"Sebentar doang, A. Kan Lana kerja kelompok juga buat tugas Lana, bukan buat seneng seneng. Gausah cemburu gitu ah." Lana berucap sedemikian rupa agar Hekal mengizinkannya untuk kerja kelompok."Ya disana pasti ada Yuan kan?. Lagian kenapa sih bisa satu kelompok?." ya mana Lana tau.
"Ya gatau atuh, A. Kan dipilih sama gurunya, masa Lana ngebantah?."
"Yaudah aku tungguin dicafe tempat kalian kerkel." Lana mengernyutkan dahinya, ngapain juga Hekal nungguin dia kerkel? Yang ada makin panas nanti ngeliat mantannya.
"Gausah, A. Lana sebentar doang, Lana ga bakal deket deket deh sama Yuan. Aa gausah tungguin ya?." bujuk Lana lagi.
"Kenapa gamau ditungguin?, mau deket deket sama Yuan?." Lana berdiri dari duduknya, Apa apaan? Kok malah jadi dia yang dituduh tuduh gini?.
"Kok jadi Lana sih?, Aku tuh ga ngebiarin kamu nungguin supaya ga makin panas ngeliat Yuan disana. Tapi kamu malah nuduh yang enggak enggak gitu, kenapa sih lagian? Yuan juga udah move on kal!."
Hekal pun berdiri dari duduknya juga, ia menatap tajam kekasihnya. Tahu darimana jika si mantan sudah move on? Apa ia masih berkomunikasi dengan mantannya itu?.
"Tau dari mana kalo si Yuan udah move on?." Hekal bertanya dengan wajah datarnya. Lana terdiam, ia hanya asal berbicara saja agar Hekal cepat cepat mengizinkannya untuk pergi.
"Kamu komunikasian lagi sama dia?." Hekal bertanya lagi, ia menggelengkan kepala tidak percaya.
"E-enggak! Aku asal bi-"
"Yaudah sana pergi, keburu telat. Perlu dianter ga?." Hekal memotong omongan Lana dengan cepat. Lana menggeleng, ia tidak perlu diantar.
"Yaudah, aku pulang dulu." Hekal mengangkat kaki dari rumah Lana.
Sebelumnya itu Lana mengajak Hekal untuk makan siang bersama dirumahnya. Kebetulan sang Ayah sedang di luar kota. Yaa sekalian Lana izin ingin kerkel bersama teman temannya, tapi malah kejadian kayak gini. Ini semua gara gara dia, seharusnya tadi Lana tidak perlu memberitahu siapa saja anggota kelompoknya kepada Hekal.