Happy Reading
Sorry for the typo(s)
🔓
Haechan as Harsa Sadhana
Sungchan as Bayu
»--•--«
Naren menatap dirinya sendiri di cermin. Ia baru saja berganti baju dan sedang dirias. Karena tidak tertarik meneruskan bisnis keluarganya, ia memilih karirnya sendiri yaitu menjadi seorang model. Bibir merah mudanya menyunggingkan senyum saat perempuan di sampingnya mengatakan sempurna.
Sebelum beranjak ia menghela napas panjang. Sebentar lagi selesai dan ia akan menuju kantor sang pujaan hati untuk menagih janji. Kemarin ia meminta dibelikan sesuatu dan kemungkinan besar barang tersebut sudah tergeletak apik di atas meja.
Sebetulnya selain menjadi kakak, Rama juga bisa disebut sugar daddy lantaran kebutuhan hidupnya ditanggung oleh pria itu. Hampir semua yang ia inginkan akan dikabulkan oleh Rama tanpa perlu merengek.
Sementara itu, semua orang sontak membungkuk hormat menyadari kehadiran seseorang. "Dia Narendra," jawab salah satu dari mereka ketika pria yang menggulung kemeja putihnya hingga siku bertanya. Mereka lantas kembali ke tugas masing-masing dan membiarkan sang tuan menyaksikan model cantik mereka.
Harsa, tuan yang dimaksud, pun menyilangkan kaki kanannya. Lampu sorot yang menyinari wajah Naren membuat netra pualamnya tidak mampu berpaling barang sejenak. Ia seolah tersihir dan benar-benar terpaku dengan bagaimana flash kamera menangkap keindahan serta kepiawaian Naren.
Kenapa ia baru tahu ada malaikat di perusahaannya?
Matanya turun ke bawah, menatap perut Naren yang sedikit terekspos. Senyum miringnya terbit dan sialnya justru semakin menambah kadar ketampanannya. Sungguh, kaki Naren indah sekali. "Tidak ada baju yang lebih terbuka?"
Bayu, tangan kanan Harsa, tak ayal mengernyitkan keningnya. "Ada tapi untuk model lain." Menghabiskan lima detik untuk berpikir, akhirnya ia mengerti maksud terselubung dalam pertanyaan bosnya ini―Harsa ingin melihat tubuh Naren. "Tidak bisa sekarang, Bos. Sepuluh menit lagi dia selesai."
Harsa mengangguk-angguk meski tidak dapat dipungkiri secuil hatinya kecewa. Sepertinya keberuntungan belum berpihak kepadanya. "Tolong atur pertemuan kami," titahnya sebelum melenggang.
"Alasannya?"
Decakan Harsa terdengar lirih. "Terserah. Cukup pastikan dia ada di ruanganku besok."
"Baik, Bos."
»--•--«
Ternyata tidak perlu menunggu besok karena Harsa dan Naren bertemu di elevator. Akan tetapi, Naren yang sedang sibuk dengan ponselnya tidak terlalu menyadari keberadaan pria yang memegang posisi penting di perusahaan yang menaunginya.
"Narendra?"
Serta merta yang dipanggil mendongak dan dahinya mengerut bingung kemudian. "Ya? Siapa?" tanyanya. Sorot matanya menyiratkan keraguan melihat uluran tangan di depannya, tidak yakin apakah ia harus menerimanya atau tidak. Lagipula siapa pria ini?
"Harsa Sadhana."
"Harsa Sadhana?"
Harsa tersenyum kecil. "Saya memang belum lama menggantikan posisi ayah." Senyumnya berubah menjadi kekehan geli saat Naren buru-buru menyambut jabatan tangan yang ia tawarkan. Manik cokelat Naren yang membulat kaget sangat lucu menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What are We? [MarkMin]
FanfictionSaling mengenal sejak kecil dan melewati banyak hal bersama tidak membuat Rama menaruh perasaan lebih kepada Narendra, si cantik yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Benarkah atau justru dirinya yang tidak mengerti perasaannya sendiri?