10. Jatuh Sakit

1K 49 4
                                    

[Episode 10---Jatuh Sakit]

“Jangan sering-sering ngeluh ya? Nggak baik itu namanya. Tak apa jika kamu lelah. Tak ada salahnya juga kalo kamu ingin beristirahat sebentar dari penatnya arus kehidupan.”

- 7 RAGA -

***

HOLAA SEMUANYA!! DIRIKU KEMBALI LAGII😻🙌🏻 ada yang kangen tidak nih?😆

Kalian apa kabar?

Sudah makan belum?

Bagaimana untuk hari ini? Semuanya lancar kan?

Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan. Sehat itu mahal ya😤 dijaga terus pokoknya.

⚠️Diperbolehkan jika ingin memberikan kritik dan saran kalian untuk cerita ini. Tolong di ingatkan juga bila ada banyak typo bertebaran🙏🏻

Masih belum masuk ke konfliknya kok. Jadi santai aja, kita seneng-seneng dulu😋

HAPPY READING🔥❤️

***

"HARSA!" jerit Reza sekencang mungkin. "Mahen, Nadi, Harsa pingsan!!"

Semua atensi sontak mengarah pada Reza yang berada di barisan belakang. Mendengar teriakkan Reza yang begitu histeris, Mahen dan Nadi berserta yang lainnya langsung berjalan cepat menuju dirinya. Raut wajah mereka tampak khawatir tak karuan.

"Angkat! Langsung bawa ke UKS! Jangan malah di liatin doang!!" teriak Mahen khawatir bercampur setengah emosi. "Nadi, buruan bantu Mas."

Nadi dengan cepat lantas membantu Mahen mengangkat tubuh Harsa untuk dibawa ke UKS.

"Mas Harsa bangun! Jangan bikin Jendra khawatir," ucap Jendra yang berada di samping Mahen dengan sedikit berlari menyamakan langkahnya.

Sesampainya mereka di UKS, Harsa langsung dibaringkan di atas brankar.

"Kenapa bisa sampai pingsan kayak gini Za?" tanya Nadi. Dia merasa sangat khawatir sekarang.

"Bangun Mas, udah sampai UKS." ujar Cakra membuat yang lainnya binggung kecuali Reza dan Noval.

Harsa pun bangun sambil menyengir tidak jelas. Sedangkan Mahen, Nadi, dan Jendra yang belum memahami situasi saat ini hanya bisa melongo dibuatnya.

"Sebenarnya Harsa cuma bohongan pingsannya Hen, Di." ungkap Reza memberi tahu.

Mahen dan Nadi yang mendengarnya hanya bisa memijat pangkal hidung mereka secara bersamaan. Kepala mereka berdua seketika pening tak karuan. Pagi-pagi sudah dibikin elus dada saja mereka berdua. Jujur, kalo bisa ingin sekali rasanya mereka tukar dengan bibit bunga matahari saja si Harsa.

"Sudah ku duga." balas Cakra tepat sasaran. Pasalnya ia sedari tadi memegang sudah merasa curiga saat tidak sengaja melihat Harsa sedikit tersenyum ketika Nadi dan Mahen membopong tubuhnya.

"Hehe. Ya maaf, habisnya panas banget tadi gak tahan aku."

"Lain kali jangan diulangi lagi," ucap Mahen di angguki kepala oleh Harsa.

Keluarga Tujuh RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang