"Lebih baik kau fokus mencari mate-mu sendiri. Bagaimana kalau kau jadi perawan tua?"
"Yeah, tidak masalah. Lagipula, alpha mana yang mau menerima omega tua, dan kotor sepertiku."
Sudut hati terasa dicubit, dia tidak suka Tyrens merendahkan diri seperti itu. Masa lalunya memang buruk, tapi Tyrens tidak kotor. Tidak ada seorang pun yang ingin hidup demikian, tapi saat keadaan memaksa, apa yang bisa mereka lakukan. Karena pada dasarnya, insting manusia adalah bertahan hidup.
"Jangan merendahkan dirimu. Pasti akan ada alpha yang bisa menerimamu dengan baik. Jangan membuatku mengulanginya." Tyrens hanya mengangkat bahu.
Tidak lama, piano mulai dimainkan, mengiringi langkah pengantin menuju altar. Di ujung altar, Sean terlihat anggun. Mengenakan setelan putih, dengan jubah panjang dibahunya, menyapu lantai aisle. Wajahnya tertutupi veil putih. rambutnya di tata, dengan jepit bunga di kiri. Mawar merah mengintip keluar dari saku jasnya. Buket bunga lili putih tergenggam erat ditangan. Semua orang mengagumi wajah tampan sekaligus manis Sean.
Alan berjalan menaburkan bunga sepanjang jalan yang akan dilewati Sean. Anak itu terlihat tampan, dan menggemaskan. Hanna sudah berlinang mata haru melihat pemandangan indah ini. Apa yang diimpikannya sejak Sean datang, saat ini terwujud di depan mata. Dia merasa sangat bersyukur, dan bahagia.
Sampai di depan altar, Will bermaksud mengambil tangan Sean, tapi Alan menghentikan calon daddynya itu.
"Sebelum daddy menggaet tangan mommy, Alan mau daddy membuat janji kelingking." Alan mengacungkan jari kelingkingnya ke arah Will. Semua orang tertawa melihat sikap menggemaskan anak itu. Tapi Will tidak tertawa, dia tersenyum, dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingkin Alan.
"Janji apa yang Alan mau?"
"Berjanjilah, jangan pernah biarkan mommy bersedih. Berjanjilah, kalau daddy akan membuat mommy bahagia. Dan seumur hidup, hanya ada mommy sebagai pasangan daddy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting a New Life
FanfictionSean memulai hidup baru bersama putranya setelah perceraian. Namun, mantan suaminya tiba-tiba datang, dan mengajak rujuk. Padahal pria itu sudah menikah dengan orang lain, dan Sean menemukan soulmatenya. Namun ancaman kehilangan putranya, memaksa Se...