[Episode 12---Tidak Semua Harus Diceritakan]
"Ingatlah bahwa tak ada yang abadi di dunia ini, termasuk masalah yang ada dalam hidup kita sekalipun."
-7 RAGA-
***
AKU COMEBACK!!🔥🔥
Kalian apa kabar??
Bagaimana? Sudah lama menunggu ya?😆
Tanpa basa-basi lagi, YOK! GASS! LANGSUNG DIBACA AJA🤩
Tandai bila ada typo bertebaran.
***
"Anda di nyatakan positif mempunyai kanker otak stadium tiga."
Malam itu, seharusnya menjadi malam yang menenangkan. Tapi ucapan dari seorang dokter muda sore tadi, masih begitu jelas teringat di kepalanya dan selalu berputar bak seperti kaset rusak. Ibu tidak menyangka jika dia akan mempunyai riwayat penyakit ganas yang bisa mengambil nyawanya kapan saja.
Di teras kost, ibu termenung sendirian. Beberapa jam yang lalu ibu memang sudah diperbolehkan pulang karena dia yang memaksa ingin di pulangkan. Dirasa kondisi ibu juga sudah membaik, jadi dokter pun mengizinkan.
Kalau kalian bertanya apa ketujuh putranya dan bapak yang berada dirumah sudah tahu apa belum akan hal ini? Jawabannya ada belum. Ibu memang sengaja tidak langsung mengasih tahu kepada mereka karena beralasan jika ia takut kalo nantinya mereka akan khawatir dan merasa cemas berlebihan padanya. Ya, walaupun sebenarnya memang pantas untuk dikhawatirkan. Apalagi penyakit yang dideritanya sudah masuk stadium tiga.
Jadi, rasa pusing yang akhir-akhir ini sering ibu rasakan ternyata sumbernya dari penyakit itu. Pusing yang sering ibu anggap sepele, akhirnya berujung pada penyakit mematikan yang kini bersarang di kepalanya.
Dengan ditemani secangkir teh hangat, ibu hanya terdiam menerawang jauh ke depan. Pikirannya begitu ramai, berkelana kemana-mana tanpa diminta. Ketenangan malam disertai hembusan angin pun, tak mampu membuat pikirannya untuk berhenti memikirkan hal-hal buruk itu.
"Aku bingung harus bagaimana..." lirih ibu menyadarkan punggungnya pada kursi yang ia duduki.
•••
"Pak," panggil Mahen yang lantas membuat pria itu menoleh.
"Bapak kenapa?"
Mahen lalu ikut duduk dilantai teras disamping bapak. Selepas pulang kerja tadi, bapak nampak tidak seperti biasanya. Bapak yang selalu menampakkan wajah ceria. Kali ini, raut wajah sendu lebih mendominasi di mukanya.
Niat Mahen yang ingin memanggil bapak untuk segera masuk dan menikmati makan malam bersama harus terjeda sebentar. Setelah ia duduk di sebelah bapak, pria itu masih setia terdiam. Hembusan dingin angin malam terasa menerpa kulit mereka berdua.
"Bapak cuma ngerasa cemas aja Mas." ujar bapak akhirnya membuka suara.
"Cemas? Cemas kenapa Pak?"
"Bapak juga nggak tau kenapa ngerasa cemas tiba-tiba kayak gini. Bapak jadi kepikiran sama Ibuk ditempat kerjanya sana. Bisanya Ibuk jam segini udah ngabarin kita kan, tapi ini kok nggak ada gitu. Jadi Bapak khawatir aja sama Ibuk kamu."
Mahen benci situasi seperti saat ini. Sebuah situasi yang harus menyangkut pautkan perasaan manusia. Apalagi rasa kesedihan yang terasa jelas seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Tujuh Raga
Roman pour AdolescentsMASUKIN PERPUS BIAR DAPET INFO UPDATE. ••• Sederhana. Hanya sebuah kisah dari tujuh anak laki-laki bersaudara. Tujuh orang remaja laki-laki yang mempunyai kekurangan serta kelebihan mereka masing-masing dan berusaha untuk melengkapinya antara satu d...