Shana kesal karena Gara tidak memberi jawaban akan datang ke klinik dan malah membawa Gelia dan Haydar ke pesta perusahaan mitranya yang terhormat, perusahaan besar.
"Aku datang bukan untuk membahas itu, tolong Kamu bisa bedakan, dan sedikit bersabar." Gara berbisik di telinga Shana. Perempuan itu terlihat gelisah.
Acara grand opening klinik kecantikan cabang ketujuh sudah oa gadang-gadang menjadi acara spektakuler. Shana punya banyak rencana untuk menunjukkan pada semua orang, kalau dia juga berhak dihormati setelah menyandang status sebagai istri Tuan Hanggara.
Di Surabaya memang kliniknya yang terbesar, dan ia punya banyak relasi. Jika publik mengenalnya sebagai Nyonya Hanggara, semua akan berjalan mudah.
"Kamu enggak lagi merencanakan sesuatu, kan, Mas?" selidik Shana.
"Merencanakan apa misalnya?" tanya Hanggara lagi.
"Apapun yang kami enggak tahu, terutama aku dan Clara."
"Sudahlah jangan berpikir aneh-aneh, Kamu tahu selama ini aku selalu berbuat adil dan enggak pernah membedakan kalian."
Seharusnya jawaban itu menenangkan, tapi saat melirik ke arah Gelia, Shana kaget. Ia melihat penampilan Gelia yang sangat berbeda.
Mengenakan gaun warna putih selutut yang sangat pas di badan, Gelia terlihat seperti wanita kaya. Sangat berbeda dengan penampilannya kemarin yang sempat ia hina.
Gelia bukan tak tahu arti tatapan maut Shana, tapi ia memilih diam tanpa bermaksud apapun.
Karena menduga Gara sengaja mengulur waktu demi membuat senang istri barunya, Shana berulah. Ia naik ke atas panggung, merebut microphone dari pembawa acara lalu mulai mengoceh.
"Hallo mohon perhatian sejenak. Hari ini Pak Hanggara, suami saya datang bersama istri barunya. Apakah semua orang sudah tahu sang pelakor itu?"
Riuh peserta yang datang saling berbisik dan berpandangan, lalu menatap tajam ke arah Gelia.
"Nggak ada yang perlu disembunyikan, karena suami saya memang sangat gentleman. Hanya saja, kadang-kadang si perempuan yang nggak tahu diri dan ingin mendominasi."
Sontak suasana kembali riuh, meskipun beberapa orang memilih diam karena menghormati Hanggara.
Selanjutnya tanpa diduga, Shana melompat dari atas panggung dan berlari menghampiri Gelia dengan membawa segelas anggur di tangannya.
Dengan gerakan cepat, ia menumpahkan minuman itu ke arah Gelia, tapi dengan sigap Gara melindung Gelia.
"Hentikan semua ini, kamu jangan bikin malu, Shana."
Shana kaget sekaligus kesal, saat melihat Gara begitu kukuh membela dan melindungi Gelia. Sungguh hatinya seperti tercabik-cabik.
Meskipun Gara menghalangi niat buruk Shana, tapi tak ayal gaun yang dikenakan Gelia pun basah terkena percikan minuman anggur.
"Gaunmu jadi kotor begini, tunggu dulu biar aku bersihkan." Gara mengambil sapu tangan dari saku jasnya dan mulai mengusap perlahan gaun Gelia yang kotor.
Shana kaget dan tak terima melihat Gara sedang membersihkan gaun Gelia. Laki-laki itu bahkan rela berjongkok di hadapan istri barunya.
"Arghhh! Enggak mungkin! Kamu laki-laki kurang ajar!"
Shana mendadak tantrum. Gangguan jiwanya kambuh.
Gelia malu karena disebut pelakor dan banyak orang yang melihat dia. Untunglah Haydar tidak melihat karena bersama sekretaris Rini di tempat kue.
"Amankan dia."
Gara memberi perintah. Shana dibawa asisten perusahaan Hanggara, Adhitama dan dua orang bodyguard.
Mereka kemudian memutuskan pulang. Gelia syok dengan kejadian itu. Masih terbayang wajah Shana yang bengis menatapnya.
"Fakta apa yang mereka sembunyikan tentang Shana?" gumamnya di dalam hati.
***
Terima kasih sudah berkenan membaca dan meninggalkan jejak.
Yuk spam vote dan komentar biar semangat update-nya
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMADU KARENA WASIAT
RomanceGelia, seorang berprinsip monogami seumur hidupnya, ditinggal mati suami tercintanya. Namun, tiba-tiba bapaknya menerima lamaran dari sang adik ipar suaminya yang ternyata sudah menerima wasiat almarhum kakaknya, Pramana untuk menikahi Gelia. Bagaim...