07. Bunda Sakit

69 10 2
                                    

Seperti rutinitasnya setiap hari, pagi ini Rosa sudah sibuk mondar mandir di dapur, menyiapkan sarapan untuk suami dan anak anaknya. Tapi, pagi ini wanita itu terlihat sedikit lemas dan wajahnya lebih pucat daripada biasanya. Rico yang menyadari hal itu segera menghampiri istrinya yang sedang sibuk dengan kompor dan memeluknya dari belakang.

"Sayang, are you okay?"

Rosa yang mendengar pertanyaan itu mengerutkan dahinya bingung. "I'm okay. Kenapa? Tumben kamu nanya gitu?" Rosa balik bertanya.

"Muka kamu pucet. Kamu sakit, ya?" Tanya nya memastikan lagi.

"Ngga, mas. Cuma agak pusing aja sedikit. Tapi aku gapapa kok, serius. Habis ini aku mau lanjut tidur kayaknya." Jelasnya berusaha menenangkan Rico agar pria itu tidak terlalu khawatir.

"Tuh kan kamu sakit. Udah biar aku yang lanjutin. Kamu balik ke kamar sana!" Rico mengambil alih sudip kayu yang berada dalam genggaman Rosa, lalu membalikkan badan Rosa hingga mereka saling berhadapan.

"Nurut kata suami ya, sayang. Sekarang aku mau kamu balik ke kamar terus istirahat. Masalah anak anak biar aku yang urus." Rico memberi penjelasan lagi dengan lembut. Tangannya menyentuh dahi Rosa untuk memeriksa suhu tubuh istrinya. "Nih, kamu demam. Badan kamu hangat. Istirahat aja ya, sayang."

Rosa akhirnya mengangguk. Ia berjalan meninggalkan dapur menuju kamarnya di atas. Saat menaiki tangga, ia berpapasan dengan kedua anaknya yang sudah rapih dengan seragam sekolanya.

"Bunda!" Sapa kedua anak itu ceria. Rosa tersenyum lalu membalas sapaan kedua anaknya.

"Anak anak bunda udah wangi ya. Sana gih sarapan dulu! Ayah udah nungguin tuh." Perintah Rosa sambil mendaratkan tangannya ke pipi Rian lalu Riana karena bedak yang di pakai kedua anak itu menumpuk numpuk sehingga wajahnya sangat putih.

"Bunda mau kemana? Kok ngga ikut sarapan sama kita?" Tanya Rian sambil memegang tangan Rosa dengan kedua tangannya.

Baru saja Rosa ingin menjawab, tiba tiba suara Rico terdengar. "Rian! Riana! Ayo sarapan dulu nak!"

"Nah, itu ayah udah manggil. Ayo sarapan dulu!" Akhirnya, kedua bocah kembar itu berlalu.

"Ayah, kok bunda ngga ikut sarapan sama kita?" Tanya Riana. Kedua bocah itu menampakkan wajah kebingungannya saat mereka mendudukkan diri di kursi dan malah mendapati Rico yang menyediakan sarapan untuk mereka. Biasanya bundanya lah yang bertugas seperti itu. Ditambah lagi, sampai mereka selesai makan Rosa tidak juga bergabung dengan mereka di meja makan.

"Bundanya lagi sakit, jadi ayah suruh istirahat. Abang dan kakak sama ayah dulu, ya?" Jelas Rico. Mata kedua anak itu melotot kaget saat mendengar kabar bahwa sang ibunda tengah sakit.

"Bunda sakit? Sakit apa ayah?" Tanya Rian.

"Bunda demam, terus pusing juga. Jadi ngga bisa bantuin abang dan kakak untuk siap siap sekolah kayak biasanya."

"Bunda demam? Ayah, aku gamau sekolah. Aku mau jagain bunda." Rengek Riana. Rian yang ada di sampingnya ikut mengangguk.

"Ngga boleh dong, sayang. Sekolah itu kan kewajiban kalian. Bunda ngga apa apa, cuma demam sedikit. Nanti biar ayah aja ya yang jagain bunda." Rico menjelaskan dengan perlahan. Kedua anak itu akhirnya mengangguk dengan lesu.

"Jangan lemes gitu dong. Hari ini ayah yang ngater jemput kalian deh." Bujuk Rico. Akhirnya, kedua anak itu kembali ceria.

"Ayah, abang mau pamit sama bunda dulu boleh ngga?" Pinta Rian sesaat sebelum mereka berangkat sekolah.

"Boleh dong. Ayo!"

Ketiga bapak beranak itu segera berjalan menuju kamar sang bunda dan mendapati bunda tengah tertidur dengan selimut menutupi sampai bahunya saat pintu kamar terbuka. Kedua anak itu segera berlari menghampiri Rosa dan berdiri di sebelah kasur. Rosa yang mendengar suara langkah kaki segera membalikkan badannya, yang sebelumnya membelakangi pintu jadi menghadap pintu.

R FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang