✨🌙Kompetisi🌙✨

4 0 0
                                    

"Memasuki babak rebutan, dari lima regu, kini menyisihkan tiga regu unggulan. Wah, semakin tidak sabar melihat siapa pemenangnya. Apakah regu E dari kelas reguler dengan perolehan 400 point, atau regu B dari kelas tahfiz dengan perolehan nilai 300 Point. Dan, apa mungkin regu A kelas prestasi dengan perolehan nilai 200 point bisa memenangkan lomba cerdas cermat kali ini?”

Salah satu juri yang duduk di samping kanan tertawa renyah. “Dari dulu saya bosan mendengar kelas prestasi yang menjadi juara unggul. Suasana baru jika kali ini perlombaan dimenangkan selain dari kelas prestasi.”

Gadis pendek yang berdiri ditengah dua siswi—satu regu, merasa jengkel dan ingin sekali memaki pria paruh baya kepala plontos. Dari awal babak ia hanya diam, bukan tidak diberi kesempatan menjawab, justru memberikan kesempatan untuk regunya ini menjawab, namun apa yang ia dapatkan? Hanya 300 point, selama soal selesai dibacakan, regunya seringkali salah menjawab atau kelamaan berpikir.

“Kali ini, izinkan Luthfiya yang menjawab, ya. Kita harus buktikan kalau kelas prestasi itu selalu unggul,” ujarnya, dengan kedua tangan meremas roknya hingga meninggalkan jejak keringat dari telapak tangan.

“Baik, kita akan mulai. Seperti yang sudah saya katakan tadi, bahwa setiap babak yang berhasil dilewati akan mendapatkan pengurangan waktu. Karena ini babak rebutan jadi kalian harus menjawab cepat setelah soal selesai dibacakan, faham?”

Mereka menganggukkan kepala, mengerti. Pria berjas hitam senada dengan celana dan sepatunya, mulai membacakan soal. “Apakah perbedaan otot polos dengan otot lurik?”

Luthfiya segera memencet tombol jawab berwarna merah di tengah meja. “Otot polos itu bekerja di bawah kesadaran, sedangkan otot lurik bekerja di luar kesadaran,” jawabnya cepat.

“Bagaimana para juri?”

Wanita yang duduk di tengah tersenyum ramah, menganggukkan kepala. “Ya, jawabannya benar.”

“100 point untuk regu A!”

“Pertanyaan selanjutnya. Apa saja fungsi makanan?”

Luthfiya terpaku menatap seseorang yang berdiri di ambang pintu sambil melambaikan tangan ke arahnya, membuat dirinya tidak fokus mendengar soal yang sedang dibacakan, sampai regunya kalah cepat dengan regu B.

“Fungsinya sebagai sumber energi, pertumbuhan tubuh, memperbaiki sel-sel yang rusak, berperan dalam metabolisme tubuh dan sebagai pertahanan dari penyakit.”

“100 untuk regu B!”

Regu yang berada di tengah itu bersorak kegirangan dengan diakhiri hamdallah.

“Lomba cerdas cermat IPA ini semakin seru ya teman-teman, saling mengejar ketertinggalan, dan kini point regu B dengan E seimbang.”

“Soal berikutnya. Istilah NAPZA merupakan singkatan dari …?”

Luthfiya langsung menekan tombol jawab, namun kalah telak dengan regu E. “Narkoba, alkohol, dan ….”

Mereka dibuat kelimpungan tatkala tidak begitu mengingat materi kelas delapan semester sebelumnya, 10 detik hangus. Mereka semakin dibuat ketar-ketir oleh pria yang membacakan soal tersebut—menghitung mundur dari angka lima bersama para penonton, memeriahkan lomba yang berada di kelas tujuh reguler.

“Waktu habis! Karena regu E menjawab tidak sempurna, maka mendapatkan pengurangan point 100.”

Luthfiya membuang muka sambil berdecih, mengomel di dalam  hati, ‘padahal mereka bertiga, kenapa satu orang itu harus menjawab semua soal? Jikalau lupa, ya memang wajar, hanya saja mereka itu berkelompok, masa tidak ada yang tahu jawabannya? Hanya menjawab, Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif, apa susahnya sih?’

Muslimah BerprestasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang