10. Morning Sickness

49 9 0
                                    

Morning sickness, kali ini, morning sickness yang dialami Rosa sedikit berbeda. Kalau pada kehamilan pertama ia akan selalu muntah muntah pada pagi hari, di kehamilan yang kedua ini yang mengalami morning sickness adalah Rico.

Seperti pagi ini, Rico terlihat lemas setelah memuntahkan isi perutnya. Ia terduduk dengan lesu di atas kasur. Rosa yang melihatnya jadi tidak tega sendiri.

"Gausah ngantor dulu ya, mas." Rosa mengusap usap rambut Rico dengan penuh kasih sayang. Rico hanya menanggapi dengan anggukan. Sudah seminggu ini pria itu bekerja dari rumah.

"Masih mual?" Tanya Rosa.

"Udah ngga. Sayang, sate ayam enak deh kayaknya." Tiba tiba Rico berujar. Tubuhnya sudah tidak selemas tadi.

"Emang ada orang jualan sate ayam pagi pagi?"

"Ngga mau beli. Pengen yang buatan kamu."

Rosa mengerutkan dahinya bingung, "emang aku pernah masak sate ayam?" Herannya. Memang sebelumnya seingatnya ia tidak pernah masak sate ayam.

"Belum, sih. Tapi aku pengen nyobain sate ayam buatan kamu." Ujar Rico tetap kekeuh.

"Yaudah, nanti aku tanyain ke mama resepnya. Sekarang kalau kamu masih lemes tidur lagi aja. Aku mau siapin sarapan buat anak anak dulu." Rosa berujar sembari turun dari kasur. Tapi, Rico malah mengikutinya.

"Loh, mau kemana? Mual lagi?" Tanya Rosa heran.

"Ngga, sayang. Aku mau bangunin anak anak. Kamu masak aja biar anak anak aku yang bangunin." Jelasnya. Rosa hanya mengangguk lalu segera berlalu menuju dapur.

"BUNDA!"

Teriakan kedua anak itu mampu membuat Rosa yang tengah menghidangkan makanan di atas meja mengalihkan perhatiannya.

"Kenapa, sayang? Masih pagi jangan teriak teriak dong." Tegur Rosa. Kedua anak itu hanya bisa menyengir tanpa dosa lalu duduk di kursi meja makan dengan tenang.

"Bunda, ayah masih sakit, ya?" Tanya Riana saat melihat sang ayah malah tiduran di sofa sambil menonton TV.

"Iya, nak. Hari ini di anter Pak Tono lagi gapapa, ya?" Ujar Rosa sembari mengusap usap puncak kepala kedua anaknya secara bergantian. Kedua anak itu mengangguk tanda setuju.

"Dadah, bunda, ayah, dan adek. Abang sama kakak sekolah dulu, ya." Pamit kedua anak itu. Mereka segera menyalami ayah bundanya dan mendapat kecupan singkat di dahi dari kedua orang tuanya. Sebelum keluar, mereka menyempatkan untuk mencium perut rata Rosa, kebiasaan baru semenjak 'kehadiran' adik mereka.

"Belajar yang rajin ya, sayang. Dadah."

Setelahnya, kedua bocah itu segera berangkat menuju sekolah di antar oleh Pak Tono.

Sepeninggalan kedua anaknya, Rosa segera bergegas membereskan bekas makan mereka.

Saat sedang mencuci piring, tiba tiba sepasang lengan berotot melingkar di pinggangnya. Lalu, bahu kanannya mulai terasa berat.

"Sayang."

Tentu saja itu adalah Rico.

"Kenapa, hm? Mual lagi?" Tanya Rosa. Tangannya masih sibuk menyiram piring piring dengan air.

"Ngga, bukan itu. Kamu beneran ngga mau ada yang bantu? Buat bersih bersih rumah aja deh." Bujuk Rico.

Beberapa hari ini memang mereka sudah berapa kali membicarakan masalah ini. Rosa yang merasa dirinya masih kuat membersihkan rumah menolak mentah mentah. Sementara Rico yang merasa Rosa perlu banyak istirahat karena sedang hamil tetap berusaha membujuk istrinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

R FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang