Tak terasa 2 minggu ia di Pesantren Nurul al-falah yang semakin terasa akrab bagi Raka. Dengan setiap pagi yang dimulai dengan suara adzan Subuh dan kegiatan belajar yang penuh makna, ia mulai menemukan kenyamanan dalam rutinitas baru ini. Di tengah kesederhanaan dan kedisiplinan, ada satu hal yang semakin membuat Raka merasa diterima dan betah yakni persahabatan.
Raka menemukan teman-teman baru yang membuat hari-harinya di pesantren terasa lebih ringan dan menyenangkan. Rizky, teman sekamarnya, selalu menjadi sosok yang ceria dan penuh semangat. Setiap pagi, Rizky selalu punya lelucon atau cerita lucu yang membuat mereka tertawa meski mata masih setengah mengantuk."Kak Raka, kamu tahu kenapa orang makan pagi-pagi itu seperti makan malam?" tanya Rizky suatu pagi sambil tertawa kecil.
"Kenapa, Ki?" Raka mengerutkan kening, penasaran.
"Karena sama-sama masih gelap!" jawab Rizky, tertawa lepas. Raka pun tak bisa menahan tawa mendengar kelucuan Rizky yang sederhana namun selalu berhasil menghangatkan suasana.
Selain Rizky, ada Ahmad dan Jamal, dua teman baru yang juga sering berbagi cerita dan pengalaman hidup mereka. Ahmad, dengan latar belakangnya dari desa yang jauh di Jawa Tengah, selalu punya cerita menarik tentang kehidupan desa dan keluarganya. Sementara Jamal, yang juga berasal dari kota besar seperti Raka, sering berbicara tentang tantangan hidup di kota dan bagaimana ia merindukan suasana urban.
Suatu sore setelah selesai belajar, mereka duduk di bawah pohon mangga di dekat lapangan. "Kalian tahu, waktu kecil, aku sering membantu ayah menggembala kambing di desa," kata Ahmad sambil tersenyum mengenang masa kecilnya. "Itu saat-saat yang penuh kebebasan. Di sini, meski kita punya banyak aturan, aku merasa seperti di rumah."
Jamal menimpali, "Kalau aku, waktu kecil sering main di jalanan kota. Tapi di sini, aku merasa hidup lebih tenang dan teratur. Meski kadang rindu hiruk-pikuk kota, aku belajar banyak tentang kedisiplinan dan kesederhanaan."
Raka mengangguk setuju. "Aku juga merasakan hal yang sama. Pesantren ini seperti dunia baru yang mengajarkan kita banyak hal. Dan, aku bersyukur bisa bertemu kalian di sini," ujarnya dengan tulus. Persahabatan yang tumbuh di antara mereka memberikan Raka kekuatan dan kebahagiaan yang tak terduga di tengah kehidupan pesantren.
👑Muncul lah Sebuah Tantangan Tak Terduga yang tidak diinginkan oleh siapapun lantas mau bagaimana lagi namanya juga kehidupan.
Meski kehidupan sehari-hari di pesantren berjalan dengan lancar, tak jarang muncul tantangan yang menguji persahabatan dan komitmen para santri. Hingga Suatu hari, kabar yang mengejutkan datang dari Kyai Abdul setelah shalat Zuhur.
"Kita akan mengadakan kegiatan sosial di desa sebelah minggu depan," kata Kyai Abdul di hadapan para santri yang berkumpul di aula. "Desa tersebut baru saja mengalami banjir besar, dan mereka membutuhkan bantuan. Saya berharap kita semua bisa terlibat dan membantu semampu kita."
Berita itu membuat para santri segera bersiap-siap untuk kegiatan yang tidak terduga ini. Mereka bersemangat untuk membantu, namun di balik itu ada juga rasa cemas tentang bagaimana mereka bisa memberikan kontribusi yang nyata. Bagi Raka, ini adalah kesempatan pertama untuk terlibat dalam misi sosial sebesar ini.
"Bagaimana menurutmu, Raka? Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu?" tanya Rizky sambil mengikat tali sepatu dengan semangat.
"Aku pikir kita bisa mengumpulkan pakaian bekas yang layak dan juga menyediakan makanan. Kita juga bisa membantu membersihkan sisa-sisa banjir," jawab Raka dengan penuh antusiasme. Ia merasa ini adalah kesempatan untuk menunjukkan rasa syukur dan memberikan kembali kepada masyarakat.
Ahmad dan Jamal setuju dan mulai merencanakan bagaimana mereka bisa berpartisipasi. Mereka berempat bekerja sama dengan para santri lainnya untuk mengumpulkan donasi dan menyiapkan segala kebutuhan untuk kegiatan sosial tersebut.
👑
Hari kegiatan sosial pun tiba.
Dimana Para santri berangkat dengan penuh semangat menuju desa yang terletak tidak jauh dari pesantren.
Saat mereka tiba, pemandangan yang mereka lihat sungguh memilukan. Banyak rumah yang rusak, jalan-jalan dipenuhi lumpur, dan warga desa yang tampak lelah dan putus asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
kisah dibalik Dinding pesantren(terbit vol1)
Teen FictionRaka adalah seorang remaja yang dikirim ke pesantren oleh orang tuanya dengan harapan ia mendapatkan pendidikan agama yang lebih mendalam. Awalnya, Raka merasa berat untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di pesantren yang serba disiplin dan penuh...