"Ya sekarang aku tanya, kenapa kemarin ga sarapan? Ayah udah nyuruh kamu kan pasti, tapi kamu ga dengerin?. Lihat ke aku Maellana." Hekal menegur Lana karena ia sedari tadi menunduk, seakan akan tidak mendengarkannya.Lana mendongak melihat wajah sang dominan yang terlihat sedang menahan amarah, rahang nya mengeras, mata tajamnya fokus melihat Lana dengan tatapan yang menyeramkan.
"Gausah nangis. Kesalahan kamu sendiri, aku udah peringatin kan kalo pagi itu sarapan, seenggaknya makan roti buat ngeganjel perut. Tetep aja ga didengerin."
"Kenapa ga sarapan?." Tanya Hekal sekali lagi.
"Hiks.. Itu h-hiks Lana udah Telat masuk, ga sempet hiks..." Lana mengelap matanya dengan kasar.
"Kenapa bisa telat?." Hekal bertanya lagi, Lana lama lama jengkel karena ditanya terus menerus. Akhirnya ia tidak menjawab pertanyaan Hekal. Berani sekali anak ini...
"Jawab. Punya mulut ga?." Hekal mendongakkan dagu Lana agar melihat kearahnya, namun dengan cepat Lana tepis.
"Apasih aa! Marah marah terus, hiks Lana itu lagi sakit! Aa liat ga sih Lana dari tadi boboan dikasur aja? Hisk! Aa mending pergi kalo cuma mau marahin Lana doang!!!."
Heka menatap kekasihnya dengan tatapan terkejut, ia hanya menasehatinya dan juga bertanya mengapa kemarin pacarnya itu tidak sarapan. Apa itu salah?.
Hekal berdiri dari duduknya, mungkin Lana sedang butuh waktu sendiri. Baiklah Hekal akan menuruti permintaan pacarnya itu.
"Hiks... Aa maaf... Aa jangan pergi hiks, maafin Lana.." Lana manahan tangan Hekal agar tidak pergi. Huft.. Padahal tadi ia yang menyruhnya pergi, tetapi Lana juga yang memintanya untuk tidak pergi.
"Aku ada urusan. Kamu istirahat, jangan lupa minum obatnya. Aku panggilin Ayah dulu." Lana menggeleng kuat saat Hekal melepaskan genggaman tangannya, lalu beranjak pergi dari kamar.
"AA! Hukss, jangan pergi.. Maafin Lana aa hikss, unghh pusing."
Saat ini Hekal sudah berada di ruang tamu, untuk menemui Ayah dan Bunda. Kebetulan Bunda juga ikut ke rumah Lana untuk mengjenguk Menantu manisnya tersebut.
"Ayah. Hekal udah selesai, itu tadi katanya Lana pusing. Mungkin maag nya kambuh lagi, yah."
"Aduh iya, dia belum minum obat." Ayah menepuk jidatnya, kenapa ia bisa lupa astaga..
"Yaudah Ayah, Lana sama bunda pamit pulang dulu yaa. Ayah jaga kesehatan juga jangan cape cape." Hekal menyalimi Tangan Ayah dari pacarnya itu.
"Iyaa, makasih ya udah jenguk mael." Ayah tersenyum kepada bunda dan Hekal
"Hust kayak sama siapa aja." ucap amira,
Kairel hanya terenyum kikuk."Yaudah Ayah, pamit dulu yaa. Oh iya Ayah, kayaknya Hekal beberapa hari kedepan ga kerumah dulu. Mau nganter bunda ketemu sama oma, di bandung. Jadi kita nginep sekitar 4 atau 5 harian, Yah."
"Ohh iya iya, hati hati ya. Lancar lancar, semoga selamat sampai tujuan." Hekal dan bunda tersenyum dan mengucapkan terimakasih, lalu mereka berdua pamitan untuk pulang kerumah. Tidak lupa memberi sedikit buah tangan untuk calon mertua dan besannya.