CHAPTER 04.

17 5 0
                                        

Happy reading, guys.
🧡
Tandai typo..
______________________

"Benar Yang Mulia. T-tetapi bukan aku yang menaruh racun itu." Karla mencoba meyakinkan James.

" Yang Mulia, aku melihat Karla memasuki dapur, keadaan saat itu sangat sepi. Tidak menutup kemungkinan bahwa Karla melakukan hal busuk itu." Sanggah Lani.

Tatapan James semakin tajam.

"Memang benar Yang Mulia. S-saya mengambil cangkir di sebelah hidangan untuk Pangeran. Mungkin pengait gelangnya terlepas."

"Mengapa aku harus percaya padamu?" James bertanya untuk memastikan. Sejujurnya, ia sendiri juga merasa ragu.

"Saya mempunyai bukti Yang Mulia. Izinkan saya memanggil Seera."

"Pengawal, panggil Seera kemari!"

***

Seera datang dengan raut muka yang sulit untuk dijelaskan. Bahkan, saat James menanyakan bukti, ia sempat terdiam. Setelahnya, ia mengatakan sesuatu yang membuat Karla membelalak kaget.

"Yang Mulia, saya melihat Karla menaburkan bubuk ke makanan Pangeran."

"Seera! Apa yang kau katakan?" Karla tampak kecewa. Seera yang ia kira teman terbaiknya, ternyata menusuknya dari belakang.

"Sialan! Pengawal, seret dia ke penjara!"

"Yang Mulia! Bukan saya pelakunya!"

***

Taman kerajaan begitu sepi. Hanya lampu remang-remang yang bersinar temaram. Oliv duduk di kursi taman tersebut. Ia tidak bisa tidur dan ingin mencari angin malam ini. Tangannya menggenggam mawar putih yang ia petik tadi.

Suasana hening itu tiba-tiba tergantikan oleh suara ricuh. Secara tiba-tiba, dua pengawal menyeret Oliv entah kemana. Tangannya menggenggam erat mawar putih yang hendak terlepas.

Sampai di hadapan Raja James, pengawal menghempaskan tubuh Oliv dengan keras hingga terjerembab ke lantai.

"Oliv, mulai hari ini kau tidak akan disini lagi. Sebenarnya kau sudah ku usir sedari tadi. Namun, aku masih menghargai keberadaanmu yang menemani putraku."

"Aku tidak mengerti, Raja. Dan ... Dimana ibuku?"

"Ibumu ada di penjara. Ulahnya hampir mencelakai putraku! Aku mengizinkanmu menginap satu malam lagi. Saksikan ibumu untuk yang terakhir kalinya"

***

Oliv kembali ke kamar. Sebelum ia melihat kamar William yang sedikit terbuka. Oliv mengintip sedikit dan berjalan memasuki kamar William.

William terlihat damai dengan mata terpejam.

"Pangeran, aku tidak tahu apa yang terjadi. Besok aku akan pergi. Kita tidak akan bisa bermain bersama lagi."

Oliv mendekatkan kepalanya ke telinga William.

"Sampai jumpa.. Pangeran."

Tubuhnya perlahan menjauh. Meletakkan setangkai bunga mawar putih yang ia petik tadi pada meja kecil di sebelahnya. Setelah itu berbalik melangkah meninggalkan kamar William.

William membuka matanya perlahan. Netranya sudah berkaca-kaca. Ia ingin bangun dari tempat tidurnya, tetapi tubuhnya seakan mati rasa. Mulutnya berucap lirih,

"Olivia.."

•••

Walaupun tulisanku masih belepotan, aku ingin mencoba.
Terimakasih sudah membaca cerita ini, haha.
Thank u🧡

VOTE GA?!?! 🔪🔪👊🗡️

The Flower and Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang