CHAPTER 02.

19 5 1
                                    


Happy reading.

(⁠~⁠‾⁠▿⁠‾⁠)⁠~

______________

"Oliv, kamu baik-baik saja?" Pertanyaan itu terlontar dengan nada khawatir.

"Aku tidak apa-apa, Pangeran." Gadis kecil itu menjawab dengan gemetar. Kakinya terus mengeluarkan darah.

Saat ini mereka tengah bersembunyi di balik semak belukar. Bahkan tangan kedua bocah itu tergores oleh duri yang memanjang.

"Pangeran, a-apakah kita akan lama disini? Aku takut." Gadis yang dipanggil Oliv itu menangis ketakutan.

Sambil mengelus rambut gadis kecil itu, William berucap.
"Aku akan selalu bersamamu, Oliv."

***

William membuka matanya pelan. Cahaya matahari menyilaukan pandangannya. William menoleh ke samping, tempat Oliv memejamkan matanya. William beralih melihat kaki Oliv. Warna merah masih menembus kain putih yang menghiasi pergelangan kaki Oliv.

Lamunan William terpecah ketika mendengar suara sepatu-sepatu yang bergesekan dengan tanah.

"Salam, Pangeran. Kami datang untuk mencari Pangeran. Mari kembali ke kerajaan. Raja dan Ratu sudah mengkhawatirkan anda," sahut John. Pengawal pribadi Raja.

"Bawa Oliv juga." Perintahnya sambil menatap datar John.

"Baik, Pangeran."

John mengode anak buahnya untuk menggendong Oliv yang masih terlelap.

"Paman." John berjongkok agar Pangeran bisa menaiki punggungnya.

***

"Pangeran, kamu dari mana saja? Apakah ada yang terluka?" Ratu Anne bertanya dengan nada khawatir.

"Maaf ibu, aku pergi ke danau. Namun, saat perjalanan pulang aku dan Olivia mengalami sedikit masalah, ..."

"Oliv terluka, karenaku," lanjut William sambil menundukkan kepala.

Ratu mengusap rambut William. "Tidak apa-apa, ini bukan salahmu. Bersihkan dulu tubuhmu. Setelah ini, kita akan menemui Olivia."

***

Raut bahagia nampak terlukis dengan indah di wajah William. Olivia baik-baik saja! Walaupun Oliv membutuhkan beberapa hari untuk beristirahat. Itu tidak masalah, ia yang akan menghampiri Oliv untuk bermain.

Ratu menggelengkan kepalanya. Pangeran menjadi dirinya hanya saat bersamanya dan.. Olivia.

"Darimana saja, Pangeran. " Suara bariton itu menyambut mereka berdua saat memasuki kerajaan.

"Tidak ada, ayah." William menjawab dengan nada malas.

"Hei, mengapa jawabanmu seperti itu?" Raja James bertanya dengan heran.

"Aku tau ayahanda sudah mengetahui dimana posisiku."

William menatap raja dengan datar. Tangannya terlipat ke depan. Raja tertawa terbahak-bahak. Memang benar, ia sudah tahu keberadaan putranya. Tapi, berbasa-basi sedikit tidak ada salahnya kan?

"Sudahlah, aku pergi ke kamar. Salam, ayahanda," ucap William sambil menundukkan tubuhnya. Setelahnya, ia langsung berbalik dan berlalu begitu saja.

"Hm." Raja James mengendikkan bahunya.

"Abaikan saja dia, sayang. Suasana hatinya sedang baik."

***
Seorang wanita terlihat mengendap-endap memasuki dapur kerajaan. Tangannya menggenggam botol kecil yang entah apa isinya.

Tubuhnya mendekat pada salah satu hidangan. Setelah memastikan tidak ada satupun orang yang melintas, ia dengan cepat menaburkan bubuk di atas makanan tersebut.

Wanita itu keluar dari dapur. Ia berjalan dengan santai tanpa menyadari bahwa ada satu orang yang melihat semua kejadian itu dari awal.

"Eline..,"

•••

Jangan lupa untuk vote.
Thank you.🧡

VOTE GA?!? 🔪🔪

The Flower and Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang