8

70 13 4
                                    

JANGAN MENJADI SILENT READER
TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏬⏩
.
.
.
"Kembalinya Kasih"

~^•_•^~

"Makanya, lain kali lo nggak usah sok jagoan," ucap Varen mengoloknya.

Di depan rumah Nestapa, teman-temannya tampak pamit sebelum berangkat. Hiking yang diadakan oleh kampus akan dilaksanakan hari ini, tepatnya hari Minggu.

"Coba aja lo nggak begitu, lo pasti hari ini bahagia karena bisa naik gunung bareng gadis pujaan hati," ucap Varen lagi, sambil menoleh pada Nara, terkesan menggoda Nestapa.

"Kek gua, mendaki bareng bestie tercantik seantero planet," goda Varen pada Mesya yang berdiri di sampingnya.

Mesya hanya menggelengkan kepalanya, begitupun dengan Neithen dan Narafa.

"Gua sumpahin lo cinta sama tuh anak! Biar lo tau bodohnya jatuh cinta kek gimana," timpal Nesta merasa gemas.

"Lah, gua udah cinta sama dia. Iya, nggak, Mey?" balas Varen seraya menoleh pada Mesya.

Mesya yang memang sudah menyimpan rasa hanya tersenyum kaku. Sejujurnya ia sedikit kaget, namun senang.

"Sebagai teman tapi," kata Varen melanjutkan perkataannya.

Senyuman Mesya seketika pudar, sementara Nesta mengernyit kaget. "Parah lo! Liat tuh! Dia udah seneng malah dibecandaain," desisnya.

"Jadi yang pamit Varen atau Nara?" Neithen membuka suara di tengah perdebatan dua sahabatnya itu.

Sontak Nara melirik pada Neithen, lalu memfokuskan pandangannya pada Nesta dengan bibir yang tersenyum tipis.

"Nara mau pamit berduaan dulu bareng Ney," celetuk Varen bercakap lagi.

"Diem lo!" seru Nesta.

Neithen hanya tersenyum menampakkan gigi rapinya.

"Lekas sembuh. Lain kali berpikir sebelum bertindak!" ucap Nara, memberikan doa sekaligus peringatan.

"Lo hati-hati! Jaga diri, jaga jarak, jaga pandangan!" kata Nesta, menatap Nara penuh makna.

"Ngomong jaga jarak dari Neithen, apa susahnya?!" Lagi-lagi Varen bercakap menyindirnya.

"Udah, yuk, udah siang!" ajak Mesya yang sedari tadi hanya jadi patung di antara mereka.

"Pak Ketua gimana sih!" sindir Varen pada Neithen.

"Kalian udah ngobrolnya? Kalo udah kita berangkat sekarang, teman-teman yang lain udah nunggu di kampus," ucap Neithen, menuju pada Nara dan Nesta tentunya.

Nara memberi anggukkan, lalu mereka pun pamit.

"Tenang, Nes, masih ada kuota ke-dua, tapi ke Bogor bukan ke Bromo," ucap Varen kemudian tertawa meledeknya.

Nesta hanya memasang wajah kesalnya, sementara Varen bergegas melangkah mengikuti teman-temannya menuju mobil.

Menjelajahi alam yang diadakan kampus kali ini memang lumayan menantang. Karena jarak dari kampus ke lokasi yang cukup jauh sehingga para pelajar harus melakukan penginapan.

Dinding Kampus (Mimpi dan Kasih) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang